Latest News

Monday, April 30, 2012

Perangkingan Webometrics pada Universitas Sedunia

Oleh : R.Priyoko Prayitnoadi, S.S.T., M.Eng*


Webometrics adalah salah satu dari beberapa macam jenis sistem perangkingan universitas di seluruh dunia dan Webometrics merupakan sistem perangkingan universitas sedunia berbasis website. 
Dari filosofinya webometrics sebetulnya berupaya untuk menggunakan website sebagai media promosi untuk mencerminkan secara keseluruhan tentang institusi kita. Cybermetrics Lab. di Spanyol adalah sebuah institusi yang secara rutin enam bulan sekali (Januari dan Juli) merilis hasil perangkingan menggunakan sistem ini. UBB sendiri ikut berpartisipasi sejak Juli 2010 dan hasilnya berfluktuatif setiap tahunnya, mulai dari rangking 86, 83, 80 dan turun ke 115 di Januari 2012 untuk perangkingan di lingkup Indonesia. Turunnya rangking UBB hampir diikuti oleh banyak universitas di Indonesia disebabkan karena penambahan peserta dan perubahan penilaian.

Terdapat 4 (empat) kategori penilaian dalam Webometrics ini
  • Size (S) merupakan jumlah halaman elektronik dalam suatu website universitas yang terindeks oleh 4 (empat) mesin pencari yaitu : Yahoo, Google, Live Search dan Exalead. Komponen ini mempunyai bobot 20% (versi 2012 adalah 10% dan hanya menggunakan mesin pencari dari Google)
  • Visibility (V) merupakan jumlah total tautan situs eksternal yang secara unik mencantumkan alamat website universitas dan terdeteksi Yahoo Search. Bobot untuk Visibility adalah terbesar dari semua kategori yaitu 50% (versi 2012 adalah tetap 50% dengan mengambil sumber dari Majestic dan SEO)
  • Rich Files (R) merupakan jumlah muatan file dalam suatu website universitas dan terindeks oleh Google. Ada 4 (empat) macam file yang masuk dalam kategori ini, pertama adalah Adobe Acrobat (*.pdf), PostScript (*.ps), Microsoft Word (*.doc) dan Microsoft Power Point (*.ppt). Kategori ini mempunyai bobot penilaian sebesar 15%.(versi 2012 adalah 10% dengan penambahan file yaitu docx, pptx, dan eps)
  • Scholar (Sc) merupakan jumlah publikasi elektronik baik berupa jurnal, academic report dan academic item lainnya dari suatu website universitas dan terindeks oleh scholar.google.com. Kategori ini mempunyai bobot 15% (versi 2012 adalah 30% dan dengan tambahan sumber yaitu Scimago IR)
Perangkingan Webometrics sendiri sudah dijadikan sebagai salah satu pencapaian kinerja universitas oleh Dikti. Perangkingan universitas melalui website bukan semata-mata menunjukkan kualitas universitas secara umum tetapi lebih kepada penunjukkan perubahan kualitas impak akademis yang ditunjukkan universitas melalui website, perubahan paradigma serta rekayasa ulang proses bisnis di berbagai institusi pendidikan, penelitian, perpustakaan dan layanan publik di berbagai Negara. Saat ini, misi utama yang didorong oleh lembaga-lembaga perangkingan berbasis web adalah peningkatan kiprah Open Archieve Initiative (OAI).

Hal-hal tersebut diungkapkan oleh Isidro F Aguilo, Kepala Laboratorium Cybermatics di Spanyol pada acara Seminar Nasional Pemeringkatan Web Institusi pada akhir Februari 2012 lalu di IPB International Conventional Center, Bogor. Beliau merupakan penggagas Webometrics yang melakukan perangkingan terhadap lebih dari 12.000 universitas di dunia. Dalam kesempatan tersebut pada sesi akhir diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi langsung dengan beliau. Isidro F Aguilo berlatar belakang pendidikan Biologi tetapi mempunyai minat yang kuat terhadap masalah website institusi pendidikan yang berkembang secara eksponensial yang menaruh perhatian beliau untuk mengukurnya melalui pendekatan kuantitatif. Tidak hanya itu, beliau mendukung terlaksananya Open Access Initiatives untuk mengukur sejauh mana negara-negara berkembang berkontribusi baik secara formal maupun non formal di dalam masyarakat ilmiah internasional. Meski demikian masih banyak kendala untuk mewujudkannya, salah satunya bagaimana menciptakan suasana akademik yang baik tanpa terdengar kasus-kasus plagiarisme yang sebenarnya, menurut Isidro, bila itu terjadi merupakan masalah hukum dan diselesaikan di kepolisian. Beliau juga mengatakan bahwa ada 5 universitas di Amerika Selatan yang di blacklist dari perangkingan Webometrics karena berkaitan dengan masalah plagiarisme tersebut.

*Wakil Rektor III Bidang Pengembangan, Sistem Informasi & Kerjasama UBB

Ujian (Nasional) Kejujuran

oleh :

Dr. Eddy Nurtjahya, M.Sc (Dosen FPPB UBB)





"Uji petik yang dilakukan oleh Direktorat pembinaan SMA dan Kejuruan, Kemendikbud pada pelaksanaan UN di Babel minggu lalu dapat menjadi salah satu solusi untuk memotret tingkat pendidikan dan pengajaran apa adanya di Babel"


MENDIKBUD M Nuh di sebuah stasiun televise swasta beberapa hari lalu, menyatakan bahwa kebocoran soal UN merupakan persepsi, dan 75 persen siswa terdorong untuk mempersiapkan diri belajar lebih keras karena UN ini, dan berita dari Kemendikbud menyebut 58 persen siswa mengalami stress karena pelaksanaan UN SMA/MA dan SMK tahun ini.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa kelulusan 100 persen menjadi target dan pengukur keberhasilan kinerja dinas pendidikan kabupaten/kota. Beberapa pengamat pendidikan mencatat upaya mencapai harapan itu di beberapa daerah dilakukan melalui proses yang tidak mendidik. Kejujuran pelaksanaan di sebagian daerah ditengarai tidak dijunjung tinggi. Sebagian pendidik dan orang tua di beberapa daerah yang menyesalkannya. Pendidikan, yang mengikuti pengajaran guru, selama hampir tiga tahun dengan penerapan kedisiplinan, ketekunan, dan kejujuran, tiba-tiba menjadi tidak berarti di akhir masa pendidikan dan pengajaran.

Prosedur standar pengawasan

Setiap ruang ujian diawasi oleh dua orang pengawas ruang yang berasal dari sekolah lain atau pengawas silang. Pengawas ruang menjelaskan ke siswa 15 menit sebelum pelaksanaan ujian dan mengingatkan pentingnya penulisan data pribadi, kode sekolah, dan mengingatkan untuk tidak membawa alat elektronik kedalam ruang, melakukan dengan jujur dan mengingatkan akan berakhirnya waktu ujian, lima menit sebelum berakhir. Pada UN SMA/MA dan SMK yang baru lalu, terdapat satu orang pengawas satuan pendidikan dari perguruan tinggi. Selain pengawas ruang dan siswa, orang lain tidak diperkenankan masuk, dan karenanya tulisan �Dilarang masuk selain peserta ujian dan pengawas� Ditempel di bagian depan setiap ruang.

Pengawas ruang tidak diperkenankan membawa telpon seluler. Di dalam POS tertulis sanksi bagi siswa dan pengawas ruang yang melanggar. Selain itu, untuk menghindari menyontek terdapat lima tipe soal: A, B, C, D, E, unutk SMA/MA dan SMK atau empat untuk SMP/MTs di setiap pelaksanaan ujian. Dan setiap hari, denah tipe soal yang disediakan menyertai soal ujian, berubah. Perubahan denah tempat duduk disebutkan menyebabkan kegelisahan siswa terutama pada hari pertama penyelenggaraan UN.

Kelancaran dan keamanan pelaksanaan ujian dipantau oleh satuan pengawas pendidikan atau lebih dikenal dengan pengawas independen dan petugas dari kepolisian sektor terdekat.

Namun demikian pada pelaksanaan UN SMA/MA dan SMK minggu lalu, dilaporkan adanya temuan penggunaan HP oleh segelintir siswa di sebuah daerah di Pulau Sulawesi. Padhal HP disebut dilarang dan semestinya selalu disampaikan lima menit sebelum pelaksanaan ujian oleh guru pengawas ruang. Alat elektronik dilarang dibawa masuk oleh siapapun termasuk guru pengawas ruang sesuai di POS (prosedur operasional standar) UN Tahun 2012. Cara klasikal yang tidak mandiri alias kerjasama atau KS istilah gaulnya, beresiko kelihatan, namun tidak tertutup kemungkinan masih menjadi pilihan yang jitu di sebagian sekolah di sebagian daerah. Namun perlu juga mencermati komentar berita tv swasta diatas yang menuliskan bahwa "guru diam saja". Karena duduk di depan, bisa saja tidak meragukan gerak-gerik yang mencurigakan, atau tidak tertutup kemungkian �pembiaran�. Pengawasan ruang guru oleh yang bukan dari sekolah yang bersangkutan, pengawasan silang, dimaksudkan untuk menghindari kerjasama antara guru pengawas ruang dan siswa dalam bentuk pembiaran pencontekan.

Pemicu kekurangan

Tingkat kelulusan 100 persen adalah alasan klasik. Dengan komposisi gabungan nilai rapot untuk mata pelajaran yang diuji secara nasional dan ujian sekolah (US) sebanyak 40 persen dan UN 60 persen, siswa telah menabung nilai demi kelulusannya. Faktor lain yang berkembang kemudian adalah, selain tingkat kelulusan juga nilai UN yang tinggi. Ada target bahwa perbedaan nilai antar siswa semakin kecil. Tentu adalah bangga bagi suatu sekolah jika terdapat siswa yang memperoleh nilai UN tertinggi. Target yang semestinya menjadi salah satu motivasi bagi sekolah untuk membekali siswa lebih baik dan siap dalam UN, tidak jarang berujung pada upaya membantu siswa dalam pelaksanaan ujian. Pembentukan karakter menjadi salah satu cirri pendidikan akhirnya menjadi impian saja. Pengalaman siswa dengan kondisi demikian secara bersama-sama dengan teman sekelas, dengan teman se sekolah, dan dengan teman semua sekolah lain di daerahnya, dan di daerah dan di kabupaten dan provinsi lain akan menanamkan keyakinan yang salah bagi siswa-siswa. Tindakan yang dilakukan oleh sebagian guru pengawas, dan/ atau pengawas satuan pendidikan, dan/ atau pihak-pihak lain pada kondisi seperti ini tentu akan diamini siswa sebagai hal yang positif, suatu bentuk tanggung jawab dan solidaritas pihak lain yang tinggi, dan celakanya jika diakui sebagai bentuk kegiatan yang mulia.

Evaluasi Nasional

Jika UN 2012 berjalan dengan jujur, maka nilai UN mampu menjawab pertanyaan seberapa besar perbedaan pengajaran yang dilakukan diseluruh negeri. Data ini tentunya diperlukan sebagai bekal peningkatan sebagian sekolah di sebagian daerah. Banyak manfaat yang dapat dipetik baik oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota, sekolah dan masyarakat sekitar dalam peningkatan pengajaran di sekolah- sekolah yang belum memenuhi standar yang ada. Namun jika data yang diperoleh tidak benar, para pemangku kepentingan, termasuk perusahaan dan masyarakat luas tidak dapat berperan serta dalam meningkatkan pendidikan dan pengajaran dengan jitu pada sekolah yang seharusnya membutuhkan. Keberadaan pengawas satuan pendidikan pun tidak akan berarti banyak dalam upaya mendukung tingkat kejujuran UN sekurang-kurangnya tanpa komitmen dari guru pengawas ruang, dan pihak sekolah.

Uji petik yang dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMA dan Kejuruan, Kemendikbud pada pelaksanaan UN di Babel minggu lalu dapat menjadi salah satu solusi untuk memotret tingkat pendidikan dan pengajaran apa adanya di Babel, asalkan mempertimbangkan sampling yang mewakili seluruh propinsi. Contoh harus mewakili lokasi sekolah, kecamatan, kabupaten, sekolah negeri dan swasta, dan jumlah minimal ulangan kelas, program IPA dan IPS untuk SMA, dan selama empat hari pelaksanaan ujian. Pengambil sampel harus dapat memotret secara keseluruhan selama pelaksanaan ujian termasuk kepatuhan terhadap rambu-rambu yang ada baik untuk siswa, pengawas ruang, pengawas satuan pendidikan, dan sekolah.

Sekalipun tidak dapat di generalisir beberapa kejadian yang sempat menjadi berita utama disurat kabar saat pelaksanaan UN tahun ini, cukup dimengerti keraguan beberapa pimpinan universitas akan peran UN sebagai salah satu pengganti ujian masuk perguruan tinggi yang pernah menjadi berita hangat beberapa waktu lalu.

Campus Talks! Bapos, Jumat (27/04/2012)

Bimbingan Konseling Pada Pendidikan Formal


Eksistensi program bimbingan dan konseling pada pendidikan formal di SMP/Madrasah sudah diakui keberadaannya, hal ini terbukti dari dikeluarkannya Peraturan Mendiknas No. 22 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah dan Peraturan Mendiknas No. 23 tentang Standar Kompetensi Luluusan untuk Satuan Penndidikan Dasar dan Menengah. Untuk mengatur pelaksanaan peraturan tersebut pemerintah mengeluarkan pula Peraturan Mendiknas No. 24 tahun 2006.

Dari ketiga peraturan tersebut memuat beberapa hal penting diantaranya bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang kemudian dipopulerkan dengan istilah KTSP. Didalam KTSP, struktur kurikulum yang dikembangkan mencakup tiga komponen yaitu;
  1. Mata Pelajaran
  2. Muatan Lokal
  3. Pengembangan Diri


Dalam komponen Pengembangan Diri sebagaimana dimaksud dalam KTSP merupakan wilayah komplementer antara guru dan konselor. Eksistensi program bimbingan dan konseling pada pendidikan formal di SMP/Madrasah sudah cukup berjalan dengan baik, hal ini terbukti dengan sudah berjalannya layanan-layanan pada bimbingan dan konseling.

Mengingat para peserta didik di SMP sebagian besar adalah remaja awal yang memiliki karakteristik dan tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Adapun tugas-tugas perkembangan peserta didik di SMP tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tugas Perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa meliputi topik-topik ;
  • Memahami secara lebih luas dan mendalam, meyakini dan menjalankan kaidah-kaidah agama yang dianutnya (Bimbingan Pribadi).
  • Memahami, menjalankan, hubungan sosial berdasarkan kaidah-kaidah agama yang dianut (Bimbingan sosial).
  • Memahami dan mewujudkan kegiatan-kegiatan belajar sesuai dengan kaidah-kaidah ajaran agama (Bimbingan belajar).
  • Memahami dan menjalankan kaidah-kaidah agama dalam pengarahan diri untuk pengembangan karir.
2. Tugas Perkembangan mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat, meliputi topik-topik ;
  • Memahami dan menerima perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri (Bimbingan Pribadi)
  • Memahami dan menjalankan pola hidup sehat (Bimbingan Pribadi)
  • Memahami bahwa perubahan fisik dan psikis mempengaruhi hubungan sosial serta bersikap empati kepada orang lain yang sedang mengalami perubahan fisik dan psikis (Bimbingan Sosial)
  • Memahami pengaruh perubahan fisik dan psikis terhadap kegiatan belajar serta mampu mengatasi kesulitan yang terjadi akibat perubahan fisik dan psikis dalam kegiatan belajar (Bimbingan Belajar)
  • Memahami bahwa kondisi fisik dan psikis mempengaruhi pengembangan persiapan karir serta mengembangkan kondisi fisik dan psikis yang sehat untuk pengembangan karir (Bimbingan Karir)
3. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria atau wanita
  • Memahami, menerima dan menjalankan peran pribadi dalam kelompok sebaya sebagai pria atau wanita (Bimbingan Pribadi)
  • Mampu menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya sesaui perannya sebagai pria atau wanita (Bimbingan Sosial)
  • Mewujudkan pengaruh positif dan menghindari pengaruh yang negatif dari hubungan teman sebaya terhadap kegiatan belajar (Bimbingan Belajar)
  • Memanfaatkan hubungan teman sebaya dalam upaya pengembangan persiapan karir dan memahami bahwa pria dan wanita mempunyai kedudukan yang sama dalam bekerja dan mengembangkan karir
4. Tugas perkembangan ; memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan sosial yang lebih luas
  • Memahami dan menjalankan nilai dan cara bertingkah laku pribadi dalam kehidupan diluar kelompok sebaya (Bimbingan Pribadi)
  • Memahami dan mampu menerapkan nilai-nilai dan cara berperilaku sosial dalam kehidupan diluar kelompok sebaya (Bimbingan Sosial)
  • Memahami pengaruh hubungan dalam kehidupan sosial yang lebih luas terhadap kegiatan belajar serta mewujudkan pengaruh positif dan menghindari pengaruh negatif dari hubungan dalam kehidupan sosial yang lebih luas terhadap kegiatan belajar
5. Mengenal bakat, minat, serta arah kecenderungan karir dan apresiasi seni
  • Memahami kemampuan, bakat dan minat yang dimiliki dan arah kecenderungan karir sesuai dengan bakat dan minat (Bimbingan Pribadi)
  • Mengenal aspek-aspek sosial terhadap kemampuan , bakat dan minat (Bimbingan Sosial)
  • Memahami aspek-aspek sosial dalam pengembangan karir dan dalam apresiasi seni (Bimbingan Sosial)
  • Memahami pengaruh positif kemampuan, bakat dan minat sendiri terhadap kegiatan belajar serta pengaruh positif apresiasi seni terhadap kegiatan belajar (Bimbingan Belajar)
  • Memahami pengaruh kemampuan, bakat dan minat terhadap karir (Bimbingan Karir)
  • Mampu mengarahkan kecenderungan karir sendiri sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat (Bmbingan Karir)
  • Mampu mengapresiasi berbagai jenis karir dalam bidang seni (Bimbingan Karir)
6. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan / atau mempersiapkan karir serta berperan dalam kehidupan masyarakat.
  • Memiliki kesadaran dan dorongan yang kuat untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan yang menjadi program sekolah
  • Memiliki kesadaran dan dorongan untuk melanjutkan pelajaran pada tingkat yang lebih tinggi
  • Memiliki kesadaran dan dorongan untuk mempersiapkan karir yang cocok bagi dirinya (Bimbingan Pribadi)
  • Memiliki kesadaran dan dorongan untuk berperan aktif dalam kehidupan masyarakat (bimb. sosial)
7. Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi.
  • Memiliki gambaran tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi (Bimbingan Pribadi)
  • Memiliki gambaran tentang sikap yang seharusnya diambil dalam kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi (Bimbingan Pribadi)
  • Memiliki kesadaran dan dorongan untuk melaksanakan sikap dasar dalam kehidupan mandiri, emosional, sosial, dan ekonomi. Motivasi untuk melaksanakan sikap dasar dalam kehidupan mandiri, emosional, sosial dan ekonomi.(bimbingan Pribadi)
8. Mengenal sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan minat manusia.
  • Memiliki kesadaran ada dan perlunya sistem etika dan nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi dan anggota masyarakat. (Bimbingan Pribadi)
  • Memiliki dorongan yang kuat untuk berperilaku sesuai dengan sistem etika dan nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi dan anggota masyarakat.(Bimbingan Pribadi)
  • Memahami aspek-aspek sosial dalam sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warga negara. (Bimbingan Sosial)
  • Memahami pengaruh sistem etika dan nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara dalam kegiatan belajar. (Bimbingan Belajar)
  • Memahami pengaruh sistem etika dan nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara dalam kegiatan belajar (Bimbingan Karir).
Kedelapan tugas perkembangan peserta didik SMP itu merupakan kompetensi yang harus dikuasai secara optimal. Untuk pencapaian kompetensi secara optimal ini diperlukan kerjasama tiga pilar pendidikan yakni manajemen, pengajaran, dan bimbingan dan konseling. (Juntika Nurhasan, 2000 : 2).
Dikaitkan dengan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, maka sistem layanan bimbingan dan konseling di SMP tidak mungkin terselenggara dengan baik dan pencapaian kompetensi yang harus dimiliki peserta didik sulit diupayakan apabila tidak memiliki manajemen bermutu dan tidak dilakukan secara jelas dan terarah, faktual dan sistematis.

Dalam konteks inilah keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah menjadi urgen disamping proses pembelajaran. Bahkan saat ini tige pilar pendidikan (pembelajaran, bimbingan dan konseling, dan manajemen/supervisi) menjadi sangat urgen untuk dikelola secara koordinatif, kooperatif dan sinergis, agar mendorong pencapaian kompetensi peserta didik secara optimal.

Secara garis besar program bimbingan dan konseling di SLTP hendaknya berorientasi kepada :
  1. Bimbingan belajar, karena cara belajar di SLTP berbeda dengan di SD.
  2. Bimbingan tentang hubungan muda-mudi, karena pada usia ini mereka mulai mengenal hubungan cinta kasih (Gibson dan Mitchell, 1981).
  3. Pada usia ini mereka mulai membentuk kelompok sebaya (peer group), maka program bimbingan hendaknya juga menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan sosial.
  4. Bimbingan yang berorientasi pada tugas-tugas perkembangan anak usia 12-15 tahun.
  5. Bimbingan karier baik yang menyangkut pemahaman tentang dunia pendidikan.
  6. Dalam konteks pembelajaran Standar Kompetensi ini disebut Standar Kompetensi Lulusan (SKL), sementara dalam konteks Bimbingan dan Konseling Standar Kompetensi ini dikenal dengan istilah Standar Kompetensi Kemandirian (SKK), yang di dalamnya mencakup sepuluh aspek perkembangan individu (SD dan SLTP) dan sebelas aspek perkembangan individu (SLTA dan PT). 

Sumber : http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/eksistensi-program-bimbingan-dan.html

    Friday, April 27, 2012

    Surat Inspirasi

    Ada seseorang saat melamar kerja, memungut sampah kertas di lantai ke dalam tong sampah, dan hal itu terlihat oleh peng-interview, dan dia mendapatkan pekerjaan tersebut.

    Ternyata untuk memperoleh penghargaan sangat mudah, cukup memelihara kebiasaan yang baik.

    Ada seorang anak menjadi murid di toko sepeda. Suatu saat ada seseorang yang mengantarkan sepeda rusak untuk diperbaiki di toko tsb. Selain memperbaiki sepeda tsb, si anak ini juga membersihkan sepeda hingga bersih mengkilap. Murid-murid lain menertawakan perbuatannya. Keesokan hari setelah sang empunya sepeda mengambil sepedanya, si adik kecil ditarik/diambil kerja di tempatnya.


    Ternyata untuk menjadi orang yang berhasil sangat mudah, cukup punya inisiatif sedikit saja
    Seorang anak berkata kepada ibunya: �Ibu hari ini sangat cantik.
    Ibu menjawab: �Mengapa?
    Anak menjawab: �Karena hari ini ibu sama sekali tidak marah-marah.
    Ternyata untuk memiliki kecantikan sangatlah mudah, hanya perlu tidak marah-marah.
    Seorang petani menyuruh anaknya setiap hari bekerja giat di sawah.
    Temannya berkata: �Tidak perlu menyuruh anakmu bekerja keras, Tanamanmu tetap akan tumbuh dengan subur.
    Petani menjawab: �Aku bukan sedang memupuk tanamanku, tapi aku sedang membina anakku.

    Ternyata membina seorang anak sangat mudah, cukup membiarkan dia rajin bekerja.
    Seorang pelatih bola berkata kepada muridnya: �Jika sebuah bola jatuh ke dalam rerumputan, bagaimana cara mencarinya?

    Ada yang menjawab: �Cari mulai dari bagian tengah.� Ada pula yang menjawab: �Cari di rerumputan yang cekung ke dalam.� Dan ada yang menjawab: �Cari di rumput yang paling tinggi. Pelatih memberikan jawaban yang paling tepat: �Setapak demi setapak cari dari ujung rumput sebelah sini hingga ke rumput sebelah sana .

    Ternyata jalan menuju keberhasilan sangat gampang, cukup melakukan segala sesuatunya setahap demi setahap secara berurutan, jangan meloncat-loncat.
    Katak yang tinggal di sawah berkata kepada katak yang tinggal di pinggir jalan: �Tempatmu terlalu berbahaya, tinggallah denganku.�
    Katak di pinggir jalan menjawab: �Aku sudah terbiasa, malas untuk pindah.�
    Beberapa hari kemudian katak �sawah� menjenguk katak �pinggir jalan� dan menemukan bahwa si katak sudah mati dilindas mobil yang lewat.

    Ternyata sangat mudah menggenggam nasib kita sendiri, cukup hindari kemalasan saja.
    Ada segerombolan orang yang berjalan di padang pasir, semua berjalan dengan berat, sangat menderita, hanya satu orang yang berjalan dengan gembira. Ada yang bertanya: �Mengapa engkau begitu santai?�
    Dia menjawab sambil tertawa: �Karena barang bawaan saya sedikit.�
    Ternyata sangat mudah untuk memperoleh kegembiraan, cukup tidak serakah dan memiliki secukupnya saja.

    Thursday, April 26, 2012

    Jenis Layanan Bimbingan Konseling


    1. Layanan Orientasi
    • layanan yang memungkinan peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya diberikan dua kali dalam satu tahun yaitu pada setiap awal semester. 
    • Tujuan layanan orientasi adalah agar peserta didik dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara tepat dan memadai, yang berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.
    2. Layanan Informasi
    • layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti : informasi belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). 
    • Tujuan layanan informasi adalah membantu peserta didik agar dapat mengambil keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkan informasi yang diperolehnya yang memadai. Layanan informasi pun berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.
    3. Layanan Konten
    • layanan yang memungkinan peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam penguasaan kompetensi yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. 
    • Layanan pembelajaran berfungsi untuk pengembangan.Layanan Penempatan dan Penyaluran; layanan yang memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap potensi lainnya. Layanan Penempatan dan Penyaluran berfungsi untuk pengembangan.
    4. Layanan Konseling Perorangan
    • layanan yang memungkinan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) untuk mengentaskan permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya. 
    • Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar peserta didik dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya. Layanan Konseling Perorangan berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.
    5. Layanan Bimbingan Kelompok
    • layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Layanan Bimbingan Kelompok berfungsi untuk pemahaman dan Pengembangan
    6. Layanan Konseling Kelompok
    • layanan yang memungkinan peserta didik (masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok. Layanan Konseling Kelompok berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.
    7. Konsultasi
    • yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.
    8. Mediasi
    • yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka.

    1. Aplikasi Instrumentasi Data
    • merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik, tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan lainnya, yang dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen, baik tes maupun non tes, dengan tujuan untuk memahami peserta didik dengan segala karakteristiknya dan memahami karakteristik lingkungan.
    2. Himpunan Data
    • merupakan kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup.
    3. Konferensi Kasus
    • merupakan kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan klien. Pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat terhadap klien dalam rangka pengentasan permasalahan klien.
    4. Kunjungan Rumah
    • merupakan kegiatan untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik melalui kunjungan rumah klien. Kerja sama dengan orang tua sangat diperlukan, dengan tujuan untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak orang tua/keluarga untuk mengentaskan permasalahan klien.
    5. Alih Tangan Kasus
    • merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain yang lebih kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter serta ahli lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih kompeten. 


    Sumber : http://delsajoesafira.blogspot.com/2012/04/bimbingan-dan-konseling-17.html

    Tuesday, April 24, 2012

    Evaluasi Pendidikan


    Rangakaian akhir dari suatau proses kependidikan Islam adalah Evaluasi atau penialaian. Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya dapat dilihat setelah dilakukannya evaluasi out put yang dihasilkannya. Maka secara sederhana Evaluasi pendidikan dapat diberikan batasan sebagai suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan dalam pendidikan Islam.

    Dalam ruang lingkup yang terbatas, Evaluasi dilakukan adalah dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan pendidik dalam menyampaikan materi kepada peserta didik, sedangkan dalam ruang lingkup yang luas, Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kelemahan suatu proses pendidikan Islam (dengan seluruh komponen ynag terlibat di dalamnya) dalam pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan serta pelaksanaan dan berakhir pada kepribadian muslim.

    Secara umum ada empat kegunaan evaluasi dalam pendidikan Islam. Pertama, dari segi pendidik, evaluasi berguna untuk membantu seorang pendidik mengetahui sudah sejauh mana hasil yang dicapai dalam pelaksanaan tugasnya. Kedua, dari segi peserta didik, evaluasi berguna untuk peserta didik untuk dapat mengubah atau mengembangkan tingkahlaku secara sadar kea rah yang lebih baik. Ketiga, dari segi ahli fakir pendidikan Islam, evaluasi berguna untuk mengetahui kelemahan-kelemahan teori pendidikan Islam dan membantu mereka dalam merumuskan teori itu kembali, pendidikan Islam yang relevan dengan arus dinamika zaman. Keempat, dari segi politik mengambilkebijakan pendidikan Islam (pemerintah) evaluasi berguna untuk membantu mereka dalam membenahisistem pengawasan dan mempertimbangkan kebijakan yang akan diterapakan.


    Pendidikan Islam secara rasional filosofis adalah bertujuan untuk membentuk al-insan al-kamil atau manusia paripurna. Pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada dua dimensi, yaitu : pertama, dimensi dialektikal horizontal. kedua, dimensi ketundukan vertical.

    Pada dimensi dialektikal horizontal pendidikan hendaknya dapat mengembangkan pemahaman tentang kehidupan konkrityeng terkait dengan diri,sesame manusia, dan alam semesta. Sedangkan pada dimensi kedua, pendidikan sains dan teknologi selain menjadi alat untuk memanfaatkan juga hendaknya menjadi jembatan dalam mencapai thubungan yang abadi dengan sang khalik.

    Secara umum tujuan dan fungsi evaluasi pendididkan Islam diarahkan kepada dua dimensi diatas. Secara khusus tujuan pelaksanaan evaluasi dalam pendidikan Islam adalah untuk mengetahui kadar pemilikan dan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Sebagai tindak lanjut dari tujuan ini adalah untuk mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan lemah.

    Dalam pendidikan Islam, tujuan evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan sikap (afektif dan psikomotor) disbanding aspek kognitif. Penekanan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik yng secara garis besarnya meliputi empet hal, yaitu:
    1. Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan Tuhan.
    2. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat.
    3. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam sekitarnya.
    4. Sikap dan pandangan terhadap diri sendiri selaku hamba Allah,anggota masyarakat,khalifah Allah SWT.
    Keempat kemampuan dasar tersebut dijabarkan dalam beberapa klasifikasi kemampuan teknis yaitu :
    1. Sejauhmana loyalitas dan pengabdiannya kepada Allah dengan indikasi-indikasi lahiriyah berupa tingkahlaku yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah.
    2. Sejauhmana peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai agamanya dan kegiatan hidup bermasyarakat seperti ahklak mulia dan disiplin.
    3. Bagaiman peserta didik mengolah dan memelihara serta menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya.
    4. Bagaimana dan sejauh mana ia memandang diri sendiri sebagai hamba Allah dalam menghadapi kenyataan masyarakat yang beraneka ragam budaya, suku dan agama.

    Sistem evaluasi dalam pendidikan Islam adalah mengacu pada system evaluasi yang digariskan Allah SWT dalam Al-Qur�an sebagaimana telah dikembangkan oleh Rasullanya Muhammad SAW. maka secara umum system evaluasi pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
    1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan.(QS. Al Baqarah 2:155)
    2. Untuk mengetahui sejauh mana atau sampai dimana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan Rasullullah Saw kepada umatnya (QS. An-Naml 27:40)
    3. Untuk menentukan klasifikasi tingkat hidup keislaman atau keimanan seseorang.(QS. Ash Shaaffat 37: 103-107)
    4. Untuk mengukur daya kognisi hafalan manusia dan pelajaran yang telah diberikan kepadanya.(QS Al Baqarah 2:31)
    5. Memberi semacam tabsyir bagi yang beraktifitas baik, dan memberi semacam iqab bagi mereka yang beraktifitas buruk (QS. Az-Zalzalah 99: 7-8)
    6. Allah dalam mengevaluasi hambanya tanpa memandang formalitas tapi memandang subtansi dibalik tindakan hambanya.(QS. QAl-Hajj 22;37)
    7. Allah memerintahkan agar berlaku adil dalam mengevaluasi sesuatu, jangan karena kebencian menjadi ketidak objektifan evaluasi yang dilakukan (QS. Al-Maidah 5:8) .

    Evaluasi adalah tahap akhir dari proses pendidikan dimana hakekat evaluasi adalah sebagai imbal balik antara pendidik dan peserta didik atau feed beck, berhasil atau tidakkah seorang pendidik mentrasfer ilmu pengetahuannya kepada peserta didik atau dalam arti lain untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kelemahan suatu proses pendidikan Islam dengan komponen dan unsure yang terlibat didalamnya.

    Tags : Evaluasi pendidikan, tujuan dan fungsi evaluasi pendidikansistem evaluasi dalam pendidikan

    Pentingnya Mengenal 4 Karakter Dasar Manusia Dalam Mendidik Anak

    Florence Litteur, penulis buku terlaris �Personality Plus� menguraikan, ada empat pola watak dasar manusia. Sifat-sifat  tersebut  adalah sanguinis, plegmatis, melankolis, dan koleris.  Mengapa kita perlu  memahami 4 karakter dasar manusia tersebut dalam mendidik anak? Mari kita simak... :)
    Yang pertama, kata Florence adalah golongan Sanguinis, �Yang Populer�. Mereka ini cenderung ingin populer, ingin disenangi oleh orang lain. Hidupnya penuh dengan bunga warna-warni. Mereka senangsekali bicara tanpa bisa dihentikan. Gejolak emosinya bergelombang dan transparan. Pada suatu
    saat ia berteriak kegirangan, dan beberapa saat kemudian ia bisa jadi menangis tersedu-sedu.
    Namun orang-orang sanguinis ini sedikit agak pelupa, sulit berkonsentrasi, cenderung berpikir `pendek�, dan hidupnya serba tak beratur. Jika suatu kali anda lihat meja kerja pegawai anda cenderung berantakan, agaknya bisa jadi ia sanguinis. Kemungkinan besar ia pun kurang mampu berdisiplin dengan waktu, sering lupa pada janji apalagi bikin planning/rencana. Namun kalau disuruh melakukan sesuatu, ia akan dengan cepat mengiyakannya dan terlihat sepertinya betul-betul hal itu akan ia lakukan. Dengan semangat sekali ia ingin buktikan bahwa ia bisa dan akan segera melakukannya. Tapi percayalah, beberapa hari kemudian ia tak lakukan apapun juga.

    Lain lagi dengan tipe kedua, golongan melankoli, �Yang Sempurna�. Agak berseberangan dengan sang sanguinis. Cenderung serba teratur, rapi, terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnya mereka ini suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka dan sering sekali memikirkan segalanya secara mendalam. Dalam sebuah pertemuan, orang sanguinis selalu saja mendominasi pembicaraan, namun orang melankoli cenderung menganalisa, memikirkan, mempertimbangkan, lalu kalau bicara pastilah apa yang ia katakan betul-betul hasil yang ia pikirkan secara mendalam sekali.

    Orang melankoli selalu ingin serba sempurna. Segala sesuatu ingin teratur. Karena itu jangan heran jika balita anda yang `melankoli� tak `kan bisa tidur hanya gara-gara selimut yang membentangi tubuhnya belum tertata rapi. Dan jangan pula coba-coba mengubah isi lemari yang telah disusun istri `melankoli� anda, sebab betul-betul ia tata-apik sekali, sehingga warnanya, jenisnya, klasifikasi pemakaiannya sudah ia perhitungkan dengan rapi. Kalau perlu ia tuliskan satu per satu tata letak setiap jenis pakaian tersebut. Ia akan dongkol sekali kalau susunan itu tiba-tiba jadi lain.

    Ketiga, manusia Koleris, �Yang Kuat�. Mereka ini suka sekali mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk atau perintah-perintah orang. Ia tak ingin ada penonton dalam aktivitasnya. Bahkan tamu pun bisa sajaia `suruh� melalukan sesuatu untuknya. Akibat sifatnya yang `bossy� itu membuat banyak orang koleris tak punya banyak teman. Orang-orangberusaha menghindar, menjauh agar tak jadi `korban� karakternya yang suka `ngatur� dan tak mau kalah itu.

    Orang koleris senang dengan tantangan, suka petualangan. Mereka punya rasa, �hanya saya yang bisa menyelesaikan segalanya; tanpa saya berantakan semua�. Karena itu mereka sangat �goal oriented�,tegas, kuat, cepat dan tangkas mengerjakan sesuatu. Baginya tak ada istilah tidak mungkin. Seorang wanita koleris, mau dan berani naik tebing, memanjat pohon, bertarung ataupun memimpin peperangan. Kalau ia sudah kobarkan semangat �ya pasti jadi�� maka hampir dapat dipastikan apa yang akan ia lakukan akan tercapai seperti yang ia katakan. Sebab ia tak mudah menyerah, tak mudah pula mengalah.

    Hal ini berbeda sekali dengan jenis keempat, sang Phlegmatis �Cinta Damai�. Kelompok ini tak suka terjadi konflik, karena itu disuruh apa saja ia mau lakukan, sekalipun ia sendiri nggak suka. Baginya kedamaian adalah segala-galanya. Jika timbul masalah atau pertengkaran, ia akan berusaha mencari solusi yang damai tanpa timbul pertengkaran. Ia mau merugi sedikit atau rela sakit, asalkan masalahnya nggak terus berkepanjangan.

    Kaum phlegmatis kurang bersemangat, kurang teratur dan serba dingin. Cenderung diam, kalem, dan kalau memecahkan masalah umumnya sangat menyenangkan. Dengan sabar ia mau jadi pendengar yang baik, tapi kalau disuruh untuk mengambil keputusan ia akan terus menunda-nunda. Kalau anda lihat tiba-tiba ada sekelompok orang berkerumun mengelilingi satu orang yang asyik bicara terus, maka pastilah parapendengar yang berkerumun itu orang-orang phlegmatis. Sedang yang bicara tentu saja sang Sanguinis.

    Kadang sedikit serba salah berurusan dengan para phlegmatis ini. Ibarat keledai, �kalau didorong ngambek, tapi kalau dibiarin nggak jalan�. Jadi kalau anda punya staf atau pegawai phlegmatis, andaharus rajin memotivasinya sampai ia termotivasi sendiri oleh dirinya (dikutip dari ahli.wordpress.com).

    Seorang  anak masih mudah ditebak,  tanpa perlu menggunakan tes, untuk bisa mengetahui kepribadian dasar mereka. Sebagai  orangtua, kita  perlu  mengetahui kepribadian dasar buah hati kita. Hal ini akan sangat  berguna. Manfaat  tersebut antara lain:


    1. Tahu  bagaimana memperlakukan mereka.
    Misalnya  kita  memiliki anak yang sanguinis, dimana ciri-ciri dasar mereka adalah  suka berbicara dan sangat ekspresif. Beberapa orang tua merasa khawatir, saat  mengetahui buah  hatinya sangat  cerewet. Jangan sampai  kita membanding-bandingkan dengan orang  lain, biasanya saudara kandungnya, yang  cenderung  pendiam, dengan mengatakan,�Kamu bisa nggak  seperti kakakmu, pendiam, dan nggak suka bikin keributan.� Atau   dengan banyak  melarang anak yang sanguinis untuk  bicara. Jangan sampai larangan-larangan kita melukai buah hati kita, dan harus menjadi �orang lain�. Hal ini bisa menghambat pertumbuhan kedewasaan sang anak. Akan lebih baik  bila kita mengarahkan �kekurangan�  sang anak tersebut menjadi  sebuah kelebihan yang bermanfaat bagi  dirinya  dan orang  lain, serta demi kebaikan masa depan sang anak. Misalnya, dengan mengajarkan mereka kata-kata  yang  baik, mengajari  mereka menasihati, menghindarkan mereka dari kata-kata yang kasar (yang bisa menyakiti orang lain),  mengajari mereka untuk  berbicara dengan lembut (tidak dengan membentak), sehingga nantinya saat  mereka dewasa, mereka menjadi anak yang baik dalam bertutur kata dan bertindak.

    2. Mengenal  potensi dan bakat  anak
    Untuk poin yang kedua  ini, saya  akan mengambil  karakter melankolis. Kebanyakan anak melankolis memiliki bakat-bakat di bidang  seni, misalnya bermain piano, menulis, menggambar, dan masih banyak lagi. Hobi mereka cenderung  sesuatu yang membutuhkan konsentrasi dan membutuhkan waktu untuk sendiri untuk mendapatkan hasil yang baik. Bila kita memiliki buah  hati yang bersifat melankolis, akan lebih  baik bila kita mengarahkan bakat  mereka. Bila  buah hati kita suka  menulis, akan lebih baik bila kita mendukung mereka dan membantu  mereka agar bisa mengembangkan bakat  mereka. Kita bisa  membelikan mereka buku-buku  cerita   yang mendidik, memberikan ruang  belajar khusus, tidak  melarang mereka melakukan hobi mereka (yang baik), dan memberikan dukungan terhadap hal-hal baik yang mereka suka. Anak melankolis cenderung suka menyendiri. Tentu  saja bila kita terlalu banyakmereka menyendiri akan memberikan dampak  yang tidak baik bagi masa depan mereka, misalnya mereka bisa  tumbuh  menjadi  anak  yang anti-sosial.  Semua bakat mereka akan menjadi sia-sia bila mereka tidak memiliki  teman (yang bisa diajak  saling belajar), tidak berani tampil, males bersosialisasi, dan berbagai sifat-sifat  anti-sosial  lainnya. Maka kita harus mengarahkan mereka  agar  mereka mau bersosialisasi,  misalnya dengan mengajak mereka jalan-jalan keliling kampong (agar bertemu dengan tetangga dan anak-anak lain), meminta mereka bergabung  dalam organisasi sosial dan agama, mengikutkan mereka dengan bimbingan belajar yang bersifat non-privat, mendorong mereka untuk  berani  tampil (ikut lomba-lomba dan pentas seni), dan masih  banyak  lagi.  Siapa tahu meski buah  hati anda termasuk orang-orang melankolis yang  bisa populer  (karna karya-karya  hebat mereka) seperti  orang-orang  sanguinis (yang memang mudah terkenal karena cerewet dan suka bersosialisasi).

    3. Membentuk mereka agar memiliki kedewasaan yang utuh
    Anak  yang �bossy� (berlagak seperti bos dan suka mengatur),  adalah sifat   yang dimiliki oleh anak koleris. Bukan sifat yang buruk  memang, semua tergantung bagaimana kita mengarahkan mereka. Akan menjadi buruk bila mereka menjadi susah diatur, dan maunya  ngatur melulu tanpa pertimbangan  yang matang dan tanpa memikirkan perasaan orang lain. Kedewasaan yang utuh yang saya maksud adalah kedewasaan dimana anak bisa menyesuaikan dengan segala lingkungan sosial dan segala pribadi manusia.  Karena tidak mungkin pribadi anak bisa bertumbuh  dengan baik bila dia memiliki 100 persen dari  sifat dasar mereka. Semua orang yang ingin bisa diterima oleh setiap orang  harus  belajar untuk memiliki dan minimal memahami karakter yang  lain. Itulah  pentingnya bersosialisasi dan bimbingan dari orang  tua. Jadi meskipun buah hati kita berkarakter koleris, tetap belajar memahami perasaan orang lain seperti anak melankolis, tetap bisa belajar tersenyum meski hati sedang  gundah seperti anak sanguinis, meski suka mengatur dan cenderung  ingin �berkuasa, namun tetap �cinta damai� seperti anak  plegmatis.
    Untuk bisa menjadi  pribadi  yang  dewasa seperti itu, selain mengetahui kekurangan mereka, mereka juga  harus belajar menghilangkan atau minimal mengontrol �kekurangan mereka.

    4. Mengendalikan kekurangan 
    Menghilangkan kekurangan yang ada di dalam diri  kita hampir tidak  mungkin, karena setiap orang  pasti memiliki  kekurangan. Yang paling mungkin dilakukan adalah mengendalikan kekurangan. Misalnya sifat pemarah, banyak  bicara,  dan terlalu pendiam. Kita bisa mengendalikannya  dengan marah yang  masih memakai akal sehat, banyak  bicara yang   kata-katanya bisa  memberikan manfaat  bagi  diri sendiri serta orang  lain, dan pendiam yang  bisa memberikan suasana damai kala  terjadi pertengkaran.  Bagaimana pun caranya, kita harus mengajak buah  hati kita pentingnya bersosialisasi dan membimbing mereka. Cara terbaik untuk bisa  mengendalikan kekurangan seseorang  adalah dengan belajar menerima kekurangan setiap orang. Cara terbaik bisa menerima kekurangan setiap orang adalah  dengan belajar memahami setiap orang. Dan cara terbaik untuk bisa memahami setiap orang adalah dengan cara bersosialisasi. Tentu saja buah  hati kita masih sangat  membutuhkan bantuan dan bimbingan kita untuk bisa memiliki kedewasaan yang utuh.

    SUMBER : http://lagu2anak.blogspot.com/

    Mengapa Mengenal Karakter Anak Sejak Dini Sangat Penting?


    Pentingnya Mengenal 4 Karakter Dasar Manusia (Menurut Florence Litteur's Personality Plus) Dalam Mendidik Anak

    Florence Litteur, penulis buku terlaris �Personality Plus� menguraikan, ada empat pola watak dasar manusia. Sifat-sifat tersebut adalah sanguinis, plegmatis, melankolis, dan koleris. Mengapa kita perlu memahami 4 karakter dasar manusia tersebut dalam mendidik anak? Mari kita simak...

    Yang pertama, kata Florence adalah golongan Sanguinis, �Yang Populer�. Mereka ini cenderung ingin populer, ingin disenangi oleh orang lain. Hidupnya penuh dengan bunga warna-warni. Mereka senangsekali bicara tanpa bisa dihentikan. Gejolak emosinya bergelombang dan transparan. Pada suatu saat ia berteriak kegirangan, dan beberapa saat kemudian ia bisa jadi menangis tersedu-sedu.
    Namun orang-orang sanguinis ini sedikit agak pelupa, sulit berkonsentrasi, cenderung berpikir `pendek�, dan hidupnya serba tak beratur. Jika suatu kali anda lihat meja kerja pegawai anda cenderung berantakan, agaknya bisa jadi ia sanguinis. Kemungkinan besar ia pun kurang mampu berdisiplin dengan waktu, sering lupa pada janji apalagi bikin planning/rencana. Namun kalau disuruh melakukan sesuatu, ia akan dengan cepat mengiyakannya dan terlihat sepertinya betul-betul hal itu akan ia lakukan. Dengan semangat sekali ia ingin buktikan bahwa ia bisa dan akan segera melakukannya. Tapi percayalah, beberapa hari kemudian ia tak lakukan apapun juga.

    Lain lagi dengan tipe kedua, golongan melankoli, �Yang Sempurna�. Agak berseberangan dengan sang sanguinis. Cenderung serba teratur, rapi, terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnya mereka ini suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka dan sering sekali memikirkan segalanya secara mendalam. Dalam sebuah pertemuan, orang sanguinis selalu saja mendominasi pembicaraan, namun orang melankoli cenderung menganalisa, memikirkan, mempertimbangkan, lalu kalau bicara pastilah apa yang ia katakan betul-betul hasil yang ia pikirkan secara mendalam sekali.

    Orang melankoli selalu ingin serba sempurna. Segala sesuatu ingin teratur. Karena itu jangan heran jika balita anda yang `melankoli� tak `kan bisa tidur hanya gara-gara selimut yang membentangi tubuhnya belum tertata rapi. Dan jangan pula coba-coba mengubah isi lemari yang telah disusun istri `melankoli� anda, sebab betul-betul ia tata-apik sekali, sehingga warnanya, jenisnya, klasifikasi pemakaiannya sudah ia perhitungkan dengan rapi. Kalau perlu ia tuliskan satu per satu tata letak setiap jenis pakaian tersebut. Ia akan dongkol sekali kalau susunan itu tiba-tiba jadi lain.

    Ketiga, manusia Koleris, �Yang Kuat�. Mereka ini suka sekali mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk atau perintah-perintah orang. Ia tak ingin ada penonton dalam aktivitasnya. Bahkan tamu pun bisa sajaia `suruh� melalukan sesuatu untuknya. Akibat sifatnya yang `bossy� itu membuat banyak orang koleris tak punya banyak teman. Orang-orangberusaha menghindar, menjauh agar tak jadi `korban� karakternya yang suka `ngatur� dan tak mau kalah itu.

    Orang koleris senang dengan tantangan, suka petualangan. Mereka punya rasa, �hanya saya yang bisa menyelesaikan segalanya; tanpa saya berantakan semua�. Karena itu mereka sangat �goal oriented�,tegas, kuat, cepat dan tangkas mengerjakan sesuatu. Baginya tak ada istilah tidak mungkin. Seorang wanita koleris, mau dan berani naik tebing, memanjat pohon, bertarung ataupun memimpin peperangan. Kalau ia sudah kobarkan semangat �ya pasti jadi�� maka hampir dapat dipastikan apa yang akan ia lakukan akan tercapai seperti yang ia katakan. Sebab ia tak mudah menyerah, tak mudah pula mengalah.

    Hal ini berbeda sekali dengan jenis keempat, sang Phlegmatis �Cinta Damai�. Kelompok ini tak suka terjadi konflik, karena itu disuruh apa saja ia mau lakukan, sekalipun ia sendiri nggak suka. Baginya kedamaian adalah segala-galanya. Jika timbul masalah atau pertengkaran, ia akan berusaha mencari solusi yang damai tanpa timbul pertengkaran. Ia mau merugi sedikit atau rela sakit, asalkan masalahnya nggak terus berkepanjangan.

    Kaum phlegmatis kurang bersemangat, kurang teratur dan serba dingin. Cenderung diam, kalem, dan kalau memecahkan masalah umumnya sangat menyenangkan. Dengan sabar ia mau jadi pendengar yang baik, tapi kalau disuruh untuk mengambil keputusan ia akan terus menunda-nunda. Kalau anda lihat tiba-tiba ada sekelompok orang berkerumun mengelilingi satu orang yang asyik bicara terus, maka pastilah parapendengar yang berkerumun itu orang-orang phlegmatis. Sedang yang bicara tentu saja sang Sanguinis.

    Kadang sedikit serba salah berurusan dengan para phlegmatis ini. Ibarat keledai, �kalau didorong ngambek, tapi kalau dibiarin nggak jalan�. Jadi kalau anda punya staf atau pegawai phlegmatis, andaharus rajin memotivasinya sampai ia termotivasi sendiri oleh dirinya (dikutip dari ahli.wordpress.com).

    Seorang anak masih mudah ditebak, tanpa perlu menggunakan tes, untuk bisa mengetahui kepribadian dasar mereka. Sebagai orangtua, kita perlu mengetahui kepribadian dasar buah hati kita. Hal ini akan sangat berguna. Manfaat tersebut antara lain:

    Cara mendidik anak yang salah

    Cara Mendidik Anak Yang Salah - Masa depan anak adalah tanggung jawab orang tua bagaimana cara mendidiknya dari awal. Namun untuk mendidik anak tidaklah mudah. Karena setiap anak memiliki perbedaan dengan pemikiran orang tua. Anak ingin happy, dolan dan semua tersedia. Untuk itu kita harus bersabar dan kita harus mengerti apa kemauan sang anak. Kalau memang mengarah kepada yang tidak benar kita ingatkan.

    Jangan sampai anak menjadi stes atau terkekang. Itu membuat anak akan lari.
    Berikut ini ada 5 cara mendidik anak yang dianggap salah, seperti dikutip dari Times of India

    Tidak ada waktu
    Sebagai orang tua, Anda mungkin tidak pernah menyediakan waktu dengan anak-anak. Setidaknya menanyakan kegiatan mereka apa saja disekolah. Komunikasi dengan anak penting, karena jika mereka punya masalah, akan disampaikan ke Anda dan masalah itu bisa cepat diselesaikan.

    Terlalu royal memberi hadiah
    Sebaiknya Anda tidak terlalu mudah memberikan anak hadiah apalagi jika tidak didukung prestasi yang baik di sekolah. Anda boleh-boleh saja memberi mereka hadiah, tentunya dengan memberi pengertian apabila prestasi di sekolah bagus, minimal nilai pelajaran mereka baik.

    Membandingkan-bandingkan
    Banyak orang tua yang membandingkan anak mereka dengan orang lain, baik itu saudara, teman atau teman sekelas. Kondisi itu akan membuat mereka semakin merasa tidak layak. Anda harus tahu, setiap anak memiliki kemampuan berbeda, jadi lebih baik Anda memberi motivasi dan dukungan terhadap potensi yang ada padanya.

    Terlalu dibebani
    Anak juga butuh istirahat dan dicharge. Ibarat baterai, kegiatan yang padat setelah sekolah seperti les, kursus dan lainnya sudah cukup membebani mereka. Jadi, berilah mereka waktu menyalurkan hobi, apakah olahraga, mendengarkan musik atau bahkan tidur.

    Terlalu menuntut
    Ujian adalah saat-saat paling tidak menyenangkan bahkan menjadi beban bagi anak-anak. Semakin terbebani karena Anda menuntut nilai yang bagus, kondisi ini bisa membuat mereka semakin stres. Seharusnya, yakinkan anak Anda dan motivasi mereka bahwa nilai jelek bukan akhir dari semuanya, karena masih ada kesempatan lain.

    Ilmu Paling Berharga Tanpa Guru


    Di jaman dahulu ada seorang tua di kota Basra � Iraq yang memiliki seorang anak laki-laki yang cerdas, ganteng dlsb, - anak harapan orang tua. Untuk memenuhi harapan orang tua ini, anak tersebut dikirim ke kota Bagdad � menempuh perjalanan sekitar 545 km dengan berjalan kaki � untuk bisa belajar dengan ulama terkenal saat itu. Karena jauhnya perjalanan ini, anak tersebut baru pulang setelah seluruh ilmu yang dimiliki oleh sang guru diajarkan kepadanya selama bertahun-tahun kemudian.

    Ketika dia pulang, ayahnya yang sudah semakin tua menungguinya di depan pintu. Karena kerinduan yang luar biasa dipeluknya erat-erat anak satu-satunya yang disayanginya ini, kemudian si ayah bertanya : " Apa yang sudah kamu pelajari dari sang guru selama bertahun-tahun ini ?". Anaknya menjawab, bahwa dia sudah diajari seluruh ilmu yang dimiliki oleh sang guru � kemudian dia menjelaskan detilnya.

    Setelah anaknya selesai menjelaskan semuanya, sang ayah berkata : "Gurumu baru mengajarkan ilmu yang dia bisa ajarkan, segera kamu balik menemui dia lagi untuk minta ditunjukkan jalan ilmu yang tidak bisa dia ajarkan�".

    Maka sang anak yang patuh ini, balik menempuh perjalanan 545 km lagi untuk menemui sang guru. Ketika bertemu sang guru dan menyampaikan pesan ayahnya, sang guru yang masyhur tersebut langsung paham apa yang dimaksudkan oleh ayah dari sang murid ini.

    Sang guru berkata : "aku punya 300 ekor kambing di sekitar sini, kamu kumpulkan kambing tersebut dan kamu bawa ke Jabal Kumar" , kemudian dia melanjutkan "kamu jangan balik kesini, kecuali kambing tersebut telah menjadi 1000 ekor".

    Maka dengan susah payah pemuda berilmu ini mengumpulkan 300 ekor kambing yang bertebaran di sekitar kediaman sang guru. Lebih susah lagi dia harus menggiring 300 ekor kambing ini, menempuh perjalanan sekitar 150 km untuk sampai ke Jabal Kumar.

    Setiap saat sebagian kambing sudah berjalan ke arah yang benar, yang lainnya berlarian menyebar atau bahkan ke arah balik ke Bagdad. Maka perlu waktu berbulan-bulan untuk bisa membawa seluruh kambing ini sampai ke Jabal Kumar.

    Berbulan-bulan pula pemuda ini tidak bertemu dengan manusia lain, temannya hanya kambing-kambing yang dia tidak mengerti bahasanya dan kambing-kambing-pun tentu tidak mengerti bahasa dia. Setiap kali dia rindu untuk berbicara, dia menjadi seperti orang gila yang berbicara dengan kambing.

    Ternyata dalam kesunyian tidak berbicara dengan siapapun inilah pemuda tersebut mulai belajar ilmu yang tidak bisa diajarkan itu. Dia berusaha memahami alam, dimana ada rumput, dimana ada air, dimana dia bisa berteduh dari panas, dengan apa dia menghangatkan tubuh di waktu dingin dlsb.

    Dia juga belajar berinteraksi dengan makhluk lain tanpa harus berbicara. Dia menjadi paham apa kemauan para kambing ini, dan para kambing-pun nampaknya menjadi paham apa arahan pemuda yang kini telah menjadi penggembala tersebut.

    Setelah dua tahun berlalu, kambing-kambing inipun telah mencapai seribu. Waktunya kini menggiring balik 1000 kambing menempuh perjalanan 150 km menuju kota Bagdad. Hanya saja perjalanan balik ini menjadi jauh lebih ringan karena adanya komunikasi tanpa bicara dengan para kambing tersebut, dan si pemuda juga telah belajar ilmu yang tidak bisa diajarkan oleh siapapun.

    Perjalanan pemuda mulai dari mengumpulkan 300 kambing yang bertebaran, menggiringnya untuk menempuh perjalanan panjang menuju Jabal Kumar, menjadikannya 1000 kambing � itulah esensi dari perjalanan para entrepreneur.

    Calon entrepreneur harus bisa mengumpulkan seluruh resources yang berserakan, kemudian mengarahkan resources tersebut untuk menggapai tujuan yang dia hendak capai. Mengumpulkan dan mengarahkan resources ini bukan jalan yang mudah, karena meskipun mereka manusia � mereka punya keinginan sendiri-sendiri.

    Meskipun resources tersebut dari bangsa yang sama yaitu manusia dan juga berbicara dengan bahasa yang sama, tidak jarang terjadi miskomunikasi antara pihak yang satu dengan pihak yang lain. Mayoritas kerjasama usaha justru gagal karena gagalnya komunikasi antar para pihak ini. Ketika komunikasi ini gagal, para pihak-pun akan saling menyalahkan dengan ungkapan yang umum "lebih mudah bicara dengan kambing dari pada dengan dia�!".

    Hanya bila komunikasi berjalan mulus, semua pihak bisa saling memahami keinginan dan kebutuhannya, mendengarkan satu sama lain, menyepakati arah yang sama dlsb � usaha baru bisa berjalan menggapai tujuannya.

    Sebesar apapun usaha ini nantinya, asal para pelakunya bisa saling belajar sesuatu yang tidak bisa diajarkan oleh siapapun, dalam hal trust, understanding, kesamaan visi dlsb. usaha insyaAllah akan mudah dikendalikan. Kriteria untuk melihat hasil dari kerjasama ini juga mudah, yaitu ketika 300 ekor kambing telah menjadi 1000 ekor kambing !. InsyaAllah.

    Suka Duka Guru Sekolah Luar Biasa


    Mengajar anak berkebutuhan kuhuss bukan perkara yang mudah. Diperlukan pendidikan dan keterampilan khusus agar dapat menangani mereka. Namun selain pendidikan dan keterampilan khusus, diperlukan juga yang namanya �Ketulusan, kesabaran, dan rasa mengasihi�.

    Uning Taufiqi seorang guru honor Sekolah Luar Biasa di Kota Pontianak yang hampir satu tahanu mengajar anak berkebutuhan khusus ini berbagi pengalamannya sebagai guru yang mengajar kelas B atau anak-anak yang tuna rungu. Ia mengajar keterampilan kepada anak-anak berkebutuhan khusus ini seperti mengajar memasak,menjahit, dan lain sebagainya.

    Uning Taufiqi menceritakan bahwa latar pendidikannya bukanlah dari jurusan SLB tetapi jurusan Umum. Sebelum ia mengajar di SLB, ia sempat mengajar di sekolah umum beberapa tahun. Bagi dirinya gaji yang didapatkan sangat kecil berbanding usaha yang ia tekuni yaitu berwirausaha. Namun karena merasa terpanggil dan merasa sangat diperlukan oleh anak berkebutuhan khusus, dan sangat puas melihat anak berkebutuhan khusus bisa mandiri. Maka ia putuskan untuk mengajar di SLB.

    �Kalau disekolah umum itu ya seperti pada umumnya, bisa dibilang tidak punya keistimewaan kita disana, banyak-banyak guru lain. Kalau disini kita betul-betul diperlukan oleh anak-anak untuk membuat mereka mandiri terutamanya. Kalau dukanya, karena memang saya dari dulu umum jadi komunikasinya masih agak kurang dan itu memang mungkin perlu waktu saya bisa memahami betul-betul apa yang dimau mereka.� Ujarnya saat ditanya perbedaan mengajar di sekolah umum dengan SLB.


    Uning mengakui sebelum mengajar di SLB ia tidak mendapatkan pelatihan khusus untuk menangani anak berkebutuhan khusus. Tetapi berdasarkan niat tulus dan tekad yang kuat, pelatihan untuk menangani anak berkebutuhan khusus ia dapatkan melalui internet.

    Diceritakannya anak yang tuna wicara dan tuna rungu ini secara akal mereka sempurna tetapi komunikasinya sangat kurang. Sehingga informasi yang didapatkan anak sangat kurang. Jadi sebagai guru harus banyak berinteraksi dengan anak berkebutuhan khusus agar dapat memberikan informasi yang seharusnya didapatkan oleh anak. Tetapi Uning tidak menafikan bahwa dia juga mendapatkan pelatihan yang diselenggarakn oleh dinas pendidikan, sekolah maupun dari pemerintah pusat.

    Kata Uning : �Kami harus banyak dengan mereka itu sebenarnya ngobrol, berbicara, masukan kata-kata jadi biar mereka itu paham kalau misalnya garam rasanya asin. Kadang mereka ada yang belum tau,karena pernah merasa tapi tidak tau namanya itu garam. Itu bikin kita semakin semangat untuk belajar dan berkomunikasi dengan mereka�.

    Menurut Uning, anak berkebutuhan khusus ini lebih tertarik pada pelajaran keterampilan dari pada teori. Karena sebenarnya yang diperlukan mereka adalah keterampilan untuk kemandarian mereka sendiri. Praktek lebih mereka perlukan ketimbang teori.

    Uning berbagi tips bagi yang ingin mengajar di SLB yaitu harus ada panggilan hati. Apabila tidak ada panggilan hati mungkin tak akan ada cinta, tak akan ada sepenuh hati mengajar anak,dan penerimaan anak-anak kurang, karena kurang mencintai. Untuk mengajar di SLB harus benar-benar da keyakinan kalau dia itu terpanggil untuk mengajar di SLB, sabar dan punya ketertarikan minat untuk membantu anak yang berkebutuhan khusus serta jangan ada jarak dengan anak-anak. Kadang Uning juga berkirim pesan singkat dengan anak didiknya. Hal itu dilakukan agar sang anak mendapatkan kosa-kata baru.

    Sementara itu Sulastri yang juga guru di SLB ini mempunyai latar belakang pendidikan khusus SLB di Universitas 11 Maret . Sejak dari SMA, ia memang mempunyai cita-cita untuk menjadi guru di SLB. Sulastri mengajar di SLB sejak 14 tahun yang lalu. Mengajar di kelas C atau Tuna Grahita yaitu individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan..

    Sulastri berbagi pengalaman suka dukanya menjadi guru di SLB yaitu ketika mengajar tetap tidak bisa diterima anak didiknya, hal itu membuatnya sebagai guru merasa sedih. Sementara sukanya walaupun kemajuan sang anak hanya sedikit tapi itulah kemajuan yang paling terbesar.

    Senada dengan Uning Taufiqi, untuk mengajar anak berkebutuhan khusus ini diperlukan juga panggilan hati. Selain itu Sabar, Ikhlas dan harus mengerti karakter anak seperti apa.

    Suara Kedua guru tersebut bisa didengar disini

    Monday, April 23, 2012

    Tugas Dan Kewajiban Peserta Didik



    Peserta didik salah satu komponen dalam sistim pendidikan Islam. Peserta didik itu sendiri secara formal yaitu orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri dari seseorang peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik.

    Ada pun menurut Syamsul Nizar ada 5 kriteria peserta didik yaitu:
    1. Peserta didik bukan lah miniatur orang dewasa, sehingga menjadi tanggung jawab pendidik.
    2. Peserta didik memiliki periode sasi perkembangan dan pertumbuhan
    3. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
    4. Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani
    5. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis.

    Agar pelaksanaan proses pendidikan Islam dapat mencapai tujuan yang diinginkan maka setiap peserta didik hendaknya, senantiasa menyadari tugas dan kewajibannya.. Menurut Asma Hasan Fahmi tugas dan kewajiban yang harus dipenuhi peserta didik diantaranya adalah.
    1. Peserta didik hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum menuntut ilmu.
    2. Tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi ruh dengan berbagai sifat keimanan.
    3. Setiap peserta didik wajib menghormati pendidiknya.
    4. Peserta didik hendaknya belajar secara bersungguh-sungguh dan tabah dalam belajar.
    Kewajiban peserta didik diantaranya adalah:
    1. Sebelum belajar hendaknya terlebih dahulu membersihkan hatinya dari segala sifat buruk.
    2. Niat belajar hendaknya ditujukan untuk mengisi jiwa dengan berbagai fadillah.
    3. Wajib bersungguh � sungguh dalam belajar, wajib saling mengasihi dan menyayangi diantara sesama, bergaul baik terhadap guru-gurunya.

    Dalam upaya mencapai tujuan Pendidikan Islam, peserta didik hendaknya memiliki dan menanamkan sifat-sifat yang baik dalam dari dan kepribadiannya. Diantara sifat-sifat ideal ynag perlu dimiliki peserta didik misalnya ; berkemauan keras atau pantang menyerah, memiliki motivasi yang tinggi, sabar, dan tabah, tidak mudah putus asa dan sebagainya.

    Berkenaan dengan sifat ideal diatas, Imam Al-Ghazali, sebagaimana dikutip Fatahiyah Hasan Sulaiman, merumuskan sifat-sifat ideal yang patut dimiliki peserta didik yaitu ;
    1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub ila Allah. Mempunyai ahklak yang baik dan meninggalkan yang buruk.
    2. Mengurangi kecendrungan pada kehidupan duniawi disbanding ukhrawi dan sebaliknya.
    3. Bersifat tawadhu� (rendah hati).
    4. Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan dan aliran.
    5. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji baik ilmu umum dan agama.
    6. Belajar secara bertahap atau berjenjang dengan melalui pelajaran yang mudah menuju pelajran yang sulit.
    7. Mempelajari ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih kepada ilmu yang lainnya.
    8. Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari
    9. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.
    10. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat, membahagiakan, serta memeberi keselematan dunia dan akhirat.
    Analisa

    Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa dimana seorang anak didik masih banyak memerlukan arahan dan bimbingan oleh karenanya anak didik harus banyak memperoleh bimbingan sesuai dengan fase pertumbuhan dan perkembangannya, Jadi pada hakikatnya seorang anak didik adalah orang yang mempunyai arti penting dalam pendidikan karena masanya yang sangat rentan dibanding pendidik, maka sudah sewajarnya pendidik yang bertanggung jawab atas perkebangan potensi peserta didik tersebut.

    Saturday, April 21, 2012

    Karakteristik Pendidik


    A. Pengertian Pendidik

    Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik baik potensi efektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Beberapa ahli pendidikan yang memberikan arti pendidik adalah :
    • Marimba mengartikan pendidik sebagai orang yang mempertanggung jawabkan sebagai pendidik, yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan peserta didik
    • Sutari Imam Barnadib mengemukakan bahwa pendidik adalah orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan peserta didik
      B. Tugas Pendidik Menurut Filsafat Pendidikan Islam

      Dalam Islam tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu yang sangat mulia. Secara umum tugas pendidik adalah mendidik. Dalam operasionalnya mendidik merupakan rangakaian proses mengajar, memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan dsb. Disamping itu pendidikjuga bertugas sebagai fasilitator dan motivator dalam proses belajar mengajar, sehingga seluruh potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis.

      Menurut Ahmad D. Marimba, tugas pendidik dalam pendidikan Islam adalah membimbing dan mengenal kebutuhan atau kesanggupan peserta didik, menciptakan situasi yang kondusif bagi berlangsungnya proses kependidikan, menambah dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki guna ditranformasikan kepada peserta didik, serta melihat kekurangan dan kelebihannya.

      Tugas Pendidik secara umum :

      Pada hakekatnya mengemban misi yang mengajak menusia untuk tunduk dan patuh pada hukum � hukum Allah, guna memperoleh keselamatan dunia dan akhirat.

      Tugas Pendidik secara khusus :
      1. Sebagai pengajar (intruksional) yang bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun, dan penilaian setelah program itu dilaksanakan.
      2. Sebagai pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada tinggakat kedewasaan yang berkepribadian insan kamil seiring dengan tujuan Allah menciptakan manusia.
      3. Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin dan mengendalikan diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, partisipasi atas program yang dilakukan itu.
      C. Karakteristik pendidik

      Dalam pendidikan Islam, seorang pendidik hendaknya memiliki karakteristik yang dapat membedakannya dari yang lain. Dalam hal ini An-Nahlawi membagi karakteristik pendidik muslim kepada beberapa bentuk, diantaranya yaitu:
      1. Bersifat ikhlas: melaksanakan tugasnya sebagaipendidik semata-mata untuk mencari keridhoan Allah dan menegakkan kebenaran.
      2. Mempunyai watak dan sifat rubbaniyah.
      3. Bersifat sabar dalam mengajar.
      4. Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya.
      5. Mampu menggunakan metode mengajar yang bervariasi.
      6. Mampu mengelola kelas dan mengetahui psikis anak didik, tegas dan proposional.
      Sementara dalam kriteria yang sama Al-Abrasyi memberikan batasan tentang karakteristik pendidik, diantaranya :
      1. Seorang pendidik hendaknya memiliki sifat zuhud yaitu melaksanakan tugasnya bukan semata-mata karena materi akan tetapi lebih dari itu adalah karena mencari keridhaan Allah.
      2. Seorang pendidik hendaknya bersih fisiknya dari segala macam kotoran dan bersih jiwanya dari segala macam sifat tercela.
      3. Seorang pendidik hendaknya Ikhlas, tidak riya�, pemaaf, dan mencintai peserta didik juga mengatahui karakteristik anak didiknya.
      Hakekat Pendidik

      Pada dasarnya seorang Pendidik adalah orang yang tergolong penting dalam pendidikan karena seorang pendidik adalah orang yang memberikan pendidikan kepada anak didiknya. Seorang pendidik adalah sujek dalam proses pendidikan dan pengajaran Islam. Jadi pada hakekatnya proses pendidikan tidak akan berjalan secara efisien tanpa adanya pendidik yang mampu menjadi sebenar � benarnya pendidik

      Analisa

      Setelah melalui proses yang demikian panjang untuk menjadi seorang pendidik Islam maka Pendidik Islam haruslah mempunyai landasan dasar yang kuat untuk menjadi seorang pendidik, pendidik yang baik dari segi sikap dan moral serta keimanan yang kuat kepada Allah SWT bisa dijadikan acuan untuk menjadi seorang pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan agar peserta didik pun mampu menerima pengajaran dengan baik dalam aplikasinya di kehidupan sehari-hari.

      Friday, April 20, 2012

      Dasar Pemikiran Teknologi Pendidikan


      Tujuan pendidikan adalah mengubah anak, yaitu caranya berfikir, marasa, berbuat, dan mengubah kelakuanya. Tampaknya, dasar-dasar teknologi pendidikan sederhana saja dan tidak mengungkapkan sesuatu yang revolusioner. Guru-guru yang baik sedikit telah melakukannya. Mereka juga berusaha mencapai hasil sesuai dengan tujuan pelajaran yang ditentukan dengan cara penyajian yang serasi berdasarkan metode mata pelajaran, serta pengalaman sebagai guru dan kemudian menilai hasil belajar murid sebagai petunjuk tentang efektifitasnya mengajar.

      Guru yang kurang baik kebanyakan mencari jalan yang mudah. Kalau guru itu sudah mengajarkannya dianggap bahwa murid sudah tahu. Kalau tidak, maka yang dipersalahkannya adalah muridnya dan sering pula sekolah.

      Teknologi pendidikan mengharuskan guru merumuskan tujuan yang jelas, memikirkan metode yang dianggapnya efektif untuk mencapai tujuan itu. Bila guru menerapkan prinsip-prinsip teknologi pendidikan secara konsekuen, maka terbuka baginya jalan untuk memperbaiki mutunya sebagai guru, ia akan memandang proses mengajar belajar sebagai problema yang tidak berkesudahan yang dihadapinya secara objektif dan ilmiah.

      Dengan sikap serta usaha demikian mengajar akan dapat dikambangkan dan ditingkatkan menjadi profesi dalam arti yang sebenarnya.

      Sumber bacaan : http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/dasar-pemikiran-teknologi-pendidikan.html

      Posisi Dan Fungsi Profesi Teknologi Pendidikan


      1. Pengertian Profesi Teknologi Pendidikan

      Miarso (2004:96) mengartikan tenaga profesi teknologi pendidikan sebagai tenaga ahli dan atau mahir dalam membelajarkan peserta didik dengan memadukan secara sistemik komponen sarana belajar meliputi orang, isi ajaran, media atau bahan ajaran, peralatan, teknik, dan lingkungan. Apa yang dikemukakan Miarso tersebut apabila dihubungkan dengan definisi teknologi pendidikan yang dikemukakan oleh AECT 1994 sangat relevan.

      Dalam AECT 1994 telah dirumuskan definisi teknologi pendidikan seperti telah disebutkan dalam Latar Belakang di atas bahwa: �Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan serta penilaian proses dan sumber untuk belajar�. Dari kedua definisi itu maka pengertian profesi teknologi penddidikan adalah tenaga ahli yang melakukan teori dan praktek dalam mendesain, mengembangkan, memanfaatkan serta menilai proses dan sumber untuk membelajarkan peserta didik.

      Lebih lanjut Miarso mengemukakan bahwa ciri utama dalam profesi teknologi pendidikan adalah adanya kode etik, pendidikan dan pelatihan yang memadai, serta pengabdian yang terus menerus. Kode etik profesi sebetulnya mempunyai tujuan melindungi dan memperjuangkan kepentingan peserta didik; melindungi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara; melindungi dan membina diri serta sejawat profesi; dan mengembangkan kawasan dan bidang kajian teknologi pendidikan (Kusuma, 2008:7).

      Pendidikan dan pelatihan dimaksudkan untuk memberikan pembelajaran mengenai teknologi pendidikan kepada mahasiswa atau mereka yang telah menyelesaikan studi mereka di Program Studi Pendidikan. Dengan cara ini mereka akan dapat bekerja lebih profesional. Sedangkan pengabdian yang terus menerus merupakan bentuk karya nyata dari seorang yang berprofesi teknologi pendidikan dalam membelajarkan peserta didik melalaui layanannya seperti fasilitas dan sumber belajar.

      Finn (1953) dalam Kusuma (2008:2) mengemukakan karakteristik profesi adalah
      • Suatu teknik intelektual
      • Aplikasi teknik tersebut yang terkait dengan urusan prektis manusia
      • Pelatihan dengan priode waktu yang lama
      • Suatu perkumpulan anggota profesi yang tergabung dalam sebuah badan dengan suatu komunikasi bermutu tinggi agar anggota - anggotanya
      • Satu rangkaian pernyataan kode etik dan standar yang disepakati
      • Pengembangan teori intelektual dengan penelitian yang terorganisasi.
      Dari uraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa teknologi pendidikan dapat digolongkan sebagai sebuah profesi. Karakteristik di atas dapat dipenuhi oleh teknologi pendidikan yaitu adanya teknik intelektual, praktek aplikasi, pelatihan dengan priode yang panjang, adanya asosiasi dan komunikasi sesama anggota (organisasi profesi IPTI = Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan Indonesia), kode etik dan standar, teori intelektual dan penelitian.

      2. Posisi Profesi Teknologi Pendidikan

      Posisi profesi teknologi pendidikan tidak jauh dari pendidikan itu sendiri. Apabila kita kaitkan definisi teknologi pendidikan menurut AECT 1994 dengan UU No. 20 Tahun 2003, maka tampak suatu hubungan yang jelas. Dalam AECT 1994 disebutkan bahwa

      �Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan , pengelolaan serta penilaian proses dan sumber untuk belajar�. Ada beberapa kata dalam definisi di atas terdapat juga di dalam UU No. 20 Tahun 2003 atau yang mempunyai makna yang sama, yaitu pengelolaan, pengembangan dan pelayanan teknis dan semuanya itu tergolong sebagai tenaga kependidikan.

      Tenaga kependidikan yang juga sebagai profesi teknologi pendidikan berada dalam lingkungan kependidikan. Posisi profesi teknologi pendidikan berdampingan dengan profesi-profesi lainnya dalam bidang pendidikan. Terlihat juga pendidik dikelilingi oleh profesi-profesi lainnya.

      3. Fungsi Profesi Teknologi Pendidikan

      Untuk mengetahui fungsi profesi teknologi pendidikan maka perlu kembali ke definisi teknologi pendidikan. Berdasarkan definisi tersebut fungsi profesi teknologi pendidikan sebagai suatu profesi yang mencarikan jalan keluar masalah belajar baik individu atau kelompok. Jalan keluar yang diberikan adalah berupa rancangan, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaaan, penilaian dan penelitian terhadap belajar. Tampak di sini adanya kegiatan memfasilitasi belajar. Selain itu profesi teknologi pendidikan juga sebagai pengembang sumber daya manusia.

      Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi profesi teknologi pendidikan memfasilitasi kegiatan belajar manusia melalui pendekatan-pendekatan atau cara-cara tertentu. Dengan demikian profesi teknologi pendidikan dapat menjadikan orang bertambah dalam kegiatan belajar sekaligus menjadikan orang bertambah cerdas baik dari jumlah orang yang cerdas maupun mutu dari kecerdasan itu sendiri. Dengan kecerdasan ini berarti akan meningkatkan nilai tambah seseorang sebagai sumber daya manusia, mengatasi masalah belajar baik individu ataupun kelompok, dan juga akan meningkatkan kinerja.

      4. Peran Profesi Teknologi Pendidikan 

      Teknologi Pendidikan sebagai peran profesi adalah suatu kelompok pelaksana yang diorganisasikan, memenuhi kriteria tertentu, memiliki tugas tertentu, dan bergabung untuk membentuk bagian tertentu dari bidang tersebut.

      Setiap profesi harus terpenuhi syarat-syarat teoritik dan bidang garapan untuk bisa menjadi profesi, dan memiliki karakteristik lainnya, yaitu: pendidikan dan pelatihan yang memadai, adanya komitmen terhadap tugas profesionalnya, adanya usaha untuk senantiasa mengembangkan diri sesuai dengan kondisi lingkungan dan tuntutan zaman.

      Mereka yang berprofesi atau bergerak dalam bidang teknologi pendidikan atau singkatnya disebut Teknolog Pendidikan, harus mempunyai komitmen dalam melaksanakan tugas profesionalnya yaitu terselenggaranya proses belajar bagi setiap orang, dengan dikembangkan dan digunakannya berbagai sumber belajar serta perkembangan lingkungan. Karena lingkungan itu senantiasa berubah, maka para Teknolog Pendidikan harus senantiasa mengikuti perkembangan atau perubahan itu. Oleh karena itu, ia dituntut untuk selalu mengembangkan diri sesuai dengan kondisi lingkungan dan tuntutan zaman, termasuk selalu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi.

      Pembelajaran di sekolah, secara umum, fakta yang terjadi adalah masih bersifat teacher-centered. Dimana guru masih menjadi pemain utama, sementara siswa menjadi penonton utama (datang, duduk, catat, dengar, ujian, lulus/tidak). Nah, teknolog pembelajaran memiliki posisi dan peran disini dalam meningkatkan efektifitas, efisiensi dan kemenarikan pembelajaran.

      Di sekolah, peran teknolog pembelajaran menjadi change agent untuk hal ini. Ketika berperan sebagai desainer pembelajaran, teknolog pembelajaran berperan dalam menyusun KTSP yang baik, menyusun silabus dan RPP yang baik, menyusun strategi pembelajaran yang menarik, menyiapkan lingkungan belajar yang kondusif. tentu saja bekerjasama dengan stakeholders terkait, khususnya guru yang lain. Begitu pula dari sisi kawasan pemanfaatan, teknolog pembelajaran dapat berperean dalam memilih, menentukan dan menerapkan media pembelajaran yang relevan untuk kebutuhan pembelajaran tertentu. Begitu pula halnya dari sisi kawasan pengembangan, pengelolaan dan evaluasi.

      Profesi teknologi pendidikan, sebagaimana halnya semua profesi yang baru, menghadapi tantangan. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah pengakuan atas profesi teknologi pendidikan. Pengakuan profesi tersebut selalu dikaitkan dengan jabatan fungsional sebagai pegawai negeri. Padahal pendidikan keahlian teknologi pendidikan pada prinsipnya tidak mendidik calon pegawai negeri, melainkan mereka yang mampu mengabdi dan berkarya untuk mengatasi masalah belajar dimana saja. Jadi kita harus mengikuti pengakuan profesi sebagai jabatan fungsional pegawai negeri.

      5. Tenaga Profesi Untuk Penyelenggaaran Pendidikan Melalui Media Massa Dan Elektronik 

      Teknologi pendidikan sendiri dapat dilihat dari tiga perspektif, yaitu sebagai suatu bidang keilmuan, sebagai suatu bidang garapan dan sebagai suatu profesi. Meskipun demikian ketiga perspektif itu berlandaskan pada falsafah yang sama yaitu, membelajarkan semua orang sesuai dengan potensinya masing masing, dengan menggunakan berbagai macam sumber belajar baik yang sudah ada maupun yang sengaja dibuat, serta memperhatikan keselarasan dengan kondisi lingkungan dan tujuan pembangunan agar tercapai masyarakat yang dinamik dan harmonis. Dalam hal ini sumber belajar yang dapat digunakan untuk penyelenggaran pendidikan adalah media massa dan elektronik.

      Salah satu keunggulan media massa adalah dapat memberikan efek pembentukan yang baik untuk individu maupun kelompok. Sebuah citra akan terbentuk berdasarkan informasi yang terima oleh masyarakat kemudian media massa bekerja untuk menyampaikan informasi kepada khalayak, informasi dapat membentuk, mempertahankan atau mengingat dalam situasi tertentu.

      Praktisi teknologi pendidikan dapat merupakan guru yang menerapkan strategi pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM ( Pembelajaran Aktif, Intaraktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan ) sesuai dengan tuntutan dalam pembaharuan pendidikan. Guru tersebut mungkin memperoleh keterampilan pembelajaran setelah mengikuti program Akta Mengajar, atau mengikuti penataran, atau magang, atau pelatihan khusus yang dilaksanakan oleh yang berwenang. Praktisi tersebut mungkin pula seseorang yang mempunyai hobi elektronik, kemudian belajar sendiri bagaimana membuat rekaman pembelajaran berupa PBK ( pembelajaran berbantuan komputer ), atau rekaman video berupa permainan yang mendidik.

      Harus diakui bahwa sebagian media kini masih terpesona dengan eforia kebebasan, akibatnya terjadi banyak pemberitaan yang menyimpang dari hukum-hukum jurnalistik. Ekses media massa yang tidak seimbang pada dasarnya dapat mengakselrasi terjadinya kekerasan informasi dan komunikasi yang pada akhirnya berimplikasi terhadap tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kondisi demikian pasti mempunyai dampak yang besar terhadap kondisi pendidikan Indonesia kedepan.


      Tags

      Recent Post