Latest News

Friday, July 25, 2008

GURU PENJUAL BUKU

Saya mengajar di sekolah terpencil yang jauh dari pusat kota. Meski jarak yang saya tempuh untuk mencapai sekolah itu Cuma 15 Kilometer saja, tapi letaknya yang berada di pegunungan dan jalan yang harus saya lalui setiap hari begitu berliku dan berlubang, membuat sekolah tempat saya mengajar itu pantas untuk disebut sebagai sekolah terpencil.
Bukan hanya letak sekolah yang terpencil, tingkat ekonomi rata � rata wali murid dari sekolah saya itu juga rendah. Banyak dari murid � murid sekolah itu yang tidak melanjutkan setelah lulus. Bagi kebanyakan dari mereka, bersekolah sampai SMP saja sudah merupakan sesuatu yang luar biasa. Bagaimana tidak, biaya pendidikan yang harus dipenuhi bisa dikatakan cukup mahal bagi mereka. Bayangkanlah, orang tua harus mengeluarkan biaya untuk transportasi anak � anak mereka. Belum lagi uang untuk membeli alat � alat sekolah, sepatu yang setiap tiga bulan jebol karena anak � anak itu banyak yang harus berjalan kaki kiloan meter untuk mencapai jalan raya agar mereka bisa menyetop angkutan umum yang akan membawa mereka ke sekolah. Saya sering melihat anak � anak yang berpakaian seragam kumal sampai mereka lulus. Orang tua mereka tidak lagi bisa menyisakan uang untuk membelikan mereka pakaian seragam yang baru.
Maka, tentu berat hati kita untuk meminta mereka membeli buku pelajaran yang semakin mahal saja saat ini. Tapi tanpa buku, bagaimana mereka bisa belajar? Ini permasalahan lama. Tapi sampai sekarang masih juga tidak terselesaikan. BOS buku atau EBOOK masih juga belum bisa menguraikan masalah. Dana besar yang dikeluarkan untuk membiayai program itu tidak bisa menyelesaikan persoalan secara tuntas.
Sayangnya, beberapa penerbit yang tentu saja berorientasi bisnis semata � mata, memandang tak tersedianya buku yang bisa diakses murid secara gratis itu sebagai kesempatan. Mereka bekerja sama dengan oknum sekolah untuk menjual buku pelajaran kepada para murid dengan iming � iming komisi bagi pihak sekolah. Banyak praktek � praktek semacam ini. Jika sekolah saya juga melakukan yang serupa itu, uang komisi yang diterima sekolah adalah uang dari orang � orang tidak mampu. Uang yang susah payah dikumpulkan itu dinikmati oleh mereka yang mampu secara tidak sah.
Tapi begitulah, praktek ilegal semacam ini terjadi karena ketiadaan buku pelajaran yang gratis atau paling tidak, gratis bagi para siswa tidak mampu itu. Apalagi gaji guru yang kecil. Yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari � hari saja. Meskipun guru dijanjikan tunjangan satu kali gaji jika mereka telah tersertifikasi, guru � guru kita sampai saat ini belum bisa dikatakan sejahtera. Tawaran dari berbagai penerbit dipandang para guru sebagai celah untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
Keadaan ini memprihatinkan kita semua.

Untuk membaca artikel terkait, silahkan anda klik, BUKU TAK TERJANGKAU di sini, dan juga GURU SUKSES di sini

No comments:

Post a Comment

Tags

Recent Post