Latest News

Friday, July 31, 2009

MENENGOK TERORISME


Saya bukan simpatisan teroris. Saya yakin bahwa Islam tidak pernah mengajarkan pemeluknya untuk berbuat teror. Saya juga yakin bahwa Islam tidak pernah membenarkan pemberontakan kepada penguasa yang sah.
Saudara - saudara, silahkan anda baca Islam Tidak Mengajarkan Terorisme
Pagi ini, saya membaca tulisan dari Profesor Sarlito Wirawan Sarwono di Kompas. Kata beliau, janganlah kita memusuhi teroris. Coba anda baca.

Thursday, July 30, 2009

BELAJAR FLASH


Semalam saya belajar flash. Ini hasilnya.


BAGAIMANA CARA MENAMPILKAN FILE .swf DI BLOGGER?
Sejujurnya, saudara - saudara, saya baru berhasil mengunggah file .swf saya ini jam setengah enam sore ini. Tadi pagi, file .swf yang saya unggah, ternyata, tidak berhasil tampil di postingan.
Sebagai tambahan informasi, saat ini Blogger.com belum bisa meng-upload file .swf. Hanya file berekstensi .jpg, .png, .gif saja yang bisa kita unggah di blogger.com.
Setelah dengan sabar browsing di internet, barulah saya mendapatkan jawaban yang pas untuk bagaimana mengunggah file .swf ke postingan blogger. Bagi anda yang pemula seperti saya, begini caranya langkah demi langkah.
Pertama, tentu anda harus memiliki file flash (.swf). Silahkan anda membuatnya dengan adobe flash.
Kedua, buatlah akun gratisan di http://www.hotlinkfiles.com untuk menyimpan secara gratis file .swf anda.
Ketiga, silahkan anda unggah file .swf anda ke http://www.hotlinkfiles.com
Keempat, dapatkan url atas file .swf anda. Url itu akan nampak seperti ini:
http://www.hotlinkfiles.com/files/2708698_yhu2w/EKOFLASH.swf

Kelima, buatlah postingan baru. Ingat, anda harus berada di posisi EDIT HTML, bukan di TULIS. Lalu tuliskan kode berikut:
<embed src="[URL DARI FILE .swf]" quality="high" allowscriptaccess="always" type="application/x-shockwave-flash" pluginspage="http://www.macromedia.com/go/getflashplayer" align="middle" height="100" width="250"></embed>

Catatan:
- Untuk URL DARI FILE .swf gantilah dengan URL yang tepat dari HotlinkFiles.com
- Untuk nilai height dan width silahkan anda rubah sesuai keinginan anda.
Keenam, klik TERBITKAN ENTRI. Dan anda berhasil menerbitkan file .swf anda.

Tutorial ini saya dapatkan dari http://coolbusteratyourservice.blogspot.com. Terima kasih tutorialnya. Sebagai tambahan, tutorial ini telah menjadi bagian dari WikiAnswers.

Oh ya, hari ini saya juga belajar bagaimana agar kode html kita bisa diterbitkan di postingan. Caranya adalah dengan mem-parse kode html itu di www.blogcrowds.com
Mudah - mudahan ada gunanya bagi anda.

Wednesday, July 29, 2009

PUISI KITA HARI INI


Tak inginkah engkau tetap berbinar?
Tak inginkah engkau tetap tertawa?
Karena pojok kamar inipun begitu hidupnya.

Namun, harapanmu
teman di sekelilingmu
Menyerah dan melambat

Di suatu tempat dalam hatimu
Yang menguatkanmu
Yang melipur laramu

Kita masih memiliki waktu
Tuk mengejar bus yang kan membawa kita ke lautan
Kurasa kita tak kan melewatkannya kali ini

Di bawah naungan langit biru
Sekali lagi
Kita kan kembangkan sayap
Ini kesempatan dalam hidup kita

Benar, tak akan kita sia � siakan

Di pelukan langit merah
Selamanya
Kita kan mengejar angin

Punggungilah kebiasaan kita
sebelumnya
Dan berlarilah.


Diterjemahkan dari:

Tuesday, July 28, 2009

MARI KITA TERTAWA!


Sejenak mari kita duduk - duduk di sini. Tertawa bersama. Menertawakan diri sendiri.
Marilah kita tertawa karena ada guru yang stress setelah sekolah tempat ia mengajar berubah status menjadi SBI. Ia stress karena harus belajar bahasa Inggris. Guru SBI harus mampu berbahasa Inggris dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa - siswanya.
Baiklah. Cukup tertawanya. Simpan tawa anda untuk kabar berikutnya: Penasihat Pendidikan British Council, Itje Chodidjah mengatakan bahwa "Perancis yang sudah memulai program SBI sejak 13 tahun lalu sampai hari ini hanya 145 SBI, kenapa di Indonesia bisa di atas 500?"



Ayo Ngguyu, ha ... ha...ha..... Dendang Waljinah. Nek ngguyu mbok aja seru - seru.

Lha wong Malaysia saja mencabut kebijakan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar untuk pelajaran matematika dan sains mulai 2012. Apa sebab? Berbagai survei menunjukkan hasil bahwa banyak pelajar enggan dan kurang tertarik pada pelajaran matematika dan sains karena bahasa pengantarnya bahasa Inggris!

Coba anda perhatikan alasan mengapa Malaysia mencabut kebijakan itu!

Para pelajar Malaysia enggan belajar matematika dan sains karena bahasa pengantarnya bahasa Inggris. Nah sekarang bagaimana lagi dengan pelajar kita jika ternyata standar bahasa Inggris guru dan kepala sekolah RSBI pada umumnya rendah, bahkan sebanyak 60 persennya berada pada level paling rendah kemampuan berbahasa?

Apa yang kita cari dengan SBI saudara - saudara. Mari kita renungkan setelah kita tertawa terbahak hari ini.

Monday, July 27, 2009

SING TO THE DAWN, FILM ANIMASI INDONESIA


Untuk yang pertama kalinya, pada akhirnya, Indonesia mampu membuat film animasi layar lebar. Film itu adalah SING TO THE DAWN. Film yang diadaptasi dari buku karya Minfung Ho berjudul Sing to The Dawn ini akan beredar di Indonesia pada tanggal 8-9 September 2009 dengan judul MERAIH MIMPI.

Prestasi ini tentu membanggakan kita semua. Betapa tidak. Indonesia saat ini merupakan pasar dari serbuan film - film animasi asing. Serbuan yang membuat tak berdaya ini tidak saja membuat kita kecanduan dengan film - film asing tapi juga menghambat kreativitas para pembuat film animasi Indonesia karena penghargaan yang mereka terima atas film animasi karya mereka tidak sebaik penghargaan yang diberikan kepada film animasi asing. Terlebih dengan sedikitnya, jika tidak boleh dikatakan tidak ada, sponsor yang membiayai produksi film animasi yang terbilang mahal.
Namun, kemunculan film SING TO THE DAWN menunjukkan kepada dunia bahwa kita mampu. Animator - animator kita tidak boleh dipandang sebelah mata.
Jika melihat ke belakang, sejarah perfilman animasi kita dimulai di masa Presiden Soekarno. Pada Tahun 1955 Presiden Soekarno yang sangat menghargai seni mengirim seorang seniman bernama Dukut Hendronoto (pak Ook) untuk belajar animasi di studio Walt Disney. Sekembalinya dari Amerika Pak Ook membuat film SI DOEL MEMILIH.
Namun, seperti yang saya tulis di muka, film animasi buatan Indonesia tidak membawa pengaruh yang luar biasa seperti yang mampu dilakukan oleh film animasi asing. Padahal, siapapun tahu bahwa film animasi bisa menjadi media pembelajaran moral yang paling efektif bagi anak - anak. Selain sebagai duta budaya tentu saja.
Dengan munculnya SING TO THE DAWN, mudah - mudahan semakin banyak yang tertarik untuk mengembangkan film animasi dalam negeri.

Melenceng dari tema di atas, ada kabar baik bagi guru honorer: Guru honorer, yakni guru dan tenaga kependidikan yang diangkat dan gajinya dibayar oleh sekolah, mulai 2010 akan didata ulang sebagai persiapan pengangkatan. Mudah - mudahan bukan hanya angin surga.

Sunday, July 26, 2009

PETUAH TERBAIK YANG PERNAH KU DAPAT


Seorang yang oleh kebanyakan orang dianggap sebagai seorang �pengacau� di kampungku saat itu, pernah memberikan sebuah petuah padaku. Petuah terbaik yang pernah ku dapat. Ia berkata: �ko, kamu boleh menjadi anak yang paling nakal. Anak ternakal yang pernah ada. Tapi, jangan sekali � kali engkau menyakiti hati seseorang�
Pemuda �pengacau�, di mataku memang nakal. Tapi seperti yang dinasehatkan padaku, ia tidak pernah menyakiti seorangpun.
Kata � katanya tidak pernah menusuk perasaan siapapun. Gerak � geriknya, mimik mukanya tidak juga membuat orang sakit hati. Ia memang nakal. Tapi ia tidak merugikan perasaan seseorangpun.
Setelah agak besar ini, aku baru menyadari kata � kata petuahnya.
Seorang ustad mengatakan kepadaku bahwa Alloh adalah dzat yang maha pengasih penyayang. Dia akan mengampuni hambanya, seberapapun besar dosa yang ia tanggung, jika saja ia mau bersimpun memohon ampunan. Namun, jika ada seseorang yang mendzolimi orang lain, Alloh tidak akan mengampuninya hingga orang yang didzalimi itu memaafkannya.
Jika kata � kata kita menyakiti seseorang, betapa berat beban yang harus kita tanggung.
Dan saya mendapatkan petuah ini dari seseorang yang dianggap �berandalan�. Meskipun demikian, inilah petuah terbaik yang pernah saya dapat hingga saat ini.

Saturday, July 25, 2009

GURU DAN SEKOLAH GRATIS


Kebijakan sekolah gratis yang digulirkan pemerintah, di satu sisi menguntungkan wali murid dan di sisi lain menimbulkan permasalahan baru. Pendidikan gratis berdampak kepada penurunan penghasilan para guru.
Betapa berat tugas pemerintah. Mari kita bantu pemerintah dalam menyukseskan pendidikan Indonesia.

Friday, July 24, 2009

TIPS MENGGUNAKAN ASC TIMETABLES



Rutinitas setiap awal tahun ajaran baru adalah, salah satunya, membuat jadwal mengajar. Menyusun jadwal mengajar susah - susah gampang. Terlebih jika banyak dari rekan guru yang memesan waktu tidak mengajar. Terkadang, menyusunnya membutuhkan waktu berhari - hari.
Beruntung seorang saudara memberitahukan tentang software yang bisa digunakan untuk menyusun jadwal mengajar secara otomatis, dialah ASC TIMETABLES.
Dengan semangat saya mendownload ASC TIMETABLES itu dan menginstalnya. Betapa beruntungnya saya, software inipun telah dilengkapi dengan tutorialnya yang berbahasa Indonesia - meskipun penerjemahannya belum begitu sempurna betul.
Namun, sebagai seorang pemula dalam menggunakan software ini, ternyata perlu waktu juga untuk bisa membuat jadwal yang baik. Untuk memenuhi permintaan beberapa guru, meskipun menggunakan software, tetap tidak semudah yang saya bayangkan sebelumnya. Beberapa kali ASC TIMETABLES gagal dalam menyusun jadwal.
Setelah beberapa kali gagal, saya mencoba untuk me-generate jadwal secara lompat - lompat. Awalnya saya menyelesaikan kondisi - kondisi yang diminta tiap guru - selesai satu guru baru beralih ke guru yang lain. Untuk yang terakhir kali inilah saya menyelesaikan satu kondisi untuk satu guru, me-generate, beralih ke guru lain, me-generate begitu seterusnya hingga, Alhamdulillah, jadwal bisa selesai dan permintaan guru juga bisa terpenuhi semuanya.
Mungkin tips ini ada gunanya bagi anda. Mudah - mudahan.

Thursday, July 23, 2009

JAGALAH BAHASA INDONESIA


ANDRE MOLLER menulis di KOMPAS pagi ini. Penyusun Kamus Swedia-Indonesia yang tinggal di Swedia ini menulis tentang berbagai produsen sampo dan sabun yang menuliskan kata - kata asing di produk mereka. Mengapa tidak menggunakan kata - kata yang memang sudah meng-Indonesia? kata Moller.
Terkadang mengIndonesiakan bermacam kata - kata asing tidaklah mudah. Tapi Moller menyindirnya dengan "Sarjana bahasa Indonesia yang menganggur pasti banyak". Ya, mengapa produsen sampo dan sabun tidak mempekerjakan para sarjana bahasa Indonesia itu?
Atau, seringkali padanan dalam bahasa Indonesia tidaklah sesuai benar dengan makna aslinya dalam bahasa asing itu. Tapi, itu memang sudah lazim terjadi. Tidak ada satupun bahasa di dunia ini memiliki padanan kata yang benar - benar pas dengan bahasa lainnya.
Masalahnya adalah bagaimana kita terus - menerus memelihara bahasa Indonesia ini agar tetap lestari. Bahasa Indonesia adalah identitas kita di pergaulan internasional. Identitas itulah yang membuat kita eksis.
Namun sayang, meskipun terlihat sepele, nyatanya yang memiliki kepekaan akan hal ini pun ternyata bukan orang asli Indonesia. Bukan juga saya. Melainkan Moller yang asli Swedia.

Wednesday, July 22, 2009

BUKU TULIS


Gambar oleh:pigpogm


Beberapa saat tadi
aku ke toko buku
penuh sesak rupanya
orang - orang tua membelikan
buku untuk anaknya.

tampak padaku seorang tua
memilih - milih buku

teringat aku akan ayahku

dulu, di bulan - bulan juli juga
saat SD, SMP, SMA

ayahku juga akan membelikanku
setumpuk buku

setumpuk buku yang ditukarnya
dengan beberapa lembar uang
yang dikumpulkannya dengan susah payah

buku - buku itu
kini
telah musnah

tapi tidak harapan ayahku

Pengertian Sekolah Berstandar Internasional (SBI)


Keinginan melakukan rintisan penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional (SBI) dilatarbelakangi oleh alasan-alasan berikut. Pertama, era globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi, manajemen, dan sumber daya manusia. Keunggulan teknologi akan menurunkan biaya produksi, meningkatkan kandungan nilai tambah, memperluas keragaman produk, dan meningkatkan mutuproduk. Keunggulan manajemen akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Keunggulan sumber daya manusia ( SDM ) merupakan kunci daya saing karena SDM lah yang akan menentukan siapa yang mampu menjaga kelangsungan hidup, perkembangan, dan kemenangan dalam persaingan.
Kedua, rintisan penyelenggaraan SBI memiliki dasar hukum yang kuat yaitu Pasal 50 ayat 3 UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidkan nasional (UUSPN 20/2003) yang menyebutkan bahwa � Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional�. Dan Surat Keputusan Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional No. 230/C3/KEP/2008 tanggal 8 Februari 2008, Tentang Penetapan Sekolah Menengah Pertama sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional tahun 2008.


Ketiga, penyelenggaraan SBI didasari oleh filosofi eksistensialisme dan esensialisme ( fungsionalisme ). Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitasi yang dilaksanakan melelui proses pendidikan yang bermartabat, proses perubahan ( kreatif, inovatif, dan eksperimentif ), menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia harus memperhatikan perbedaan kecerdasan, kecakapan, bakat, dan minat peserta didik. Jadi peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal untuk mengaktualkan potensi intelektual, emosional, dan spiritualnya.
Filosofi esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya, baik lokal, nasional, maupun global. Terkait dengan tuntutan globalisasi pendidikan harus menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing secara internasional.

Dalam mengaktualisasikan kedua filosofi tersebut, empat pilar pendidikan yaitu learning to know, learning to do, learning to live together, and learning to be merupakan patokan berharga bagi penyelarasan praktek-praktek penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, mulai dari kurikulum, guru, proses belajar mengajar, sarana dan prasarana, hingga sampai penilainnya. Misalnya pembelajaran tidaklah sekedar memperkenalkan nilai-nilai (learning to know), tetapi juga bisa membangkitkan penghayatan dan mendorong menerapkan nilai-nilai tersebut (learning to do) yang dilakukan secara kolaboratif (learning to live together) dan menjadikan peserta didik percaya diri dan menghargai dirinya (learning to be).

B. PENGERTIAN SBI

SBI adalah sekolah nasional yang menyiapkan peserta didiknya berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP) Indonesia dan bertaraf internasional sehingga lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional.
Dengan pengertian ini, SBI dapat dirumuskan sebagai berikut :
SBI = SNP + X
Di mana SNP adalah standar nasional pendidikan (SNP) yang meliputi : kompetensi llulusan, isi proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, dana, pengelolaan, dan penilaian; dan X merupakan penguatan, pengayaan, pengembangan, perluasan, pendalaman melalui adapsi atau adopsi terhadap standar pendidikan, baik dari dalam maupun luar negeri, yang diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional.
Lulusan SBI diharapkan, selain menguasai SNP di Indonesia, juga menguasai kemampuan-kemampuan kunci global agar setara dengan rekannya dari negara-negara maju. Untuk itu pengakraban peserta didik terhadap nilai-nilai progresif yang diunggulkan dalam era global perlu digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan SBI. Nilai-nilai progresif tersebut akan dapat mempersempit kesenjangan antara Indonesia dengan negara-negara maju, khususnya dalam bidang ekonomi dan teknologi. Perkembangan ekonomi dan teknologi sangat tergantung pada penguasaan disiplin ilmu keras ( hard science ) dan disiplin ilmu lunak ( soft science ). Disiplin ilmu keras ( hard science ) meliputi matematika, fisika,kimia, biologi, astronomi, dan terapannya yaitu teknologi komunikasi, transportasi, manufaktur, konstruksi, bio energi, dan bahan. Disiplin ilmu lunak ( soft science )meliputi sosiologi, ekonomi, bahasa asing ( Inggris utamanya), dan etika global.

C. VISI, MISI DAN TUJUAN SBI

Mengacu pada visi pendidikan nasional dan visi Depdiknas, maka visi SBI adalah �terwujudnya insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara internasional�. Visi tersebut memiliki implikasi bahwa penyiapan manusia Indonesia yang memiliki kompetensi bertaraf internasional memerlukan upaya-upaya yang dilakukan secara intensif terarah, terencana, dan sistematik agar dapat mewujudkan bangsa yang maju, sejahtera, damai, dihormati, dan diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain.
Berdasarkan visi tersebut, maka misi SBI adalah mewujudkan manusia Indonesia cerdas dan kompetitif secara internasional, yang mampu bersaing dan berkolaborasi secara global.
Penyelenggaraan SBI bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang berkelas nasional dan internasional sekaligus. Lulusan yang berkelas nasional secara jelas telah dirumuskan dalam UU No. 20/2003 dan dijabarkan dalam PP 19/2005, dan lebih dirincikan lagi dalam Permendiknas No. 23/2006 tentang standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang bunyinya sebagai berikut :
Pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Perlu dicatat bahwa sebagai upaya untuk mengembangkan pendidikan bertaraf internasional, BSI harus tetap memegang teguh untuk mengembangkan jati diri / nilai-nilai bangsa Indonesia.

D. STANDAR SBI

Mengingat SBI merupakan upaya sadar, intens, terarah, dan terencana untuk mewujudkan citra manusia ideal yang memiliki kemampuan dan kesanggupan hidup secara lokal, regional, nasional, dan global. Maka perlu dirumuskan rumus SBI yang meliputi output, proses, dan input.
Pertama, output / lulusan SBI memiliki kemampuan-kemampuan bertaraf nasional plus internasional sekaligus, yang ditunjukkan oleh penguasaan SNP Indonesia dan penguasaan kemampuan-kemampuan kunci yang diperlukan dalam era global.
Kedua, proses penyelenggaraan SBI mampu mengakrabkan, menghatatkan dan menerapkan nilai-nilai ( religi, ekonomi, seni, solidaritas, dan teknologi mutakhir dan canggih ).
Ketiga, input adalah segala hal yang diperlukan untuk berlangsungnya roses dan harus memiliki tingkat kesiapan yang memadai. Input penyelenggaraan SBI yang ideal untuk menyelenggarakan proses pendidikan yang bertaraf internasional meliputi peserta didik baru ( intake ) yang diseleksi secara ketat dan masukan instrumental yaitu kurikulum, pendidik, kepala sekolah, tenaga pendukung, sarana dan prasarana, dana dan lingkungan sekolah. Intake ( peserta didik baru ) diseleksi secara ketat melalui saringan rapor SD, ujian akhir sekolah, scholactic apptitude test (SAT), kesehatan fisik, dan tes wawancara.

E. MODEL-MODEL PENYELENGGARAAN

Model penyelenggaraan menurut SBI menurut UU No.20 / 2003 ada 3 jenis, yaitu :
1. Sekolah Nasional
2. Sekolah Asing
3. Sekolah Franchise Asing
Sekolah Nasional adalah sekolah yang menerangkan ketentuan nasional secara utuh. Sekolah ini tidak dicampuri oleh sistem pendidikan negara lain.
Sekolah Asing adalah sekolah yang diselenggarakan oleh perwakilan negara asing di wilayah NKRI, yang peserta didiknya adalah warga negara asing dan menggunakan sistem yang berlaku di negara yang bersangkutan atas persetujuan Pemerintah RI. Pemerintah Indonesia tidak mengurus jenis sekolah ini, kecuali pemberian izin pendirian.
Sekolah Franchise Asing merupakan lembaga pendidikan dasar dan menengah asing yang terakreditasi di negaranya diperbolehkan menyelenggarakan pendidikan di wilayah NKRI dengan menggunakan kurikulum asing dengan catatan wajib memberikan pendidikan agama dan kewarganegaraan bagi peserta didik WNI dan wajib bekerja sama dengan lembaga pendidikan di wilayah NKRI, yaitu dengan mengikutsertakan pendidik dan tenaga kependidikan dari Indonesia.
SBI meskipun bertaraf internasional, sistemnya menggunakan sistem pendidikan nasional Indonesia, baik kurikulum, pendidikan, dan ketentuan lainnya.
Pada dasarnya SBI adalah sekolah Indonesia yang menerapkan SNP Indonesia plus pengayaan/penguatan/pendalaman internasional yang digali dari sekolah-sekolah dalam dan luar negeri.

Model Pengembangan Sekolah yang Ada ( Exciting Develoved SBI )
Pengembangan SBI juga dapat dilakukan dengan mengembangkan sekolah yang telah ada saat ini, khususnya sekolah yang memiliki mutu bagus ( misalnya SSN yang baik atau kategori formal mandiri ) dan memiliki guru profesional, kepala sekolah yang tangguh, dan sarana serta prasarana yang memungkinkan dapat dikembangkan lebih lanjut.
Pola ini jauh lebih murah, namun memerlukan tahapan yang jelas, terencana dan sistematis. Perlu disadari bahwa mengubah sekolah dengan kondisi seperti saat ini menjadi bertaraf internasional tidak . Membangun gedung dan melengkapi fasilitas mungkin dapat dilakukan dengan relatif cepat. Namun, meningkatkan mutu guru, menyiapkan sistem manajemen, dan mengubah budaya sekolah merupakan tantangan besar yang harus disadari sejak awal.
Oleh karena itu, jika ingin mengembangkan SBI dari sekolah yang sudah ada saat ini, perlu diterapkan langkah-langkah perencanaan sebagai berikut : dimana kita saat ini ( kondisi sekolah saat ini ), kemana kita akan pergi ( kondisi sekolah saat sudah menjadi SBI yang sesungguhnya), bagaimana caranya kita mencapai ke sana ( strategi/tahapan pencapaian ), dan bagaimana caranya mengetahui bahwa kita telah mencapai SBI ( monitoring dan evaluasi ). Dengan membandingkan kondisi saat ini dengan kondisi ideal menjadi SBI akan diketahui kesenjangan yang ada, baik fasilitas, guru, manajemen, kultur sekolah, dan sebagainya. Kesenjangan itulh yang harus didekatkan atau bahkan dihapuskan melalui strategi dan pentahapan yang jelas.

F. MODEL PENGEMBANGAN

1. Model Pengembangan Sekolah yang Ada
2. Model Kemitraan

G. STRATEGI PEMBIAYAAN

Penyelenggaraan SBI memerlukan biaya yang memadai. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa SBI memerlukan input dan proses yang memadai untuk mencapai output yang bertaraf internasional. Input, kurikulum, guru, maupun sarana dan prasarana harus dipersiapkan agar bertaraf internasional, sehingga memerlukan biaya besar. Proses belajar mengajar SBI menerapkan pendekatan-pendekatan yang kreatif, inovatif, dan eksperimentif sehingga dukungan dana yang besar sangat diperlukan. Pertanyaannya adalah �Siapa, membiayai berapa banyak, untuk apa ?�
Berdasarkan kesepakatan-kesepakan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, maka proporsi pembiayaan SBI dapat diformulasikan sebagai berikut. Pemerintah Pusat membiayai 50 %, Pemerintah Daerah Propinsi 30%, dan Pemerintah Kabupaten/Kota 20%. Formulasi ini bukan harga mati. Artinya bagi daerah-daerah yang kaya, mereka dapat nirkontribusi lebih dari besarnya prosentase tersebut.
Bagi peserta SBI yang lemah secara ekonomi dapat didukung pembiayaannya melalui subsidi silang dari peserta didik yang mampu. Hal ini penting digarisbawahi agar SBI merupakan sekolah untuk semua dan bukan untuk sekolah eksklusif yang diperuntukkan bagi kaum mampu semata.
Mengingat keterbatasan dana dari pemerintah pusat dan daerah, maka strategi pembiayaan SBI ke depan harus mempertimbangkan kontribusi dari masyarakat.

H. TUGAS DAN FUNGSI JAJARAN BIROKRASI DEPDIKNAS
Tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah adalah : (1) merumuskan dan menetapkan kebijakan , (2) merumuskan standar, (3) membimbing melalui pemberian pedoman, pelatihan, dsb, (4) mengatur melelui penerbitan legislasi dan regulasi, dan (5) mengawasi pelaksanaan dan mengevaluasi SBI. Tugas dan fungsi ini secara teknis akan dilakukan oleh masing-masing Direktorat Pembinaan TK dan SD, SMP, SMA, dan SMK.
Tugas dan fungsi Dinas Pendidikan Propinsi adalah melaksanakan kebijakan, Depdiknas melalui : (1) penyusunan petunjuk teknis pelaksanaan kebijakan, standar, legislasi dan regulasi, dan pedoman-pedoman yang disusun oleh Depdiknas, (2) pemberian bimbingan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan sekolah-sekolah khususnya SD dan SMP melalui pelatihan, lokakarya.
Secara umum tugas dan fungsi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota adalah memberikan pelayanan dalam penyelenggaraan SBI di Kabupaten/Kota masing-masing melalui : (1) penyusunan petunjuk teknis pelaksanaan kebijakan, standar, legislasi dan regulasi, dan pedoman-pedoman yang disusun oleh Depdiknas untuk SD dan SMP yang melaksanakan SBI, (2) pembinaan, pengurusan, dan pembimbingan SBI untuk SD dan SMP melalui pelatihan, lokakarya, diskusi kelompok terfokus dsb., (3) pemberian pelayanan terhadap SBI dalam mengelola seluruh aset atau sumber daya pendidikan yang meliputi guru, kepala sekolah, tenaga pendukung, sarana dan prasarana, buku pelajaran, dana pendidikan dsb., (4) pengkoordinasian dan penyerasian pelaksanaan SBI untuk Sd dan SMP, dan (5) pelaksanaan pengawasan dan evaluasi SBI serta pengembangannya di Kabupaten/Kota masing-masing.



KONSEP DAN KARAKTERISTIK ESENSIAL SEKOLAH BERSTANDAR INTERNASIONAL


1. Konsep Sekolah Bertaraf Internasional
Seperti dijelaskan dalam �Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah tahun 2007�, bahwa Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional merupakan �Sekolah/Madrasah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development dan / atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, sehingga memiliki daya saing di forum internasional�

Dengan konsep ini, SBI adalah sekolah yang sudah memenuhi dan melaksanakan standar nasional pendidikan yang meliputi: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Selanjutnya aspek-aspek SNP tersebut diperkaya, diperkuat, dikembangkan, diperdalam, diperluas melalui adaptasi atau adopsi standar pendidikan dari salah satu anggota OECD dan / atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan serta diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional. Dengan demikian diharapkan SBI harus mampu memberikan jaminan bahwa baik dalam penyelenggaraan maupun hasil-hasil pendidikannya lebih tinggi standarnya daripada SNP. Penjaminan ini dapat ditunjukkan kepada masyarakat nasional maupun internasional melalui berbagai strategi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Sesuai dengan konsepsi SBI di atas, maka dalam upaya mempermudah sekolah dalam memahami dan menjabarkan secara operasional dalam penyelenggraan pendidikan yang mampu menjamin mutunya bertaraf internasional, maka dapat dirumuskan bahwa SBI pada dasarnya merupakan pelaksanaan dan pemenuhan delapan unsur SNP sebagai indikator kinerja kunci minimal dan ditambah (dalam pengertian ditambah atau diperkaya/dikembangkan/diperluas/diperdalam) dengan x yang isinya merupakan penambahan atau pengayaan/pemdalaman/penguatan/perluasan dari delapan unsur pendidikan tersebut serta sistem lain sebagai indikator kinerja kunci tambahan yang berstandar internasional dari salah satu anggota OECD dan/atau negara maju lainnya.

Hal ini sesuai juga dengan yang dijelaskan dalam kebijakan Depdiknas tersebut bahwa dalam kerangka pencapaian standar mutu internasional, maka tiap sekolah yang telah menjadi rintisan SBI atau SBI mandiri harus memenuhi indikator kinerja kunci minimal (delapan unsur SNP) dan indikator kinerja kunci tambahan (terdiri berbagai unsur ). Delapan unsur SNP tersebut adalah terdiri dari: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian.

Untuk dapat memenuhi karakteristik dari konsep SBI tersebut, yaitu sekolah telah melaksanakan dan memenuhi delapan unsur SNP sebagai pencapaian indikator kinerja kunci minimal ditambah beberapa unsur sebagai indikator kinerja kunci tambahan, maka sekolah dapat melakukan minimal dengan dua cara, yaitu: (1) adaptasi, yaitu penyesuaian unsur-unsur tertentu yang sudah ada dalam SNP dengan mengacu (setara/sama) dengan standar pendidikan salah satu anggota OECD dan / atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional; dan (2) adopsi, yaitu penambahan atau pengayaan/pemdalaman/penguatan/perluasan dari unsur-unsur tertentu yang belum ada diantara delapan unsur SNP dengan tetap mengacu pada standar pendidikan salah satu anggota OECD dan / atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional.

Oleh karena itu bagi sekolah yang akan melakukan adaptasi ataupun adopsi, perlu mencari mitra internasional, misalnya sekolah-sekolah dari negara-negara anggota OECD yaitu: Australia, Austria, Belgium, Canada, Czech Republic, Denmark, Finland, France, Germany, Greece, Hungary, Iceland, Ireland, Italy, Japan, Korea, Luxembourg, Mexico, Netherlands, New Zealand, Norway, Poland, Portugal, Slovak Republic, Spain, Sweden, Switzerland, Turkey, United Kingdom, United States dan negara maju lainnya seperti Chile, Estonia, Israel, Russia, Slovenia, Singapore dan Hongkong yang mutunya telah diakui secara internasional. Atapun dapat juga bermitra dengan pusat-pusat pelatihan, industri, lembaga-lembaga tes/sertifikasi internasional seperti misalnya Cambridge, IB, TOEFL/TOEIC, ISO, pusat-pusat studi dan organisasi-organisasi multilateral seperti UNESCO, UNICEF, SEAMEO, dan sebagainya.

Esensi lainnya dari konsepsi tentang SBI adalah adanya daya saing pada forum internasional terhadap komponen-komponen pendidikan seperti output/outcomes pendidikan, proses penyelenggaraan dan pembelajaran, serta input SBI harus memiliki daya saing yang kuat/tinggi. Masing-masing komponen tersebut harus memiliki keunggulan yang diakui secara internasional, yaitu berkualitas internasional dan telah teruji dalam berbagai aspek sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Bukti bahwa telah diakui dan teruji secara internasional dengan sertifikasi minimal dengan berpredikat baik dari salah satu negara anggota OECD, negara maju lainnya atau lembaga internasional yang relevan. Beberapa ciri esensial dari SBI ditinjau dari komponen pendidikan yang berdaya saing tinggi yaitu:

1. Output/outcomes SBI dikatakan memiliki daya saing internasional antara lain bercirikan: (1) lulusan SBI dapat melanjutkan pendidikan pada satuan pendidikan yang bertaraf internasional, baik di dalam maupun di luar negeri, (2) lulusan SBI dapat bekerja pada lembaga-lembaga internasional dan/atau negara-negara lain, dan (3) meraih medali tingkat internasional pada berbagai kompetisi sains, matematika, teknologi, seni, dan olah raga. Proses penyelenggaraan dan pembelajaran dikatakan memiliki daya saing internasional antara lain cirinya telah menerapkan berbagai model pembelajaran yang berstandar internasional, baik yang bersifat pembelajaran teori, eksperimen maupun praktek;

2. Proses pembelajaran, penilaian, dan penyelenggaraan harus bercirikan internasional, yaitu: (1) pro-perubahan yaitu proses pembelajaran yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar dan eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru, a joy of discovery; (2) menerapkan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan; student centered; reflective learning; active learning; enjoyble dan joyful learning; cooperative learning; quantum learning; learning revolution; dan contextual learning, yang kesemuanya itu telah memiliki standar internasional; (3) menerapkan proses pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran; (4) proses pembelajaran menggunakan bahasa Inggris khususnya mata pelajaran sains, matematika, dan teknologi; (5) proses penilaian dengan menggunakan model-model penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan; dan (6) dalam penyelenggaraannnya harus bercirikan utama kepada standar manajemen internasional yaitu mengimplementasikan dan meraih ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya dan ISO 14000, dan menjalin hubungan sister school dengan sekolah bertaraf internasional di luar negeri.

3. Input SBI yang esensial bercirikan internasional antara lain: (a) telah terakreditasi dari badan akreditasi sekolah di salah satu negara anggota OECD dan atau negara maju lainnya yang memiliki keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan; (b) standar kelulusan lebih tinggi daripada standar kelulusan nasional, sistem administrasi akademik berbasis TIK, dan muatan mata pelajaran sama dengan muatan mata pelajaran (yang sama) dari sekolah unggul diantara negara anggota OECD atau negara maju lainnya yang memiliki keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan; (c) jumlah guru minimal 20% berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A dan mampu berbahasa inggris aktif, kepala sekolah minimal berpendidikan S2 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A dan mampu berbahasa inggris aktif, serta semua guru mampu menerapkan pembelajaran berbasis TIK; (d) tiap ruang kelas dilengkapi sarana dan prasarana pembelajaran berbasis TIK, perpustakaan dilengkapi sarana digital/berbasis TIK, dan memiliki ruang dan fasilitas multi media; dan (e) menerapkan berbagai model pembiayaan yang efisien untuk mencapai berbagai target indikator kinerja kunci tambahan.

2. Karakteristik Esensial SBI pada Jenjang Pendidikan SMP
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa sekolah yang telah bertaraf internasional harus memiliki keunggulan yang ditunjukkan oleh pengakuan internasional terhadap masukan, proses dan hasil-hasil pendidikan dalam berbagai aspek. Pengakuan tersebut dibuktikan dengan sertifikasi berpredikat baik dari salah satu anggota OECD dan / atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional. Dalam lulusan SBI diharapkan, selain menguasai kompetensi dengan SNP di Indonesia, juga menguasai kemampuan-kemampuan kunci global agar setara dengan rekannya dari lulusan negara-negara maju tersebut.

Untuk itu pengakraban peserta didik terhadap nilai-nilai progresif yang diunggulkan dalam era global perlu digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan SBI. Nilai-nilai progresif tersebut akan dapat mempersempit kesenjangan antara Indonesia dengan negara-negara maju, khususnya dalam bidang ekonomi dan teknologi. Perkembangan ekonomi dan teknologi sangat tergantung pada penguasaan disiplin ilmu keras (hard science) dan disiplin ilmu lunak (soft science). Disiplin ilmu keras meliputi matematika, fisika, kimia, biologi, astronomi, dan terapannya yaitu teknologi yang meliputi teknologi komunikasi, transportasi, manufaktur, konstruksi, bio, energi, dan bahan. Disiplin ilmu lunak (soft science) meliputi, misalnya, sosiologi, ekonomi, bahasa asing (Inggris, utamanya), dan etika global.

Apabila mengacu pada visi pendidikan nasional, maka karakteristik visi SBI adalah �terwujudnya insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara internasional�. Visi tersebut memiliki implikasi bahwa penyiapan manusia bertaraf internasional memerlukan upaya-upaya yang dilakukan secara intensif, terarah, terencana, dan sistematik agar dapat mewujudkan bangsa yang maju, sejahtera, damai, dihormati, dan diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain. Maka dari itu misi SBI adalah mewujudkan manusia Indonesia cerdas dan kompetitif secara internasional, yang mampu bersaing dan berkolaborasi secara global. Misi ini direalisasikan melalui kebijakan, rencana, program, dan kegiatan SBI yang disusun secara cermat, tepat, futuristik, dan berbasis demand-driven. Penyelenggaraan SBI bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang berkelas nasional dan internasional sekaligus. Lulusan yang berkelas nasional secara jelas telah dirumuskan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan dijabarkan dalam PP 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan dalam Permendiknas nomor 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta dalam �Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah�.

sumber Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama)




KISAH BURUNG PIPIT




Ketika musim kemarau baru saja mulai, seekor Burung Pipit mulai merasakan tubuhnya kepanasan, lalu mengumpat pada lingkungan yang dituduhnya tidak bersahabat. Dia lalu memutuskan untuk meninggalkan tempat yang sejak dahulu menjadi habitatnya, terbang jauh ke utara yang konon kabarnya, udaranya selalu dingin dan sejuk.


Benar, pelan pelan dia merasakan kesejukan udara, makin ke utara makin sejuk, dia semakin bersemangat memacu terbangnya lebih ke utara lagi. Terbawa oleh nafsu, dia tak merasakan sayapnya yang mulai tertempel salju, makin lama makin tebal, dan akhirnya dia jatuh ke tanah karena tubuhnya terbungkus salju.Sampai ke tanah, salju yang menempel di sayapnya justru bertambah tebal. Si Burung pipit tak mampu berbuat apa apa, menyangka bahwa riwayatnya telah tamat.

Dia merintih menyesali nasibnya. Mendengar suara rintihan, seekor Kerbau yang kebetulan lewat datang menghampirinya. Namun si Burung kecewa mengapa yang datang hanya seekor Kerbau, dia menghardik si Kerbau agar menjauh dan mengatakan bahwa makhluk yang tolol tak mungkin mampu berbuat sesuatu untuk menolongnya.

Si Kerbau tidak banyak bicara, dia hanya berdiri, kemudian kencing tepat diatas burung tersebut. Si Burung Pipit semakin marah dan memaki maki si Kerbau. Lagi-lagi Si kerbau tidak bicara, dia maju satu langkah lagi, dan mengeluarkan kotoran ke atas tubuh si burung.Seketika itu si Burung tidak dapat bicara karena tertimbun kotoran kerbau. Si Burung mengira lagi bahwa mati tak bisa bernapas.Namun perlahan lahan, dia merasakan kehangatan, salju yang membeku pada bulunya pelan pelan meleleh oleh hangatnya tahi kerbau, dia dapat bernapas lega dan melihat kembali langit yang cerah. Si Burung Pipit berteriak kegirangan, bernyanyi keras sepuas-puasnya.

Mendengar ada suara burung bernyanyi, seekor anak kucing menghampiri sumber suara, mengulurkan tangannya, mengais tubuh si burung dan kemudian menimang nimang, menjilati, mengelus dan membersihkan sisa-sisa salju yang masih menempel pada bulu si burung.

Begitu bulunya bersih, Si Burung bernyanyi dan menari kegirangan, dia mengira telah mendapatkan teman yang ramah dan baik hati.Namun apa yang terjadi kemudian, seketika itu juga dunia terasa gelap gulita bagi si Burung, dan tamatlah riwayat si Burung Pipit ditelan oleh si Kucing.

Dari kisah ini, banyak pesan moral yang dapat dipakai sebagai pelajaran:

1. Halaman tetangga yang nampak lebih hijau, belum tentu cocok buat kita.
2. Baik dan buruknya penampilan, jangan dipakai sebagai satu-satunya ukuran.
3. Apa yang pada mulanya terasa pahit dan tidak enak, kadang kadang bisa berbalik membawa hikmah yang menyenangkan, dan demikian pula sebaliknya.
4. Ketika kita baru saja mendapatkan kenikmatan, jangan lupa dan jangan terburu nafsu, agar tidak kebablasan.
5. Waspadalah terhadap Orang yang memberikan janji yang berlebihan.

-A Legend of a little sparrow-

sumber : manajemenqolbu.com. kiriman milis Al-Irsyad Surabaya



10 Ciri Orang Berpikir & Bersikap Positif


Semua orang yang berusaha meningkatkan diri dan ilmu pengetahuannya pasti
tahu bahwa hidup kan lebih mudah dijalani bila kita selalu berpikir
positif. Tapi, bagaimana melatih diri supaya pikiran positiflah yang
'beredar' di kepala kita, tak banyak yang tahu. Oleh karena itu, sebaiknya
kita kenali saja dulu ciri-ciri orang yang berpikir positif dan mulai
mencoba meniru jalan pikirannya.

1. Melihat masalah sebagai tantangan
Bandingkan dengan orang yang melihat masalah sebagai cobaan hidup yang
terlalu berat dan bikin hidupnya jadi paling sengsara sedunia.

2. Menikmati hidupnya
Pemikiran positif akan membuat seseorang menerima keadaannya dengan besar
hati, meski tak berarti ia tak berusaha untuk mencapai hidup yang lebih
baik.

3. Pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide
Karena dengan begitu, boleh jadi ada hal-hal baru yang akan membuat segala
sesuatu lebih baik.

4. Mengenyahkan pikiran negatif segera setelah pikiran itu terlintas di benak
Memelihara' pikiran negatif lama-lama bisa diibaratkan membangunkan singa
tidur. Sebetulnya tidak apa-apa, ternyata malah bisa menimbulkan masalah.

5. Mensyukuri apa yang dimilikinya
Dan bukannya berkeluh-kesah tentang apa-apa yang tidak dipunyainya.

6. Tidak mendengarkan gosip yang tak menentu
Sudah pasti, gosip berkawan baik dengan pikiran negatif. Karena itu,
mendengarkan omongan yang tak ada juntrungnya adalah perilaku yang dijauhi
si pemikir positif.

7. Tidak bikin alasan, tapi langsung bikin tindakan
Pernah dengar pelesetan NATO (No Action, Talk Only), kan? Nah, mereka ini
jelas bukan penganutnya. NARO (No Action Review Only), NADO (No Action
Dream Only), NATO (No Action Talk Only), NACO (No Action Concept Only),
NABO (No Action Briefing Only), NAMO (No Action Meeting Olny), NASO (No
Acton Strategy Only)

8. Menggunakan bahasa positif
Maksudnya, kalimat-kalimat yang bernadakan optimisme, seperti "Masalah itu
pasti akan terselesaikan, " dan "Dia memang berbakat."

9. Menggunakan bahasa tubuh yang positif
Di antaranya adalah senyum, berjalan dengan langkah tegap, dan gerakan
tangan yang ekspresif, atau anggukan. Mereka juga berbicara dengan
intonasi yang bersahabat, antusias, dan 'hidup'.

10. Peduli pada citra diri
Itu sebabnya, mereka berusaha tampil baik. Bukan hanya di luar, tapi juga
di dalam.

Seandainya setiap warga Indonesia memiliki sikap2 tersebut. Tidak hanya
menuntut orang untuk memahaminya, tetapi berusaha memahami orang lain. Dan
dengan sikap positif kita, lebih menghargai perbedaan. Pasti akan lebih
indah...

sumber milis dari Satria Dharma

PENDAKI




Seorang pendaki gunung sedang bersiap-siap melakukan perjalanan. Di punggungnya, ada ransel dan beragam carabiner (pengait). Tak lupa tali-temali tersusun melingkar di sela-sela bahunya. Pendakian kali ini cukup berat. Jadi, persiapannya harus lebih lengkap.Kini, di hadapan pendaki itu menjulang sebuah gunung yang tinggi. Puncaknya tak terlihat. Tertutup salju yang putih. Awan yang berarak di sekitarnya, membuat tak seorang pun tahu apa yang tersembunyi di sana.

Mulailah pendaki itu melangkah, menapaki jalan-jalan bersalju yang terbentang di hadapannya. Tongkat yang berkait disandangnya menancap setiap kali ia mengayunkan langkah.

Setelah berjam-jam berjalan, mulailah ia menghadapi dinding yang terjal. Tak mungkin baginya untuk terus melangkah. Dipersiapkannya tali-temali dan pengait di punggungnya. Tebing itu terlalu curam. Ia harus mendaki dengan tali-temali itu. Setelah beberapa kait ditancapkan, tiba-tiba terdengar gemuruh datang dari atas. Astaga, ada badai salju datang tanpa diundang!

Longsoran salju meluncur deras. Menimpa tubuh sang pendaki. Bongkah-bongkah salju yang mengeras, terus berjatuhan disertai deru angin yang membuat tubuhnya terhempas ke arah dinding.

Badai terus berlangsung selama beberapa menit. Namun, untunglah tali-temali dan pengait telah menyelamatkan tubuhnya dari dinding yang curam itu. Semua perlengkapannya hilang. Hanya tersisa sebilah pisau di pinggangnya. Sang pendaki itu tergantung terbalik di dinding terjal itu.

Pandangannya kabur. Semua tampak memutih. Ia tak tahu di mana berada. Sang pendaki cemas. Ia berkomat-kamit, memohon do�a kepada Tuhan agar diselamatkan dari bencana. Mulutnya terus bergumam, berharap ada pertolongan Tuhan datang padanya.

Suasana hening setelah badai. Di tengah kepanikan itu, terdengar suara dari hati kecilnya yang menyuruh melakukan sesuatu. �Potong tali itu! Potong tali itu!� Terdengar senyap melintasi telinganya. Sang pendaki bingung, apakah ini perintah dari Tuhan? Apakah suara ini adalah pertolongan dari Tuhan? Tapi bagaimana

mungkin, memotong tali yang telah menyelamatkannya, sementara dinding ini begitu terjal? Pandanganku terhalang oleh salju ini, bagaimana aku bisa tahu?

Banyak sekali pertanyaan dalam dirinya. Lama ia ragu untuk mengambil keputusan. Lama. Ia tak mengambil keputusan apa-apa�.

Beberapa minggu kemudian, seorang pendaki menemukan tubuh tergantung terbalik di sebuah dinding terjal. Tubuh itu beku. Tampaknya ia meninggal karena kedinginan. Sementara, batas tubuh itu dengan tanah hanya berjarak 1 meter saja!

Teman, mungkin kita akan berkata, betapa bodohnya pendaki itu karena tak mau menuruti kata hatinya. Kita mungkin akan menyesalkan tindakan pendaki itu yang tak mau memotong saja tali pengaitnya. Pendaki itu tentu akan selamat dengan membiarkan dirinya jatuh ke tanah yang hanya berjarak 1 meter saja. Ia tentu tak harus mati kedinginan.

Begitulah, kadang kita berpikir, mengapa Allah tampak tak melindungi hamba-Nya? Kita mungkin sering merasa, mengapa ada banyak sekali beban, masalah, hambatan yang kita hadapi dalam mendaki jalan kehidupan ini. Kita sering mendapati ada banyak sekali badai salju yang terus menghantam tubuh kita. Mengapa tak disediakan saja jalan lurus tanpa perlu kita menanjak agar kita terbebas dari semua halangan itu?

Namun, Teman, cobaan yang diberikan Allah buat kita adalah latihan. Hanya ujian. Kita adalah layaknya besi-besi yang ditempa. Kita adalah seperti pisau-pisau yang terus diasah. Sesungguhnya, di semua ujian dan latihan itu, tersimpan petunjuk. Ada tersembunyi tanda-tanda, asal KITA PERCAYA. Ya, asal kita percaya.

Seberapa besar rasa percaya kita kepada Allah sehingga mampu membuat kita memutuskan �memotong tali pengait� saat tergantung terbalik? Seberapa besar rasa percaya kita kepada Allah hingga kita mau menyerahkan semua yang ada pada diri kita kepada-Nya?

Teman, percayalah, akan ada petunjuk-petunjuk Allah dalam setiap langkah kita menapaki jalan kehidupan ini. Carilah, gali, dan temukan rasa percaya itu dalam hatimu. Sebab, saat kita telah percaya, maka petunjuk itu akan datang dengan tanpa disangka.

Sumber: �Kekuatan Cinta� 30 Nasihat Bagi Jiwa Perindu Nur Illahi, karya Irfan T. Herlambang.dikutip ulang dari milis al-irsyad Surabaya



Tuesday, July 21, 2009

BOSAN?



Gambar di samping saya ambil dari KOMPAS
Nampaknya sangat pas dengan kondisi pendidikan kita yang sekarang ini.
Mudah - mudahan pendidikan Indonesia akan menjadi harapan bagi kebangkitan bangsa.

Sunday, July 19, 2009

YANG TELAH DAN AKAN KUBACA



Liburan kemarin, saya diajak ke Jogja oleh seorang saudara, terima kasih, dengan demikian saya bisa membeli buku. Di Gramedia, awalnya saya berkeinginan membeli buku tutorial animasi teks flash cs3. Cuma karena tidak ada saya hanya berputar - putar sekeliling toko buku yang besar itu. Di saat itulah saya teringat Malcolm Gladwell. Ada bukunya yang saya telah baca beberapa resensinya, Outliers. Wah mengapa saya bisa lupa. Menurut beberapa peresensi, buku itu menawarkan sesuatu yang baru berkenaan dengan kesuksesan seseorang. Saya mencarinya. Dan, ternyata, di toko buku Gramedia, buku itu masuk dalam rak buku baru! pantas saya cari di rak psikologi tidak ada. Oke, saya bayar dan pulang.
Keesokan harinya saya membaca buku itu dan benar, buku itu memang menawarkan informasi baru yang bisa jadi tidak pernah kita pikirkan sebelumnya berkaitan dengan faktor - faktor yang membuat orang menjadi sukses. Buku - buku yang kita baca mengenai biografi orang sukses umumnya menonjolkan kecerdasan dan ambisi yang besar dari orang itu untuk mencapai kesuksesannya. Tapi Outliers lain. Menurut Gladwell, masih ada beberapa faktor lain yang yang berperan penting. Mereka itu adalah generasi, budaya, keluarga dan kelas sosial.
Ambillah contoh yang ini: Mengapa orang Asia begitu pandai dalam bidang matematika? Jawabannya adalah karena orang Asia umumnya bertani padi, bukan gandum seperti di Eropa. Padi mengharuskan mereka untuk terus menerus bekerja keras. Kata Gladwell, kerja keraslah yang diperlukan agar seseorang menjadi mahir di matematika.
Ada juga yang menarik dari halaman - halaman buku ini. Yaitu tentang penduduk suatu wilayah di Amerika yang jarang sekali terserang penyakit jantung. Padahal gaya hidup mereka memungkinkan mereka untuk mendapatkan penyakit mematikan itu. Apa rahasianya? Karena mereka senang saling berkunjung di antara mereka! Saya teringat ajaran Nabi Muhammad yang menyuruh kita untuk saling bersilaturrohim, karena ia akan memanjangkan umur dan menambah rezeki!
Buku yang luar biasa.

13 Juli kemarin, saya mendapatkan paketan buku dari seorang, sahabat baik saya, yang baik hati di negeri seberang. Dua buku yang saya terima darinya adalah THE WHITE TIGER oleh ARAVIND ADIGA dan THE ROAD FROM DAMASCUS oleh Robin Yassin-Kassab. Untuk saat ini saya baru membaca THE WHITE TIGER seperempatnya. Menurut sahabat saya itu, buku ini favoritnya. Itulah sebab saya membacanya di urutan awal.

Nampaknya THE WHITE TIGER berkisah tentang kemoderenan India dan THE ROAD FROM DAMASCUS tentang pertentangan hati seorang muslim yang telah sekian lamanya hidup di Eropa. Betapa keyakinannya sebagai muslim bertolak belakang dengan budaya Eropa yang ingin diadopsinya. Buku menarik. Terima kasih untuk sobat yang berada di seberang lautan nan jauh. Mudah - mudahan engkau selalu sehat. Kata - kata tidak dapat melukiskan terima kasihku atas kebaikanmu.

Saturday, July 18, 2009

AIR MATA DAN DARAH


Gambar oleh: Chalkie_CC


Katamu
di depan sana, di samping kiri kanannya
tercuat ranting - ranting tajam panjang
yang tak hanya akan mengoyak kemejaku
namun juga mencincang daging tubuhku

di atasnya mendung hitam yang panas
membakar rambut hingga memerah
mengubah kulit sehitam arang
dan selama ini tak ada orang yang bodoh
mau melewatinya

yang akan kupijak adalah gumpalan - gumpalan batu
yang tajam di sisi - sisinya yang tak beraturan
selayak silet yang akan menggores - gores telapakku

katamu aku akan lelah
kataku

aku telah menaburkan angin
dan badai membantingku hingga sesak nafas

katamu aku pasti kalah
kataku

aku tak akan menyerah
aku adalah lelaki
yang dibesarkan dengan air mata dan darah

Friday, July 10, 2009

PEGADAIAN, MENGATASI MASALAH TANPA MASALAH



Di depan kantor Dinas Pendidikan kota saya terdapat sebuah papan besar berdiri di pojokan memampangkan gambar menteri Bambang Sudibyo yang tersenyum di samping tulisan tentang sekolah gratis. Sekolah gratis sangat dimimpi - mimpikan oleh kita semua. Pendidikan memang, kalau bisa, digratiskan. Karena dengan demikian semua warga bisa mengakses pendidikan. Namun untuk menggratiskan pendidikan seratus persen nampaknya masih merupakan beban yang berat bagi pemerintah. Karena itulah yang digratiskan itu biaya operasionalnya, sedangkan biaya di luar itu tetap jadi beban orangtua.
Kebijakan ini tentu sangat membantu beban biaya yang harus ditanggung oleh setiap orang tua. Tetapi ada fenomena menarik yang bisa menjadikan kita semua prihatin. Menjelang masuk sekolah Pegadaian diserbu oleh warga yang memiliki anak usia sekolah. Artinya, banyak dari orang tua yang tidak memiliki cukup uang untuk biaya masuk anak - anak mereka. Sehingga mereka menggadaikan harta mereka untuk mendapatkan uang tunai. Banyak dari mereka yang melakukan hal ini karena dengan menggadaikan harta mereka - tidak menjualnya - mereka tidak kehilangan harta itu.
Nampaknya, menggadaikan harta menjelang tahun ajaran baru merupakan ritual yang dijalani oleh banyak orang tua wali murid. Tahun lalu, Pegadaian juga diserbu oleh warga yang akan menyekolahkan anak - anak mereka. Mungkinkah tingkat kesejahteraan warga kita masih tetap rendah dari tahun ke tahun? Atau karena warga kita yang sudah sangat konsumtif? Saya melihat pada dealer - dealer sepeda motor, stok yang terus terbarui, meskipun di masa krisis.
Tidak hanya di musim tahun ajaran baru, Pegadaian juga banyak menjadi tempat untuk mengatasi masalah warga tanpa menyisakan masalah di masa sebelum Ramadhan dan Lebaran. Nampaknya, menjadikan komsumtifisme sebagai alasan mengapa warga kita seakan terus kekurangan uang tidak sepenuhnya benar.
Menjadi tugas kita semua dan pemerintah untuk menyelesaikan salah satu masalah pendidikan ini tanpa masalah. Menyediakan pendidikan yang dapat diakses oleh setiap warga negara harus menjadi tekad bulat kita semua agar segera terwujud.

Thursday, July 9, 2009

APATHEIA ( 12 )


Selama KKN, hari minggu sore sampai rabu adalah hari � hari yang sangat membosankan. Di hari � hari itu, aku memenuhi segala program KKN tanpa semangat. Tidur di larut malam dan bangun pada pukul 07.30 pagi. Berbatang � batang rokok aku habiskan setiap siang dan malam harinya untuk mengusir rasa gundah. Sekretariat kami tak ubahnya seperti sarang pemuda � pemuda komunis revolusioner karena aku memenuhi dindingnya dengan gambar dan tulisan - tulisan penuh kebosanan. Hari minggu sore sampai rabu, Ajeng kembali ke Malang untuk kuliah. Aku menghabiskan hari � hariku tanpanya.
Hari kamis sampai minggu pagi, di saat Ajeng ada di sini, semua berubah sama sekali. Ketika sepeda motornya berderum memasuki halaman sekretariat, aku berlarian menyambutnya. Setiap malamnya kami mengobrol, dan di siang harinya aku mencoba untuk melakukan apapun untuknya. Setiap kali aku mencuri pandang ke arahnya, setiap kali pula aku tidak pernah melihatnya secantik itu.
Tetapi tidak. Tidak setiap saat dari hari � hari itu aku gembira bersamanya. Kadang � kadang ketika kami berbincang, ada beberapa teman yang mendekat dan mendominasi pembicaraan. Sekuat hati aku menutup � nutupi rasa tidak sukaku. Aku kecewa saat dia terlibat pembicaraan itu. Aku sedih saat dia tertawa pada hal � hal yang lucu. Semestinya, hanya aku yang berbicara padanya. Dan hanya dari ceritaku, seharusnya dia tertawa.
Apakah akan ada yang peduli kalau aku begitu merindukannya? Dan bersuka ria saat dia tersenyum? Hatiku selalu berusaha menunjukkan, tanpa kata � kata, kepada semua orang bahwa aku mencintai Ratri Dyah Rahajeng. Aku mencintainya dan aku sangat tidak suka orang lain mendekatinya.

***

Demikianlah. Kebersamaan dengannyapun tidak bisa membuatku menjadi lebih baik. KKN ditutup dan lagi � lagi Ajeng harus berada di Malang. Aku mengeluh sendiri. Tidak ada yang tahu. Berkali � kali aku menarik nafas panjang. Tawa teman � temanku yang puas dengan hasil KKN terlihat seperti seringai yang menakutkan. Aku bosan karena harus berada diantara kerumunan orang � orang ini. Aku merasa sendiri dan kesepian.
Parade kesedihanku semakin bertambah panjang dan semakin melelahkan untuk dilihat. Sepanjang upacara penutupan itu, aku diam. Tak ada yang perlu diucapkan kepada orang � orang itu.
�Hei Sulung, sekarang penyerahan hadiah. Cepat kamu ambil gambarnya.� Doni menepuk pundakku. Aku kaget dan tersadar.
Aku cepat berlari merekam momen itu. Tidak begitu melelahkan. Anggaran untuk dokumentasi kecil dan kami harus hemat dalam mengambil gambar. Tapi acara penutupan yang tidak selesai � selesai juga itu membuatku jengkel.

***

Dua bulan setelah KKN. Dan dua bulan aku merasa sangat kesakitan karena tidak bisa bertemu Ajeng. Aku menjadi sedemikian bingung dan tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Ayahku pernah mengatakan kepadaku bahwa jika aku mengalami tekanan pikiran yang berat, yang tidak bisa kupikul sendiri, aku harus berbagi dengan orang lain. Mengatakannya kepada orang lain atau keluar rumah untuk bertemu orang � orang hingga beban itu menjadi ringan atau terangkat sama sekali. Sayang sekali, aku tidak bisa seperti itu.
Tapi, tidak ada salahnya mencoba. Hari senin sore aku keluar rumah untuk bertemu orang � orang. Tapi aku tidak bisa menemukan seorangpun yang biasa menjadi keranjang sampah bagi keluhan � keluhanku. Mereka begitu sibuk dengan dirinya sendiri � sendiri. Aku pulang lagi setelah beberapa jam. Dengan bahu lebih membungkuk karena beban yang semakin berat.
Masuk ke dalam kamar, menguncinya dan telentang di lantai. Memandangi langit � langit kamar.
Seperti adegan � adegan film, bayangan � bayangan Ajeng melintas satu persatu. Aku menutup mata. Ketika aku membuka mata lagi, pandanganku jatuh pada buku � buku yang ada di rak. Mungkin membaca Tin � Tin akan membuatku lebih baik. Kuambil komik terkenal itu dan membuka lembar � lembar halamannya. Membacanya lagi untuk yang kesekian kali.
Sampai di halaman tujuh, aku menemukan selembar sobekan kertas HVS. Tertulis angka 880600 di sana. Itu adalah nomor telepon Eyang Jarwo. Pensiunan dosen yang aku temui saat mengantar Ibu. Untuk sementara, aku teringat percakapan kami saat itu. Dan sampai akhirnya;
�Dalam hidup, yang kita perlukan adalah keberanian. Kita harus berani mengambil risiko. Kalau tidak, mending jadi peternak saja, eh, peternaknya pakai tanda kutip lho. Peternak yang kerjanya Cuma makan, minum, tidur dan menumpahkan sperma.�
Kata � kata akhir yang diucapkan Eyang Jarwo sebelum kami berpisah itu terngiang � ngiang di telingaku.
Aku bahkan belum mengatakan kepada Ajeng bahwa aku mencintainya. Kalau aku tidak mengatakannya, bagaimana dia bisa tahu. Kalau aku tidak memulainya, bagaimana bisa aku berharap dia akan mencintai aku.
Oke, aku akan mengatakannya. Sedikit ada semangat pada diriku. Aku bangkit dan mengatakannya dengan lirih: �Aku akan mengatakan hal itu.�
Tapi beberapa saat kemudian, aku duduk kembali. Aku tidak berani. Aku takut ditolak olehnya. Tentu akan sakit rasanya jika kita mengetahui orang yang kita cintai ternyata tidak mempunyai perasaan yang sama dengan kita. �MENDING JADI PETERNAK SAJA�. Aku berdiri. Apapun yang terjadi, aku akan mengatakannya.
Kubuka pintu kamar, lalu keluar.

Sunday, July 5, 2009

CANGKIR YANG CANTIK




Sepasang opa dan oma pergi belanja di sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik �Lihat cangkir itu,� kata si oma kepada suaminya. �Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat,� ujar si opa.

Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara
�Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya
tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah
seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang
penjunan dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar�
Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop !
Stop ! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata �belum !� lalu ia mulai
menyodok dan meninjuku berulang-ulang. Stop ! Stop ! teriakku lagi.
Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku.
Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas !
Panas ! Teriakku dengan keras. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi.

Tapi orang ini berkata �belum !� Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian
itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah
penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada
seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu
memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak. Wanita itu berkata �belum !�
Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi
ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya ! Tolong ! Hentikan
penyiksaan ini ! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi
orang ini tidak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku.

Setelah puas �menyiksaku� kini aku dibiarkan dingin. Setelah benar-benar dingin seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena
di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan
dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.

Saudara, seperti inilah Allah membentuk kita. Pada saat Ia membentuk kita,
tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata..
Tetapi inilah satu-satunya cara bagi Allah untuk mengubah kita supaya
menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan Allah.

�Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan, sebab kamu tahu bahwa UJIAN terhadap IMANMU menghasilkan KETEKUNAN. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya kamu MENJADI SEMPURNA dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.

� Apabila anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati, karena Allah sedang membentuk anda. Bentukan -
bentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah semua proses itu
selesai. Anda akan melihat betapa cantiknya Allah membentuk anda.

{sumber : milist}
RAHMADSYAH


BELAJAR DARI ANNE COLLINS TENTANG MAKNA HIDUP


Hidayatullah. com--Saya dibesarkan dalam sebuah keluarga Kristen yang taat. Saat itu, orang Amerika lebih religius dibandingkan masa sekarang--contohnya , sebagian besar keluarga pergi ke gereja setiap Minggu. Orang tua saya ikut dalam komunitas gereja. Kami sering mendatangkan pendeta ke rumah. Ibu saya mengajar di sekolah minggu, dan saya membantunya

Pastinya saya lebih relijius dibandingkan anak-anak lainnya, meskipun saya tidak merasa seperti itu dulu. Satu saat ketika ulang tahun, bibi saya memberi hadiah sebuah Bibel, dan untuk saudara perempuan saya ia memberi sebuah boneka. Lain waktu saya minta dibelikan buku doa kepada orang tua, dan saya membacanya setiap hari selama beberapa tahun.

Ketika saya SMP, saya mengikuti program belajar Bibel selama dua tahun. Ketika itu saya sudah mengkaji sebagian dari Bibel, meskipun demikian saya belum memahaminya dengan baik. Kemudian saya mendapat kesempatan mempelajarinya lebih dalam. Sayangnya, kami belajar banyak petikan di dalam Perjanjian Lama dan Baru yang tak dapat dipahami, bahkan terasa aneh.

Sebagai contoh, Bibel mengajarkan tentang adanya dosa awal, yang artinya semua manusia dilahirkan dalam keadaan berdosa. Saya punya adik bayi, dan saya tahu ia tidak berdosa. Bibel mengandung banyak cerita aneh dan sangat meresahkan, misalnya cerita tentang nabi Ibrahim dan Daud. Saya tak dapat mengerti bagaimana mungkin para nabi bisa mempunyai kelakuan seperti yang diceritakan dalam Bibel. Ada banyak hal lain dalam Bibel yang membingungkan saya, tapi saya tidak mempertanyakannya. Saya terlalu takut untuk bertanya saya ingin dikenal sebagai "gadis baik".

Alhamdulillah, akhirnya ada seorang anak laki-laki yang bertanya, dan ia terus bertanya. Bocah itu banyak bertanya tentang trinitas. Ia mendapatkan banyak jawaban tapi tidak pernah puas. Sama seperti saya. Akhirnya guru kami, seorang profesor teologi dari Universitas Michigan , menyuruh untuk berdoa minta keteguhan iman. Saya pun berdoa.

Hal yang paling penting adalah tentang trinitas.


Saya tidak bisa memahaminya. Bagaimana bisa Tuhan terdiri dari tiga bagian, yang salah satunya adalah manusia? Di sekolah saya juga belajar mitologi Yunani dan Romawi, sehingga menurut saya pemikiran tentang trinitas dan orang suci seperti pemikiran budaya Yunani dan Romawi yang mengenal banyak dewa, yang masing-masing bertanggung jawab atas aspek kehidupan yang berbeda (astagfirullah!).

Ketika SMA diam-diam saya ingin menjadi seorang biarawati. Saya tertarik untuk melakukan peribadatan setiap harinya, tertarik kehidupan yang sepenuhnya dipersembahkan untuk Tuhan, dan menunjukkan sebuah gaya hidup yang relijius. Halangan atas ambisi ini hanya satu: saya bukan seorang Katolik. Saya tinggal di sebuah kota di wilayah Midwestern, di mana Katolik merupakan minoritas yang tidak populer.

Saya bertemu seorang Muslim dari Libya . Ia menceritakan saya sedikit tentang Islam dan Al-Quran. Ia bilang Islam itu modern, agama samawi yang paling up-to-date. Karena saya menganggap Afrika dan Timur Tengah itu terbelakang, maka saya tidak bisa melihat Islam sebagai sesuatu yang modern.

Keluarga saya mengajaknya ke acara Natal di gereja. Bagi saya acara itu sangat menyentuh dan berkesan. Tapi diakhir acara ia bertanya, "Siapa yang membuat aturan peribadatan seperti itu? Siapa yang mengajarkanmu kapan harus berdiri, membungkuk dan berlutut? Siapa yang mengajarimu cara beribadah?"

Saya menceritakan kepadanya sejarah awal gereja. Awalnya pertanyaannya itu sangat membuat saya marah, tapi kemudian saya jadi berpikir. Apakah orang-orang yang membuat tata cara peribadatan itu benar-benar punya kualifikasi untuk melakukannya? Bagaimana mereka bisa tahu bagaimana peribadatan itu harus dilakukan? Apakah mereka dapat wahyu tentang itu?

Saya sadar jika saya tidak mempercayai banyak ajaran Kristen, namun saya tetap pergi ke gereja. Ketika kredo Nicene dibacakan bersama-sama, saya hanya diam, saya tidak turut membacanya. Saya seperti orang asing di gereja.

Ada kejadian yang sangat mengejutkan. Seseorang yang sangat dekat dengan saya mengalami masalah dalam rumah tangganya. Ia pergi ke gereja untuk meminta nasihat. Orang dari gereja itu justru memanfaatkan kesusahan dan penderitaannya. Laki-laki itu mengajaknya ke sebuah motel dan kemudian merayunya.

Sebelumnya saya tidak memperhatikan benar apa peran rahib dalam gereja. Sejak peristiwa itu saya jadi memperhatikannya. Sebagian besar umat Kristen percaya bahwa pengampunan harus lewat sebuah acara peribadatan suci yang dipimpin oleh seorang pendeta. Tidak ada pendeta, tidak ada pengampunan.

Saya mengunjungi gereja, duduk, dan memperhatikan pendeta yang ada di depan. Mereka tidak lebih baik dari umat yang datang--sebagian di antaranya bahkan lebih buruk. Jadi bagaimana bisa seorang manusia biasa, diperlukan sebagai perantara untuk berkomunikasi dengan Tuhan? Mengapa saya tidak bisa berhubungan langsung dengan Tuhan, dan langsung menerima pengampunannya?

Tak lama setelah itu, saya mendapati terjemahan Al-Qur'an di sebuah toko buku. Saya lalu membeli dan membacanya, dan terus membaca, walau kadang terputus, selama delapan tahun. Selama itu saya juga mencari tahu tentang agama lain.

Saya semakin khawatir dan takut dengan dosa-dosa saya. Bagaimana saya tahu Tuhan akan memafkan dosa-dosa saya? Saya tidak lagi percaya dengan metode pengampunan ala Kristen akan berhasil. Beban-beban dosa begitu berat bagi saya, dan saya tidak tahu bagaimana membebaskan diri darinya. Saya sangat mengharapkan ampunan.

Membaca Al-Quran

Suatu kali, aku membaca Al-Quran yang bunyinya: Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani." Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu ada rahib-rahib, juga sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al-Quran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al-Quran dan kenabian Muhammad S.A.W). Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh? [Al-Maidah: 82-84]

Saya mulai berharap bahwa Islam mempunyai jawabannya. Tapi bagaimana cara saya mencari tahu? Dalam berita di televisi saya melihat Muslim beribadat. Mereka punya cara tertentu untuk berdo'a. Saya menemukan sebuah buku--yang ditulis oleh non-Muslim-- yang menjelaskan cara beribadah orang Islam. Kemudian saya mencoba melakukannya sendiri. Kala itu saya tidak tahu tentang taharah dan saya shalat dengan cara yang keliru. Saya terus berdoa dengan cara itu selama beberapa tahun.

Akhirnya kira-kira 8 tahun sejak pertama kali saya membeli terjemahan Al-Quran dulu, saya membaca: "Pada hari ini telah ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu." [Al- Maidah: 3]

Saya menangis bahagia, karena saya tahu, jauh sebelum bumi diciptakan, Allah telah menuliskan bahwa Al-Quran ini untuk saya. Allah mengetahui bahwa Anne Collins di Cheektowaga, New York , AS, akan membaca ayat ini pada bulan Mei 1986.

Saya tahu banyak hal yang perlu dipelajari, seperti bagaimana cara shalat yang benar, sesuatu yang tidak dijelaskan secara rinci dalam Al-Quran. Masalahnya saya tidak kenal seorang Muslim satu pun.

Sekarang ini Muslim relatif mudah dijumpai di AS. Dulu saya tidak tahu di mana bisa bertemu mereka. Saya mendapatkan nomor telepon sebuah komunitas Muslim dari buku telepon. Saya lalu coba menghubunginya. Seorang laki-laki menjawab di seberang sana , saya panik lalu mematikan telepon. Apa yang akan saya katakan padanya? Bagaimana mereka akan menjawab pertanyaan saya? Apakah mereka akan curiga? Akankah mereka menerima saya, sementara mereka sudah saling memiliki dalam Islam?

Beberapa bulan kemudian saya kembali menelepon masjid itu berkali-kali. Dan setiap kali saya panik, saya menutupnya. Akhirnya, saya menulis sebuah surat , isinya meminta informasi. Seorang ikhwan dari masjid itu menelepon saya dan kemudian mengirimi saya selebaran tentang Islam. Saya katakan padanya bahwa saya ingin masuk Islam. Tapi ia berkata pada saya, "Tunggu hingga kamu yakin."

Jawabannya agar saya menunggu membuat saya kesal. Tapi saya sadar, ia benar. Saya harus yakin, sebab sekali menerima Islam, maka segala sesuatunya tidak akan pernah lagi sama.

Saya jadi terobsesi dengan Islam. Saya memikirkannya siang dan malam. Dalam beberapa kesempatan, saya mengendarai mobil menuju ke masjid (saat itu masjidnya berupa sebuah rumah yang dialihfungsikan menjadi masjid). Saya berputar mengelilinginya beberapa kali sambil berharap akan melihat seorang Muslim, dan penasaran seperti apa keadaan di dalam masjid itu.

Satu hari di awal Nopember 1986, ketika saya memasak di dapur, sekonyong-konyong saya merasa jika saya sudah menjadi seorang Muslim. Masih takut-takut, saya mengirim surat lagi ke masjid itu. Saya menulis: Saya percaya pada Allah, Allah yang Maha Esa, saya percaya bahwa Muhammad adalah utusan-Nya, dan saya ingin tercatat sebagai orang yang bersaksi atasnya.

Ikhwan dari masjid itu menelepon saya keesokan harinya, dan saya mengucapkan syahadat melalui telepon itu. Ia berkata bahwa Allah telah mengampuni semua dosa saya saat itu juga, dan saya seperti layaknya seorang bayi yang baru lahir.

Saya merasa beban dosa-dosa menyingkir dari pundak. Dan saya menangis karena bahagia. Saya hanya sedikit tidur malam itu. Saya menangis, mengulang-ulang menyebut nama Allah. Ampunan yang saya cari telah didapat. Alhamdulillah.



PERSOALAN BSE



Sejak kemunculannya, 2 Agustus tahun lalu, sepertinya Buku Sekolah Elektronik masih menjadi persoalan yang serius di dunia pendidikan. Pertama, susahnya untuk bisa mengunduh buku elektronik itu dari internet. Persoalan seperti belum adanya jaringan internet di beberapa wilayah Indonesia juga merupakan masalah dari penyediaan BSE ini. Yang terjadi berikutnya adalah BSE tidak dapat dimanfaatkan secara optimal.
Kedua,penerbit masih keberatan dengan HET yang di patok Depdinas. Penerbit menginginkan HET berada dikisaran harga 70 persen dari HET yang ditentukan karena faktor seperti biaya editor, royalti penulis, pendistribusian, kertas, dan faktor resiko kerugian masih harus ditanggung oleh penerbit. Sedang Depdiknas menganggap HET sekian itu masih terlampau tinggi.

Gambar oleh:grungetextures

Ketiga, setelah beredar, ternyata pemanfaatan BSE juga belum optimal karena kurang cepatnya sosialisasi dan tidak meratanya informasi tentang program itu di kalangan sekolah. Padahal terdapat 407 judul buku teks pelajaran yang sudah dibeli hak ciptanya oleh pemerintah, dan 74 judul di antaranya telah dicetak. Bayangkan berapa biaya untuk itu semua untuk penggunaannya yang tidak maksimal karena ketidaktahuan pihak sekolah.
Dan saat ini, menjelang tahun ajaran baru, siswa tetap harus membeli buku cetak pelajaran sekolah yang harganya cukup mahal. Orang tua harus mengelurkan uang sekitar Rp 450.000-Rp 1,2 juta untuk 14-18 buku pelajaran serta lembar kerja siswa. Ini tentu saja memberatkan bagi sebagian besar orang tua siswa.
Kita semua menyayangkan begitu cepatnya perubahan kurikulum � tiap ganti pemerintahan harus berganti kurikulum yang dengan demikian harus berganti buku pelajaran tentunya. Buku adalah hal utama dalam belajar. Jika ini tetap menjadi masalah hingga di waktu � waktu ke depan, betapa berat beban yang harus ditanggung orang tua.

Friday, July 3, 2009

PERJOKIAN, CERMIN MENTAL MENERABAS



Perguruan tinggi negeri tetap menjadi primadona di negeri ini. Alasan mutu dan gengsi membuat para calon mahasiswa dengan kemampuan pas � pasan nekat menggunakan jasa joki dengan membayar uang sebesar Rp 120 juta-Rp 135 juta sebagai balas jasa.
Masih adanya praktik perjokian menunjukkan bahwa pelaksanaan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) masih terdapat celah yang memungkinkan peserta melakukan kecurangan.
Dengan semakin canggihnya piranti yang tersedia untuk membantu praktik kecurangan, membuat peserta seleksi merasa bahwa kecurangan yang mereka lakukan tidak akan ketahuan. Selain menggunakan telepon seluler, transmiter, dan handsfree, terbukti ada juga peserta yang memanfaatkan microchip mini yang ukurannya tidak lebih besar dari diameter koin Rp 100.
Kejadian ini menunjukkan makin berkembangnya mental menerabas yang telah menjangkiti kita semua. Saat ini, kita begitu terlena dengan begitu banyaknya produk yang bisa kita nikmati. Namun sayang sekali, produk � produk itu tidak kemudian membuat kita terpacu untuk membuat produk serupa untuk diri kita sendiri. Melainkan hanya mengkonsumsi barang � barang yang sudah jadi secara terus menerus. Lama kelamaan kondisi ini membuat kita menjadi malas untuk berupaya memproduksi barang � barang yang kita butuhkan. Kebiasaan inilah yang membuat kita tidak mau bersusah payah. Termasuk untuk belajar keras.
Kemudahan � kemudahan yang kita nikmati dalam hidup terbukti menghambat potensi kita yang luar biasa sebagai manusia. Anak � anak yang hidup di kota � kota besar, yang terbiasa dimanjakan fasilitas kota yang berlimpah, membuat mereka menjadi lupa untuk berusaha. Di Jakarta, meskipun kuota untuk siswa dari luar Jakarta hanya lima persen saja, namun para siswa lulusan non-Jakarta ternyata mendominasi peringkat pendaftar di beberapa sekolah unggulan di Jakarta.
Nampaknya kita perlu mengkondisikan anak � anak kita untuk terbiasa bersusah payah untuk mendapatkan segala keinginannya dan bukan hanya memberikan apapun mereka minta. Pendidikan semacam inilah yang akan melahirkan mental berusaha, mental bekerja pada anak � anak kita.

Thursday, July 2, 2009

AUSTRALIA BELAJAR BAHASA INDONESIA


Siswa � siswa SD hingga SMA di Australia kini banyak yang belajar bahasa Indonesia. Pilihan pelajaran Bahasa Indonesia cukup diminati siswa Australia, di samping bahasa Perancis, Jerman, dan Mandarin. Ini, tentu saja membanggakan kita semua sebagai pemilik sah bahasa persatuan itu. Timbul juga harga diri kita karena ternyata Negara maju, seperti Australia � dan ternyata masih ada 45 negara lain yang mempelajari bahasa Indonesia - mempelajari bahasa dari dunia ketiga.
Namun, sebagai Negara yang memiliki bahasa Indonesia, apakah kita masih memiliki kebanggaan berbahasa Indonesia? Banyak dari warga kita yang sudah tidak lagi bangga dengan bahasa Indonesia. Mereka lebih suka menggunakan bahasa asing, seperti bahasa Inggris karena alasan gengsi dan yang lainnya. Padahal Negara seperti Jepang dan Jerman membangun negaranya dengan politik identitas. Menggunakan dan bangga dengan bahasa Negara adalah salah satu cara untuk mempertegas identitas itu.

Gambar oleh KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU


Selain itu, di kalangan pelajar pun bahasa Indonesia tidak lagi populer. Kemarin lusa, keponakan saya yang duduk di kelas enam SD menerima SKHU. Nilai bahasa Indonesianya Cuma delapan koma sekian. Padahal untuk nilai matematika dan IPA ia mendapatkan sepuluh dan Sembilan koma sekian. Ada kemungkinan juga pengajaran bahasa Indonesia di sekolah � sekolah kita tidak mendukung usaha untuk membuat kita bangga dengannya.
Kondisi ini diperburuk maraknya penggunaan bahasa prokem dan ketidakseragaman media � media masa dalam menggunakan istilah. Politisi, pejabat dan pesohor yang menggunakan kata � kata yang tidak baku pun, karena merekalah sumber berita yang dikonsumsi oleh orang banyak, memiliki andil merusak bahasa. Keaslian dan keindahan rasa bahasa Indonesia menjadi hilang karena penggunaan kata � kata yang tidak baku. Yang lebih menakutkan lagi adalah, jika tidak ada upaya perbaikan bahasa, jika anak cucu kita menganggap bahwa bahasa prokem itulah bahasa Indonesia yang asli. Kemungkinan buruk ini bisa saja terjadi.
Lalu mengapa bahasa Indonesia kini banyak diajarkan oleh banyak Negara di dunia? Saya kira alasannya tidak jauh beda dengan mengapa kita mempelajari bahasa Inggris. Indonesia dipandang sebagai pasar yang potensial. Penguasaan bahasa Indonesia oleh mereka tentu akan lebih memuluskan jalan dalam melakukan aktivitas perdagangan internasional. Itu analisa sederhana saya saja.
Namun, jika kita sudah kehilangan identitas sebagai bangsa � ditandai dengan ketidakbanggaan kita terhadap bahasa Indonesia � lalu serbuan bangsa asing sedemikian gencarnya, eksistensi kita benar � benar terancam.

Tags

Recent Post