Latest News

Saturday, July 26, 2008

MENYELAMATKAN BAHASA INDONESIA


Bahasa Indonesia kita seperti sebuah komputer � ia mendapatkan serangan yang bertubi � tubi, setiap saat, yang akan merusak orisinalitasnya. Media � seperti televisi � merupakan salah satu alat yang ampuh untuk merongrong bahasa kita secara perlahan. Anda tentu masih ingat kata � kata Cinta Laura yang sudah dijadikan Ringtone telepon seluler, �Udah hujyan, gak ada oujyek, becyek�. Betapa banyak perkataan selebritis yang salah secara bahasa, yang ditiru di mana � mana. Di sekitar kita, banyak orang yang berbicara dengan bahasa yang bisa dikatakan aneh � bahasa Indonesia bukan, bahasa Inggris juga bukan. Banyak yang mencampur � campurkan kata � kata dan logat asing dalam bahasa Indonesia sehingga bahasa persatuan itu tidak lagi murni.
Ketika saya kuliah dulu, banyak teman � teman kuliah saya yang berbicara dengan menggunakan kata � kata yang sebenarnya sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Mereka nekat menggunakan kata � kata yang sulit dipahami oleh kebanyakan orang itu agar dikatakan sebagai orang yang �intelek�. Semakin banyak orang yang tidak paham, semakin intelek, menurut mereka. Mereka tidak tahu bahwa kata �intelek� sebenarnya lebih dekat kepada makna menyederhanakan hal yang rumit, bukan membuat rumit sesuatu yang sudah sederhana. Menggunakan kata � kata asing dalam tiap pembicaraan agar dikatakan sebagai orang yang intelek, adalah kebodohan yang harus dikikis. Seorang intelektual bertugas untuk memberikan pencerahan kepada orang awam. Jika pembicaraan mereka tidak dimengerti oleh orang awam, bagaimana mereka bisa memberikan pencerahan?. Saya banyak membaca tulisan � tulisan yang ditulis oleh orang yang diakui sebagai khalayak sebagai intelektual, tulisan mereka ringkas dan sederhana. Padahal mereka membahas suatu permasalahan yang rumit bagi kebanyakan orang.
Seperti yang dilakukan oleh teman � teman kuliah saya diatas, saya melihat orang yang mencampurkan bahasa asing kedalam bahasa Indonesia bertujuan agar mereka dianggap sebagai orang yang memiliki kelas sosial yang berbeda dengan orang lain. Kelas sosial tidak lagi hanya ditunjukkan dengan pakaian, kendaraan, rumah atau jenis makanan yang dikonsumsi, tapi juga dengan cara berbicara. Jika mereka berbicara dengan bahasa yang keInggris � Inggrisan, mereka beranggapan bahwa mereka telah berbudaya maju sebagaimana orang Inggris.
Kalau kita runut ke belakang, sebenarnya perilaku berbahasa seperti ini sudah terjadi sejak jaman Belanda. Orang � orang kita saat itu banyak yang berbicara dengan bahasa Belanda dengan maksud agar orang lain yang mendengarnya menganggap mereka sebagai orang dengan kelas sosial yang lebih tinggi � walaupun kita tidak boleh berasumsi bahwa setiap orang, di jaman itu, yang menggunakan bahasa Belanda bermaksud demikian, tokoh � tokoh seperti Soekarno dan Agus Salim juga sering menggunakan bahasa Belanda dalam keseharian mereka.
Orang � orang kita yang berbicara dengan bahasa Belanda dengan tujuan untuk mendapatkan pengakuan sebagai warga dengan kelas sosial yang lebih tinggi, sebenarnya, malah menunjukkan mental rendah mereka sebagai orang yang terjajah. Orang terjajah akan menganggap orang yang menjajah mereka sebagai orang yang berkelas sosial lebih tinggi. Maka, mulailah mereka mengadopsi segala sesuatu yang berasal dari bangsa penjajah disertai rasa rendah diri akan apa yang mereka miliki.
Saat ini banyak sekali universitas � universitas di luar negeri yang membuka jurusan bahasa Indonesia. Mengapa mereka membuka jurusan suatu bahasa yang sudah dianggap tidak lagi penting oleh para pemiliknya sendiri? Urusan uang. Jika mereka menguasai bahasa Indonesia, mereka akan lebih leluasa berbisnis di negeri kita. Ini tujuan mereka yang utama. Bisa jadi masih ada tujuan � tujuan lainnya. Tapi yang jelas bukan dengan tujuan agar memiliki kelas sosial yang lebih tinggi.
Di era global seperti sekarang, keunikan terletak pada identitas asli. Bahasa Indonesia adalah identitas kita. Yang menunjukkan bahwa kita eksis di dunia ini. Pengabaian atas identitas ini akan menjadikan kita sebagai bangsa tanpa kepribadian dan bisa jadi akan menghapuskan bahasa Indonesia dari muka bumi. Kita tidak menginginkan itu.


Untuk membaca artikel terkait, silahkan klik, KARAKTER di sini.

No comments:

Post a Comment

Tags

Recent Post