Justin Bieber mengatakan bahwa ia menulis salah satu lagunya di negeri antah berantah. Kini saya berkesempatan berkunjung ke negeri antah berantah itu. Dan tanpa saya sengaja saya mendapati seorang tua yang mengidap tumor usus. Ia pun dirujuk ke rumah sakit umum daerah Dr. Anu. Dengan asuransi untuk orang miskin. Naasnya ternyata rumah sakit itu tidak mampu menangani penyakit yang harus dioperasi itu. Pasien itu pun dirujuk ke rumah sakit kota Prof. Dr. Fulan. Sampai di rumah sakit itu sudah jam 9 malam. Dikatakan kepada keluarga pasien bahwa rumah sakit itu penuh. Keluarga disarankan untuk berobat ke rumah sakit dr. Embuh. Padahal rumah sakit yang sekarang lebih besar daripada rumah sakit dr. Embuh itu. Si dokter jaga dengan pongah memberikan sejumlah uang untuk transportasi si pasien ke rumah sakit yang disarankan itu.
Keluarga yang ragu dengan saran itu menelepon anggota keluarga yang lain yang kebetulan bekerja di kesehatan. Si keluarga itu pun berbicara sendiri dengan si dokter. Ia berkata bahwa jika ia tidak mau mengurusi si pasien maka ia akan melaporkannya ke pengaduan. Aneh, si dokter terlihat ketakutan dan segera mencarikan kamar untuk si pasien. Surat perjanjian untuk dirujuk yang sudah terlanjur ditandatangani, disobek oleh sang dokter.
Pasien pun dioperasi dan dalam beberapa minggu ke depan, ia boleh pulang. Pasien pulang dan dirawat di rumah. Sayangnya operasi yang telah dilakukan tidak berhasil baik. Ia kembali dirujuk ke rumah sakit umum daerah Dr. Anu karena jika ia dilarikan ke rumah sakit Prof. Dr. Fulan, kondisinya tidak memungkinkan. Ia mendapatkan kamarnya dan mendapatk kunjungan dokter. Si dokter gemuk perut buncit dan berkepala plontos itu berkata dengan keras: �Kenapa nggak dirujuk ke rumah sakit Prof. Dr. Fulan aja?�. Setelah itu ia menyingkap selimut untuk melihat luka dan berlalu dengan congkak. Omongannya itu omongan orang yang marah. Karena banyak pasien yang lebih memilih berobat ke luar kota daripada berobat ke RSUD Dr. Anu yang pelayanannya tidak memuaskan. Anehnya hal ini disikapi dengan sangat emosional oleh pihak rumah sakit. Dan bukannya memperbaiki kinerja dan pelayanan. Lagipula jika dirunut ke belakang, bukankah yang merujuk ke rumah sakit Prof. Dr. Fulan adalah Rumah sakit Dr. Anu sendiri karena tidak mampu?
Jeleknya pelayanan rumah sakit Dr. Anu bisa terlihat ketika tiba � tiba muncul seorang dokter muda yang juga congkak ke kamar rumah sakit. Lalu tanpa ba bi bu, ia bertanya: �Di ruangan ini, yang sakit anu siapa ya?�. Saya tertawa. Bukankah ia seharusnya menanyakan itu ke perawat? Masa ia bertanya ke pasien?
Orang � orang kaya beruntung karena bisa menggunakan uangnya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Orang yang miskin harus pasrah dengan buruknya pelayanan kesehatan semacam ini.
Post a Comment