Latest News

Friday, July 18, 2008

KUALITAS PENDIDIKAN BELUM MERATA

Prestasi membanggakan kembali diraih oleh anak � anak Indonesia. Dalam kompetisi 12th Po Leung Kuk Primary Mathematics World Contest 2008 tanggal 12 -16 Juli kemarin, anak � anak itu mampu menduduki peringkat terbaik. Peringkat Indonesia dalam ajang ini setara dengan Negara Bulgaria, USA, China, Taiwan dan Filipina. Anak � anak yang mengharumkan nama bangsa itu adalah Stefano Suryanto (Jakarta), Richard Akira Heru (Semarang), Christa Soesanto (Jakarta), Peter Young (Surabaya), dan Fransisca Susan (Jakarta), Nicholas Tarino (Jakarta), Vincent (Jakarta), dan Reynaldi Nugroho (Jakarta).
Kita pantas berbangga dengan prestasi itu. Tapi lihatlah, darimana anak � anak yang berprestasi itu berasal. Semua anak yang mengharumkan nama bangsa itu berasal dari kota � kota besar di Indonesia. Apakah tidak ada anak pintar selain di kota besar tersebut? Banyak. Anak kita banyak yang cerdas. Tapi mengapa anak � anak daerah jarang sekali terdengar gaungnya dalam ajang internasional? Bisa jadi karena hanya anak � anak kota saja yang dipersiapkan untuk berpartisipasi dalam perlombaan serupa. Karena alasan akomodasi dan kemudahan koordinasi. Tapi bisa juga karena hal � hal lain.
Melihat banyaknya anak daerah yang tidak lulus dalam Ujian Nasional, saya cenderung berpikiran bahwa �hal � hal lain� lah penyebab jarangnya anak daerah yang ikut serta dalam perlombaan tingkat internasional. Saya katakan bahwa mutu pendidikan di kota dan daerah belum sama. Kualitas pendidikan di daerah tidak sebaik pendidikan di kota. Padahal, jika anak � anak daerah mendapatkan mutu pendidikan yang sama dengan mutu pendidikan sekolah di kota, anak � anak daerah tidak kalah pintar dengan anak � anak kota.
Sayangnya, kesenjangan yang ada, tidak kemudian berimbas pada kebijakan yang diterapkan. Sebutlah pelaksanaan Ujian Nasional sebagai contoh. Mutu pendidikan tidak seragam, tapi para siswa itu harus mengerjakan soal dengan standar nasional. Belum lagi mengenai pengadaan buku elektronik. Pengadaan buku elektronik adalah terobosan yang bagus dan perlu kita apresiasi. Tapi tanpa melihat kesenjangan antara kota dan daerah, terobosan yang bagus ini seolah tidak ada manfaatnya. Kita mendengar kemarin masih banyak orang tua yang mengeluh karena mereka harus membayar uang sekian ratus ribu sampai satu jutaan untuk membeli buku pelajaran.
Saya memimpikan suatu saat nanti muncul pelajar � pelajar berprestasi internasional dari daerah � daerah. Anak � anak daerah dan kota bersaing ketat untuk dapat ikut serta dalam perlombaan tingkat Internasional. Si Joni yang anak pegawai Bank, si Joseph yang China dan Bejo yang anak tukang becak mempunyai peluang yang sama. Saya membayangkan tentang seseorang yang tiba � tiba bertanya kepada saya tentang seorang anak yang menang dalam olimpiade fisika sedunia. Lalu dengan bangga saya menjawab, �Oh si anu to?, dia tetangga depan rumah saya.�


Untuk membaca artikel terkait, silahkan klik SEKOLAH TERPENCIL di sini.

No comments:

Post a Comment

Tags

Recent Post