Latest News

Thursday, July 17, 2008

MAHLUK SOSIAL

Hidup hanya menunda kekalahan
Sebelum akhirnya mati
(Chairil Anwar)

Aku merasa takjub pada seorang anak kelas tiga SD yang begitu teliti. Yang wajahnya memancarkan jiwa kepemimpinan. Yang pandai, yang tidak gampang terpengaruh dan punya karakter. Aku tidak hafal namanya. Tapi kesan � kesan itu kurasa sudah mengendap di pikiranku. Yang selalu mengingatkanku bahwa dia adalah anak kelas tiga SD. Yang ketua kelas. Yang tidak pulang karena mencari karet penghapusnya, sebesar ujung kelingking, dan selalu punya jawaban untuk setiap pertanyaan walaupun tidak selalu benar.
Tetapi kemudian aku sadar bahwa anak itu, seperti juga aku, baru menapaki awal dari hidup yang tidak pernah bisa kita tebak kesudahannya. Saat aku mulai belajar untuk memahami bahwa segala sesuatu pada saatnya nanti akan rusak, kerusakan demi kerusakan itulah yang sebenarnya menjaga kelangsungan peradaban kita. Bangkai tumbuhan dan binatang � binatang purba yang tertimbun di dalam batuan bumi lah yang berubah jadi minyak. Atau, bisakah kita membayangkan jika saat ini kita harus hidup berdampingan dengan binatang � binatang raksasa sepanjang 24,4 meter dan setinggi 20 meter yang tidak hanya makan tumbuhan tetapi juga daging.
Seperti kerusakan, lupa adalah anugerah Tuhan yang lain. Kalau saja manusia tidak lupa dengan segala sesuatu, bukankah lintasan � lintasan pemikiran itu hanya akan menambah keruwetan hidup? Tapi lupa pada hal � hal yang berkaitan dengan hidup, disamping anugerah yang maha kuasa, adalah bencana.
Betapa seringnya kita lupa bahwa kita adalah mahluk yang pada masanya nanti akan rusak. Mahluk serenik virus pun sudah cukup untuk melumpuhkan kita. Belum lagi kadar kapur yang terkandung dalam air minum, kolesterol yang menyebabkan kegagalan fungsi jantung dan pembuluh darah di otak yang pecah. Bahkan manusia rekaan seperti Superman pun jadi sangat tidak berdaya ketika berhadapan dengan batu kryptonite atau Popeye yang mengalami ketergantungan pada bayam.
Setiap manusia hanyalah sebuah batu bata dari dinding sebuah bangunan. Sifat lupalah yang membuat manusia menganggap dirinya adalah bangunan itu sendiri. Pernahkan anda dengar tentang seorang wanita pengusaha berkebangsaan Jepang yang pada hari senin dunia masih mengenalnya sebagai seorang yang gigih sekaligus cerdas, tapi pada hari selasanya tak mampu berbuat sesuatupun untuk dirinya sendiri. Bahkan hanya untuk cebok sekalipun karena kerusakan otak yang parah.
Kesombongan, yang disebabkan oleh lupa bahwa manusia itu lemah, walaupun tetap bisa dimaklumi, adalah level tertinggi dari kebodohan manusia. Kebodohan yang menggelikan karena pada dasarnya setiap manusia itu sama. Kelebihan yang dimiliki oleh seseorang selalu diikuti oleh kelemahan yang hanya bisa ditutupi oleh kelebihan orang lain.


Untuk membaca artikel terkait, silahkan klik GENERASI BARU di sini.

No comments:

Post a Comment

Tags

Recent Post