Latest News

Wednesday, April 9, 2008

MATINYA SEKOLAH KITA

Ada sebuah kisah yang masyhur dari pahlawan kita, Haji Agus Salim. Seorang tamu yang bernama Jef Last heran dengan kefasihan Islam Salim, anak laki-laki Agus Salim, dalam berbahasa Inggris. Padahal tidak ada seorangpun dari anak-anak Agus Salim yang disekolahkan.

Anak-anak Agus Salim adalah produk pertama dari Sekolah Rumah (Homeschooling) yang diselenggarakan oleh warga Indonesia. Agus Salim tidak menyekolahkan anak-anaknya karena alasan politis. Saat itu, seluruh sekolah dimiliki oleh penjajah Belanda. Harga diri Agus Salim sebagai pribumi lah yang menahannya untuk tidak memasukkan semua anaknya di sekolah penjajah. Dan menurut sejarahnya, Homeschooling diselenggarakan oleh keluarga yang karena kondisi mengharuskan adanya praktek sekolah rumah. Orang yang bertugas mengoperasikan mercu suar misalnya. Letak mercusuar yang begitu terpencil tidak memungkinkan bagi anak-anak petugas untuk mengenyam pendidikan di sekolah formal. Homeschooling yang jadi pilihan.

AWAL MULA HOMESCHOOLING

Lahirnya Homeschooling bisa dilacak di tahun 1964. Di tahun itu, seorang guru yang bernama John Caldwell Holt menulis sebuah buku yang berjudul How Children Fail. Di buku itu Holt mengatakan bahwa kegagalan akademis seseorang anak bukan disebabkan oleh aktivitas pembelajaran di sekolah akan tetapi karena sekolah itu sendiri. Holt berkata, �The human animal is a learning animal; we like to learn; we are good at it; we don�t need to be shown how or made to do it. What kills the processes are the people interfering with it or trying to regulate it or control it� (manusia adalah binatang yang belajar; kita senang belajar; kita baik dalam belajar; kita tidak butuh petunjuk atau disuruh melakukannya. Yang menghilangkan proses itu adalah campur tangan manusia lain atau usaha untuk mengaturnya atau mengontrolnya).

Banyak dari keluarga di Amerika saat itu yang merespon positif pemikiran Holt. Mereka benar-benar mendidik anak-anak mereka di rumah. Dalam proses pelaksanaannya para orang tua itu berkorespondensi dengan Holt. Hingga akhirnya di tahun 1977, Holt menerbitkan majalah yang banyak berisi informasi-informasi mengenai pelaksanaan homeschooling.

Setelah Holt, pemikiran mengenai Homeschooling ini diteruskan oleh Raymond dan Dorothy Moore. Mereka mengatakan bahwa sekolah formal dapat merusak anak secara akademis, sosial, mental bahkan psikologis. Menurut mereka anak-anak akan jauh lebih baik jika mereka dididik oleh orang tua mereka sendiri, dari pada oleh seorang guru sekolah formal yang paling berbakat dan paling bersemangat sekalipun. Pemikiran Raymond dan Dorothy Moore merupakan bentuk dukungan dari pemikiran Holt sebelumnya. Holt pernah menulis, �I want to make it clear that I don�t see home schooling as some kind of answer to badness of schools. I think that the home is the proper base for the exploration of the world which we call learning or education. Home would be the best base no matter how good the schools were� (Saya perjelas bahwa homeschooling bukan jawaban atas jeleknya kualitas sekolah. Saya kira rumah adalah tempat yang tepat untuk menjelajah dunia yang kita sebut sebagai belajar atau pendidikan. Rumah tetap tempat terbaik dibandingkan sekolah terbaik sekalipun).

PENDIDIKAN TERBAIK

Itulah latar belakang munculnya praktek sekolah rumah. Dan nampaknya praktek homeschooling mulai marak di negara kita beberapa tahun belakangan ini. Fenomena ini menunjukkan semakin meningkatnya kesadaran orang tua akan pendidikan bermutu bagi anak-anaknya. Tapi kita prihatin ketika orang tua tidak mempercayakan anak-anaknya untuk dididik di sekolah formal. Apalagi ketika kita tahu bahwa sepertinya motivasi orang tua untuk menyelenggarakan homeschooling bukan karena didasari filosofi Holt yang menyatakan bahwa rumah adalah tempat terbaik untuk pendidikan anak. Bukan juga karena alasan politis, atau kondisi geografis. Lalu apa?

Simaklah pemberitaan media. Ada murid yang babak belur dihajar gurunya. Para pakar pendidikan yang berbincang mengenai beratnya kurikulum, murid-murid yang mengeluh tentang ketatnya aturan sekolah, fasilitas sekolah yang kurang bahkan guru yang dianggap tidak menguasai materi. Berita-berita itu mengalir setiap hari dan membuat was-was para orang tua. Sekolah gagal memenuhi standar pendidikan yang diinginkan orang tua, begitu anggapan mereka.

Kemudian, semakin mudahnya akses terhadap informasi mutakhir membuka mata orang tua tentang berbagai macam sekolah alternatif yang bisa dijadikan pilihan untuk mendidik anak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan anak. Salah satu dari sekolah alternatif itu adalah Homeschooling.

Jika dilaksanakan dengan level of disiplin yang baik, homeschooling memang punya peluang untuk menghasilkan anak-anak dengan tingkat kemampuan yang lebih baik daripada anak-anak yang bersekolah formal. Anak-anak Agus Salim misalnya. Tapi beserta itu tetap ada kekurangan yang akan membawa homeschooling menjadi jauh lebih buruk dibandingkan sekolah formal, inilah diantaranya :

a. Minimnya Sosialisasi Anak.

Menurut Daniel Goleman, sifat alamiah manusia adalah bersosialisasi dengan orang lain. Bahkan struktur otak kita juga telah disiapkan untuk bergaul dengan manusia lain. Maka, kurangnya sosialisasi akan sangat bepengaruh pada tumbuh kembang seorang manusia. Mendidik anak di dalam rumah akan mengurangi jam sosialisasi seorang anak dengan teman sebayanya. Berbeda ketika mereka belajar di sekolah. Di sekolah, seorang anak akan berinteraksi dengan anak-anak sebaya lainnya. Dan inilah kelebihan sekolah formal dibandingkan dengan homeschooling.

b. Jika orang tua tidak memiliki latar belakang pendidikan guru.

Jika orang tua tidak memiliki latar belakang pendidikan guru, dapatkah orang tua mengajari anak-anaknya?, bisa. Tapi kemungkinan berhasilnya tidak selalu. Mengajar membutuhkan teori dan pengalaman sekaligus. Guru-guru di sekolah telah memiliki kualifikasi ini. Pengalaman mereka menangani berpuluh-puluh murid akan sangat berperan dalam membantu anak-anak belajar dengan sebaik-baiknya.

c. Kurikulum yang kurang standar

Memang orang tua bisa mendapatkan kurikulum dari Dinas Pendidikan setempat untuk menyelenggarakan sekolah rumah. Tapi pengimplementasian kurikulum dengan sebaik-baiknya belum tentu dapat dilaksanakan setiap orang tua.

d. Pelajaran yang tidak dikuasai orang tua.

Ini sangat mengganggu. Orang tua yang tidak memiliki latar belakang pendidikan guru akan sangat kesulitan dalam memberikan pelajaran tertentu kepada anak-anaknya. Pelajaran Matematika misalnya. Pelajaran ini tidak banyak penggemar. Atau pelajaran bahasa Inggris. Tidak semua orang menyukai bahasa asing ini.

e. Mahalnya fasilitas dan buku-buku

Melaksanakan homeschooling, berarti harus menyediakan fasilitas dan buku-buku yang tidak murah harganya. Orang tua dengan ekonomi yang tidak mencukupi tentu akan sangat kesulitan dalam memenuhinya.

f. Ketidakmampuan menyediakan lingkungan belajar yang kondusif.

Untuk melaksanakan homeschooling diperlukan lingkungan yang nyaman dan aman untuk melakukan eksplorasi. Ini bukan hal yang mudah, karena untuk itu diperlukan ruangan yang cukup luas. Di negara kita, dimana masih banyak orang yang melakukan sosialisasi dengan bertamu ke rumah orang lain, pemilik sebuah rumah pasti menginginkan rumah yang besih dan rapi di mata tamunya. Sedangkan ketika menyelenggarakan homeschooling, rumah kemungkinan besar akan menjadi tidak rapi. Siapkah orang tua?

g. Ketidakmampuan orang tua menjadi teladan dan fasilitator.

Ini penting. Sebab, anak-anak belajar dengan meniru orang dewasa di sekitarnya. Siapkah orang tua? Mayoritas orang tua tidak pernah mengalami proses belajar melalui homeschooling. Tapi mereka belajar di sekolah formal. Sangat besar kemungkinannya mereka hanya semacam �memindahkan� sekolah ke rumah. Padahal sekolah formal dan homeschooling jauh berbeda.

h. Ketidaksiapan orang tua untuk terus belajar.

Di zaman ini orang tua semakin sibuk dengan kegiatan-kegiatan ekonomi dan sosial yang sangat menyita waktu. Sempatkan mereka untuk belajar banyak hal demi menunjang behasilnya proses belajar di rumah. Bukan hal yang mudah.

Kekurangan-kekurangan di atas bukannya tidak dapat ditemui di sekolah formal. Tapi, walaupun begitu, pasti lebih minimal mengingat tempat itu memang sejak awal disiapkan sebagai tempat belajar. Berbeda dengan rumah yang disiapkan sebagai tempat untuk tinggal dan melepas lelah serta berinteraksi sesama anggota keluarga. Bisa jadi pemikiran Holt mengenai homeschooling benar. Tapi ketidaksiapan orang tua bisa menjadi masalah yang serius. Selain itu, sekolah tetap mempunyai keunggulan yang tidak dimiliki oleh sekolah rumah. Yang paling penting dari sekolah formal, menurut saya, adalah interaksi anak dengan teman sebayanya, dengan guru. Di sekolah mereka belajar untuk bekerja sama, untuk mempertahankan pendirian dan berempati. Hal inilah yang disebut sebagai Hidden Curriculum. Ini tidak bisa ditemukan dalam homeschooling karena interaksi anak yang sangat terbatas.

MENYELAMATKAN SEKOLAH

Walaupun belum berkembang secara masif, homeschooling bisa menjadi ancaman yang serius bagi kelangsungan sekolah formal di masa mendatang. Seiring dengan perkembangan zaman yang tidak bisa dibendung lagi, sekolah mestinya terus melakukan perubahan ke hal-hal yang lebih baik.

Perubahan yang saya maksud; Pertama, Melatih guru secara kontinyu. Universitas-universitas kita sudah saatnya memperbanyak penelitian tentang metode pembelajaran terbaik yang cocok dengan kondisi sosial budaya masyarakat. Setelah itu, mereka menyelenggarakan pelatihan terhadap guru secara berkesinambungan. Kedua, Proses pembelajaran yang dapat melayani beragam kecerdasan dan gaya belajar. Riset Howard Gardner menunjukkan bahwa sekolah yang hanya melayani dua tipe kecerdasan dan menghasilkan murid-murid yang putus sekolah. Di sekolah model ini, anak-anak dengan kecerdasan tertentu merasa tidak diperhatikan dalam proses pembelajaran.

Yang Ketiga adalah Sistem penilaian yang sekarang harus dirubah. Kita semua tahu bahwa semua orang belajar dari kesalahan. Maka kita harus menghargai kesalahan sebagai langkah untuk mencapai keunggulan. Murid-murid harus dimotivasi agar berani mengambil resiko.

Inilah beberapa hal yang harus dilakukan untuk menyelamatkan sekolah. Kita perlu menjaga kepercayaan orang tua terhadap sekolah. Filosofi yang dipakai Holt dalam menggagas homeschooling adalah bahwa belajar harus dialami setiap orang secata natural. Dan menurut Holt, sekolah tidak menyediakan atmosfir ini. Maka, saat ini kita dihadapkan pada dua pilihan: kita harus menyediakan proses belajar yang natural di sekolah formal, atau jika tidak, sekolah akan menemui ajalnya.


No comments:

Post a Comment

Tags

Recent Post