Beberapa guru senior pernah berkata: "Enakan guru sekarang, begitu diangkat jadi guru PNS, bayarannya langsung besar. Coba kalau jaman dulu, gaji guru yang sudah lama saja cuma tujuh puluh lima ribu rupiah". Sekilas perkataan ini ada benarnya. Tapi tidak ada yang ingat bahwa pada saat itu, harga satu buah es lilin adalah lima rupiah. Barang - barang lain begitu murahnya. Sedang sekarang, meskipun gajinya besar, barang - barang kebutuhan pun berharga mahal.
Jika ada yang bilang bahwa jaman sekarang jauh lebih baik daripada sekarang, saya menjadi rindu dengan jaman dahulu.
Mengapa? Saya teringat ketika saya masih kecil dulu, setiap lepas isya', ada saja orang yang bertandang ke rumah bapak saya. Mengobrol panjang lebar hingga malam ditemani kopi panas atau teh tubruk. Apapun diobrolkan bersama dua atau bahkan lima orang. Rumah saya pada waktu itu belum ada listrik. Cuma lampu petromak saja. Tapi itu tidak mengurangi keasyikan bersosialisasi di antara kami. Di lain hari, gantian kami yang bertandang ke rumah tetangga menghabiskan seperempat malam dengan berbincang.
Namun kini, sosialisasi semacam ini tidak nampak lagi. Orang begitu sibuk dengan urusannya masing - masing. Mereka berdiam diri di rumah saja. Menonton televisi sudah cukup bagi mereka.
Image Source: http://instantjoy.tumblr.com
Dulu kami kemana - mana berjalan kaki atau naik sepeda onthel. Sekali lagi moda transportasi ini mendukung kehidupan sosial. Ketika bepergian yang jauh pun kami hanya memerlukan angkutan umum untuk mengangkut kami. Dengan angkutan umum, kami bertemu banyak orang. Sosialisasi begitu kental dalam kehidupan kami terdahulu.
Namun kini orang bepergian kemana - mana dengan kendaraan pribadi mereka. Individualisme begitu kental di sini. Belum lagi kalau kita membicarakan tentang polusi dan efek rumah kaca.
Image Source: http://chungdesigns.freehostia.com
Kalau diminta memilih antara kini dan dulu, saya dengan pasti menjawab: "Dulu!"
Post a Comment