ANTARA INDONESIA DAN KOREA

Indonesia dan Korea adalah dua Negara yang sama � sama merdeka di tahun 1945. Sama � sama sebagai Negara yang harus bersusah payah membangun setelah perang dan penjajahan. Bedanya, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, begitu juga sumber daya manusianya, tapi Korea hampir � hampir tidak memiliki sumber daya alam. Mereka hanya memiliki manusia. Negara yang miskin. Saking miskinnya, Anne O Krueger, Deputi I Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional, mengatakan bahwa Korea, saat itu, hidup dari hutang � hutang luar negeri.
Tapi keadaan Korea sekarang sangat mengejutkan kita. Tidak sampai lima puluh tahun semenjak kemerdekaannya, Korea menjadi Negara industri yang diperhitungkan dalam percaturan globlal. Korea telah menjadi pengekspor manufaktur teknologi tinggi. Dominasi perdagangan luar negeri Korea terlihat dari duduknya mereka di urutan nomor satu dalam industri pembuatan kapal, urutan ketiga di semikonduktor, peringkat empat dalam teknologi digital elektronik, peringkat lima dalam industri baja, petrokimia, dan tekstil serta otomotif (KOMPAS, 18/07/08)
Bagaimana sebuah Negara miskin bisa berbuat sedemikian menakjubkannya? Sedangkan kita? Mengapa Negara yang gemah ripah loh jinawi, tetap saja menderita dalam berbagai keterbatasan dan kekurangan? Mengapa Negara kaya seperti Indonesia harus menanggung stigma sebagai Negara miskin, berpendidikan rendah dan sarang teroris? Mengapa Negara kita masih juga kelabakan saat harga minyak dunia naik? Padahal kita memiliki cadangan minyak yang tidak bisa dikatakan sedikit. Mengapa masih terjadi juga pemadaman listrik bergilir? Kita kaya raya. Apakah keadaan kita ini serupa dengan pepatah: Ayam bertelur di lumbung padi, mati kelaparan?
Jawabannya satu. Satu saja. Karena kita tidak melakukan apa yang telah dilakukan oleh Korea. Chuk Kyo Kim, ekonom dari Korea Institut for International Economic Policy, mengatakan bahwa Korea dapat bangkit dari keterpurukan sedemikian cepat karena mereka memberikan perhatian yang besar pada pendidikan, pembangunan sumber daya manusia, serta investasi luar biasa untuk kegiatan penelitian dan pengembangan.
Anda pasti masih ingat dengan dipotongnya anggaran pendidikan, kecurangan di Ujian Nasional yang merisaukan dan masih tingginya angka putus sekolah karena ketiadaan biaya. Beberapa saat lalu saya membaca berita tentang para kartunis Indonesia yang konon sudah mampu membuat film animasi dengan kualitas gambar sekelas film Avatar The Legend of Aang. Tapi mengapa dunia film kartun kita didominasi film � film dari Jepang dan Amerika? Kata sang kartunis, biaya untuk membuat film kartun sangat mahal. Andaikan kita mempunyai dana tentu kita tidak akan kebanjiran film impor. Malah sebaliknya, kita akan membanjiri Negara � Negara asing dengan film � film produksi kita. Ini dalam bidang seni dan budaya. Dalam bidang � bidang pendidikan dan kesehatan pun dana untuk penelitian begitu minim.
Ini sudah sering diulas. Tapi tiada salahnya kita ulang � ulang lagi. Investasi ekstrem untuk pendidikan harus kita yakini merupakan satu hal yang dapat segera membangkitkan bangsa kita.


Untuk membaca artikel terkait, silahkan klik PENDIDIKAN BAIK di sini.

Post a Comment

Previous Post Next Post