TENGGANG RASA


Pagi ini, saya naik bis yang penuh sesak. Tak satupun jendela bis yang dibuka karena hujan angin turun dengan lebat di luar sana. Udara menjadi sangat pengap tentu saja. Namun, di tengah suasana pengap itu, tiba � tiba saja seorang tua mengeluarkan rokok dari saku bajunya. Menyalakan korek api dan menyulut rokok serta menghisap dalam � dalam rokonya itu. Dan, menyemburlah asap yang tebal dari dalam mulutnya. Memenuhi seluruh ruangan bis.
Tentu saja asap rokok itu membuat suasana tidak nyaman di dalam bis menjadi semakin tidak nyaman. Beberapa orang menutupi hidungnya dan seorang ibu yang berada tepat di belakang orang tua itu mengipas � ngipaskan tangannya untuk mengusir asap. Tapi, bapak itu tadi Nampak tidak mempedulikan keberatan orang � orang di sekitarnya jika ia merokok. Tetap saja ia dengan nyaman menghisap dan menyebarkan racun dari dalam mulutnya.
Kejadian pagi itu membuat saya teringat dengan kejadian serupa beberapa tahun yang lalu. Saat itu, saya dan beberapa teman naik bis malam dari Malang menuju Surabaya. Tepat di depan tempat duduk teman saya, duduk seorang bapak yang merokok dengan nikmatnya. Teman saya yang saya tahu persis tidak tahan dengan asap rokok menegur bapak itu dengan sopan agar mematikan rokoknya karena ia merasa terganggu
Tanpa disadari oleh teman saya, bapak itu marah � marah bukan kepalang. Katanya: �He mas, ini bis mas, bukan mobil pribadi. Ya seperti inilah bis. Kalau ingin yang nyaman. Sana naik mobil pribadi. Jangan naik bis�. Seterusnya ia terus menggerutu. Untung teman saya tidak melayani kemarahan orang itu. Ketika terdapat tempat duduk yang kosong, teman saya itu langsung berpindah tempat.
Saya sangat heran dengan logika berpikir bapak yang ditegur oleh teman saya itu. Menurutnya, dengan mengatakan perkataannya di atas, fasilitas umum adalah tempat untuk berbuat semaunya. Kalau ingin tidak terganggu, pilih fasilitas pribadi. Sungguh suatu logika berpikir yang terbalik.
Ketika kita berada di fasilitas umum, Kita berbagi dengan orang lain. Karena orang lain sudah pasti berbeda dengan kita, maka kita harus mau menahan diri untuk tidak melakukan perbuatan yang bisa jadi tidak disukai oleh orang lain. Kalau kita tetap nekat melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan bagi orang lain, sudah pasti orang lain tidak menyukai kita.
Kalau kita hidup di lingkungan yang padat penduduk. Dan di waktu siang, saat semua orang tidur siang, kita memutar lagu keras � keras. Tentu akan mengganggu hak orang lain. Jika kemudian ada seorang yang keberatan dengan tindakan kita itu dan meminta agar mematikan music yang kita putar, apakah kita akan berkata: �Ini rumah padat penduduk mas. Kalau mau yang tenang, sana bikin rumah di hutan?�
Ketika akhirnya teman saya yang tidak tahan asap rokok itu duduk di dekat saya, ia berkata kepada saya: �Tas saya berada persis di atas bapak itu, jika nanti turun, saya akan berpura � pura menjatuhkan tas saya itu di atas kepalanya. Kalau ia marah, saya akan jawab: �Ini bis umum pak, kalau ingin yang nyaman, naik bis pribadi sana.�
Saya tertawa terpingkal.

Post a Comment

Previous Post Next Post