SEKOLAH BERSTANDAR INTERNASIONAL

Di sebuah sekolah anu di wilayah Negara Indonesia kita tercinta dibukalah program Sekolah Berstandar Internasional. Banyak yang tertarik meskipun juga banyak yang acuh tak acuh saja. Yang tertarik, cepat � cepat mereka mencari berbagai informasi mengenai program itu. Menyiapkan segala sesuatu yang disyaratkan untuk bisa masuk terdaftar di sana. Kita patut gembira melihat gairah yang ditunjukkan masyarakat pada program sekolah internasional semacam itu. Sebab yang demikian ini merupakan cermin dari semakin tingginya kesadaran masyarakat kita akan sebuah pendidikan yang bermutu.
Jika dilihat dari nama yang disematkan pada program pendidikan ini, kita tahu bahwa yang menjadi daya tarik masyarakat adalah kata Internasional. Publik percaya bahwa �mutu� terletak di luar sana. Bukan di dalam kita. Orang � orang kita akan sangat bangga bila mereka bisa bersekolah di luar negeri. Mutu pendidikan di luar negeri jauh lebih baik dari mutu pendidikan negeri sendiri. Begitu asumsinya. Tapi asumsi ini bukan Cuma isapan jempol belaka. Banyak data � data yang menguatkan hal itu. Maka, jika di negeri sendiri kita bisa menyelenggarakan sebuah pendidikan dengan standar internasional, bisa dipastikan mutunya melebihi sekolah yang berstandar nasional (SSN) saja.
Hanya saja, kegairahan mendapatkan mutu pendidikan yang baik ini harus dibayar dengan harga yang tidak murah. Di sekolah anu, yang saya dengar, siswa yang diterima di sekolah standar internasional itu harus membayar uang masuk sebesar Rp. 10.000.000,-. Fantastis! Apalagi untuk ukuran sekolah menengah. Selain itu, anak � anak yang diterima juga harus siap � siap membekali dirinya dengan laptop. Nantinya, piranti canggih nan mahal ini akan digunakan untuk membantu proses belajar mengajar. Luar biasa.
Keinginan kita untuk mendapatkan yang bermutu adalah reaksi wajar akibat informasi yang kita dapatkan secara intens bahwa keadaan dunia saat ini menuntut kemampuan ekstra. Dunia tidak lagi memandang kapabilitas yang setengah � setengah. Dunia membutuhkan kapabilitas yang ekstrem. Asumsi yang terbentuk di benak kita kemudian adalah: untuk bisa eksis di pertarungan dunia saat ini, kita harus benar � benar kapabel. Bersekolah di sekolah yang bermutu dan bisa diakui secara internasional, adalah usaha agar kita mencapai keeksisan itu.
Hanya saja, kita harus tetap kritis. �Ojo grusa � grusu� kata orang Jawa. Semua harus kita cermati dengan seksama terlebih dahulu sebelum kita mengambil keputusan. Yang kita yakini, jika sebuah sekolah sudah berstandar internasional, sudah pasti output dari sekolah itu juga telah memenuhi standar yang ditetapkan nasional. Bukankah begitu? Nanti dulu. Mari kita ajukan beberapa pertanyaan, kemudian beri tanda centang untuk jawaban ya, dan beri tanda silang untuk jawaban tidak, untuk mengetes seberapa internasionalkah sekolah yang akan kita masuki. Perlu diketahui bahwa pertanyaan � pertanyaan yang saya tulis di bawah ini merupakan pertanyaan yang saya buat dan saya gunakan untuk saya pribadi. Bukan pertanyaan � pertanyaan standar untuk mengukur mutu sekolah internasional.
Pertanyaan pertama, apakah sekolah yang berstandar internasional itu memiliki guru � guru yang benar � benar mempunyai kompetensi, mempunyai minat besar untuk terus belajar, dan telah teruji dedikasinya untuk dunia pendidikan? [ v ] [�]
Pertanyaan kedua, apakah kurikulum yang diterapkan pada sekolah berstandar internasional itu sesuai dengan kurikulum internasional? [ v ] [�]
Pertanyaan ketiga, apakah sekolah dimaksud telah memiliki sarana � sarana yang disayaratkan dari sebuah sekolah yang berstandar nasional? [ v ] [�]
Pertanyaan keempat, apakah tes untuk memasuki sekolah standar internasional itu bisa benar � benar bisa dipertanggungjawabkan dari sisi mutu butir soal dan dalam pelaksanaannya? [ v ] [�]
Empat pertanyaan saja. Jika dari keempat pertanyaan itu anda memiliki empat tanda centang, sepertinya anda perlu mempertimbangkan untuk masuk ke sekolah itu. Namun jika anda memiliki dua tanda silang atau lebih dari pertanyaan � pertanyaan di atas. Abaikan saja sekolah itu. Bersekolahlah di sekolah dimana orang kebanyakan juga sekolah di sana. Sebab sekolahan semacam itu tidak akan memberikan kelebihan yang dijanjikan. Sekolahan semacam ini hanya akan menciptakan jurang pemisah di antara kita. Mereka yang bersekolah di sana, karena merasa membayar lebih, menyandang predikat yang berkilau, mendapat fasilitas yang beda, akan merasa berbeda dengan teman � teman kebanyakan lainnya. Tong kosong nyaring bunyinya. Belum bertaji, ingin bertarung. Kesombongan seperti ini memalukan.


Untuk membaca artikel terkait, silahkan klik, KREATIF di sini.

Post a Comment

Previous Post Next Post