Seorang rekan pernah mengeluh tentang perlakuan seseorang terhadapnya. �Bayangkan� kata teman saya, �orang itu bertanya kepada saya tentang alasan mengapa saya mengatur istri saya sedemikian rupa. Ia terheran � heran melihat saya melarang ini itu kepada anak � anak saya. Apa urusan dia pikir saya. Saya bertanggung jawab penuh atas apa yang terjadi dan yang akan terjadi dengan keluarga saya. Baik dan buruknya keluarga saya adalah tanggung jawab saya. Mengapa ia turut campur? Sedang saya sendiri tidak melihat ia sebagai orang yang sukses dalam memimpin keluarganya.�
Rekan saya itu begitu emosional. Tangannya yang tergenggam bergetar. Nafasnya memburu.
�Saya rasa ia orang yang bodoh�, lanjutnya. �Hanya orang yang bodoh yang mengurusi urusan orang lain, yang ia tidak memiliki wewenang walaupun sekedar membicarakannya. Namun saya sungguh heran. Mengapa orang yang bodoh selalu memiliki kepercayaan diri yang saya kira lebih ya? Apa kebodohan membuatnya tidak menyadari jika ia adalah orang yang bodoh?�
Saya diam saja mendengarkannya. Saya rasa saya hanya perlu mendengarkannya tanpa harus berkomentar ini itu.
Setelah ia berhenti berbicara dan terlihat lebih lega, baru saya bicara kepadanya:
�Oke, apakah engkau mengatakan apa yang engkau katakan kepada saya baru saja kepada orang yang sok pintar itu?�
�Tidak, saya rasa tak ada gunanya berbicara dengan orang yang bodoh�
�Apa yang kau lakukan telah tepat. Lalu apakah engkau marah?�
�Tentu saja.�
�Mengapa engkau tidak memarahinya dan mengatakan bahwa yang ia tanyakan kepadamu bukanlah urusannya?�
�Sudah saya katakan, tak ada gunanya berbicara dengan orang bodoh. Bahkan kemarahan pun tak akan membuatnya menjadi pintar.�
�Oke,� kata saya, �Saya sependapat denganmu. Ia memang orang yang bodoh. Ia bodoh karena menganggap orang lain tidak lebih pintar dari dirinya. Dan saya juga memujimu karena tidak meladeni orang bodoh sepertinya. Tapi, coba engkau pikir, mengapa orang yang bodoh itu engkau biarkan mempengaruhi emosimu? Mengapa orang secerdas engkau bisa terus memikirkan perkataan orang yang bodoh sehingga engkau marah - marah sedemikian?�
�Tentu saja ia berlaku demikian. Karena itulah yang dilakukan oleh orang � orang yang bodoh. Biar saja ia melakukan semua yang akan menunjukkan kebodohannya sendiri. Tapi jangan sampai kau biarkan kebodohannya mempengaruhi perasaanmu. Jangan karena kebodohannya engkau turut menjadi bodoh karena begitu gampangnya terpancing�.
Teman saya diam. Sepertinya ia memahaminya.
�Minum kopinya. Keburu dingin.�, kataku.
�Sepertinya aku tak berminat.� Jawabnya.
�Lihat.� Kataku, �Sekarang orang bodoh itu mampu merubah lidahmu menjadi tidak mampu menikmati kopi yang sedap ini.�
Ia tertawa. Kami tertawa bersama.
Mengapa kita rela orang � orang bodoh itu mempengaruhi kualitas hidup kita?
Mari kita minum kopinya.
Image Source: Courtney MacRae
Post a Comment