Tanggal 31 Agustus kemarin, saya berencana untuk memposting sebuah kejadian memalukan di televisi yang saya lihat sembari makan sahur. Namun sayang, selepas sahur itu saya harus berangkat ke Surabaya untuk mengikuti Workshop KTSP selama empat hari. Jadi niat itu tidak terlaksana. Apalagi di Surabaya saya juga tidak dapat mencari warnet karena acara yang padat.
Kali ini akan saya ceritakan pada anda kebodohan yang saya lihat saat itu. Di sebuah acara lawak edisi sahur yang ditayangkan oleh sebuah televisi swasta tanah air, seorang pelawak yang memang disengaja dijadikan sebagai korban dari teman - temannya sebagai pemancing tawa, dengan sangat keras dipukul dengan gabus besar di kepalanya lalu kepalanya ditaburi dengan bubuk putih. Nampaknya sang pelawak menjadi emosi dengan perlakuan teman - temannya, ia marah - muka tidak dapat berbohong - dan tidak peduli ketika seorang temannya mengatakan bahwa acaranya adalah acara live. Ia terus saja menampakkan kemarahannya.
Sayangnya teman yang membuat ia marah itu tidak kemudian meminta maaf tapi juga menanggapinya dengan emosi. Keadaan yang sangat memalukan itu kemudian dipotong iklan - sangat sulit untuk tidak mengatakan bahwa jeda iklan adalah sarana untuk tidak mengekspos kejadian memalukan itu lebih jauh.
Namun setelah iklan, kejadian masih terus berulang. Pemain lainnya terus - menerus menyindir teman mereka yang tersulut emosinya. Yang nampak pada saya, ini dibuat agar seolah kejadian yang baru saja terjadi adalah skenario yang memang harus dilaksanakan demikian. Tapi, seperti yang saya tulis di muka, kemarahan itu benar - benar terjadi. Mimik muka orang yang marah tidak dapat ditutup - tutupi.
Itulah acara lawakan televisi kita saat ini. Untuk menciptakan atmosfir lucu, seringkali dilakukan dengan cara merendahkan pemain lain. Yang repot adalah jika acara yang ditayangkan adalah acara live, karena kejadian apapun tidak dapat diedit.
Satu lagi kejelekan dari acara yang saya tonton saat itu adalah ia membawa - bawa ustad. Mungkin maksudnya adalah untuk menyesuaikan dengan bulan puasa. Namun, ustad - ustad itupun tidak lepas dari olok - olokan pemain yang menurut saya menurunkan wibawa sang ustad.
Image Source: http://vi.sualize.us
Satu lagi alasan bagi kita untuk memilah - milah acara televisi yang akan kita tonton. Televisi kita begitu buruk saat ini. Dulu, pelawak - pelawak kita jauh lebih cerdas daripada pelawak - pelawak masa kini. Coba anda ingat - ingat kembali pelawak seperti Benyamin S. kemudian bandingkan dengan pelawak masa kini yang malah bikin malu. Saya kira akan jauh lebih baik jika kita membaca buku daripada menonton televisi.
Post a Comment