Urgensi Pendidikan Life Skill


Sepanjang sejarah, orang � orang muda seusia anak didik kita merupakan bagian dari suatu masyarakat yang paling produktif. Namun sayangnya, keproduktifan yang dimiliki oleh rata � rata kaum muda itu tidak termanfaatkan secara optimal disebabkan kurangnya arahan dan motivasi. Maka, yang sering terjadi, alih � alih memberikan kontribusi yang positif kepada masyarakat luas, sebagian kaum muda itu malah menjadi beban bagi lingkungan di mana mereka tinggal. Sebutlah misalnya kenakalan remaja (yang ditandai dengan dilakukannya tawuran, pemakaian alkohol dan narkoba dan lain sebagainya).
Kondisinya semakin parah ketika kaum muda tadi lulus dari sekolah. Mereka terjebak pada masalah pengangguran disebabkan minimnya lapangan pekerjaan dan ketidak-mampuan untuk menciptakan pekerjaan. Bertambahlah deret pengangguran yang merupakan salah satu faktor peningkatan angka kriminal.
Pendidikan disebut � sebut sebagai salah satu penyebab terjadinya situasi ini. Pendidikan dituding telah gagal membantu peserta didik dalam meningkatkan dan mengembangkan potensi mereka yang nantinya akan berguna bagi diri mereka sendiri dan masyarakat. Mengapa? Karena pendidikan yang berlangsung selama ini hanya mengedepankan kemampuan akademik. Padahal, pendidikan seharusnya dapat memberikan kemampuan yang dibutuhkan anak untuk hidup. Latar belakang inilah yang di kemudian hari mencetuskan perlunya pendidikan yang lebih berorientasi pada life skill (kecakapan hidup).
Pendidikan Life Skill dipandang sebagai solusi tepat bagi permasalahan yang muncul. Team Broad Base Education Depdiknas merumuskan bahwa tujuan pendidikan life skill adalah:

Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas.
Pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakatr, sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.
Mengembangkan potensi manusiawi peserta didik menghadapi perannya dimasa mendatang
Membebankan pembelajaran yang fleksibel dan memanfaatkan potensi SDM yang ada di masyarakat dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
6. Membekali peserta didik dengan kecakapan hidup sebagai pribadi yang mandiri.

Untuk mencapai tujuan ini peserta didik perlu memiliki kecakapan dalam memimpin, berkomunikasi, berinteraksi dengan sesama dan kecakapan intelektual sekaligus. Selain itu, mereka juga harus memiliki kemauan keras untuk bertanggung jawab dan menghargai diri mereka sendiri. Kecakapan � kecakapan di atas merupakan modal dasar untuk menjalani hidup yang lebih berkualitas. Selebihnya adalah dimilikinya ketrampilan dan keahlian yang diperlukan oleh masyarakat.
Karena, sebagaimana ditulis di muka, pendidikan selama ini masih berorientasi pada kemampuan akademis, maka perlukah kurikulum pendidikan kita diubah? Tidak perlu. Yang perlu kita lakukan adalah menyesuaikan kurikulum yang telah ada agar dapat menjawab kebutuhan � kebutuhan yang diperlukan secara nyata oleh masyarakat.
Pendidikan Life Skill dapat diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran. Metode pembelajaran setiap mata pelajaran dapat dilaksanakan sedemikian rupa sehingga dapat merangsang jiwa kepemimpinan, ketrampilan berkomunikasi, bernegosiasi, bekerja sama, memecahkan masalah, mengambil keputusan, berpikir kritis, dan mengevaluasi diri sendiri. Selain itu perlu diciptakan atmosfir pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat memiliki kepercayaan diri dengan cara menghargai setiap usaha mereka dan berpikir positif bahwa apapun yang mereka lakukan merupakan bagian dari proses untuk meraih keberhasilan.
Proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa, jika dilaksanakan secara benar, sebetulnya telah dapat mengakomodir kebutuhan siswa akan kecakapan yang penulis sebutkan di muka. Karena itu, guru harus terus menerus dilatih untuk dapat menerapkan metode pembelajaran yang ideal dan efektif. Dan, semestinya tidak berhenti hanya pada pelatihan, evaluasi secara berkala juga diperlukan untuk menjaga agar proses pembelajaran yang ideal itu tetap berlangsung. Bukan hanya sebagai aktifitas yang hangat � hangat tahi ayam.
Selain itu, diperlukan upaya yang serius untuk mengidentifikasi bakat dan kecenderungan masing � masing siswa. Identifikasi atas bakat dan kecenderungan tiap siswa ini penting sebagai acuan dasar dalam melatih ketrampilan mereka. Pelatihan ketrampilan yang didasarkan atas minat dan bakat siswa lebih menjamin keberhasilan dari upaya untuk meningkatkan ketrampilan menjadi keahlian di kemudian hari. Selanjutnya, tiap sekolah seharusnya menyediakan berbagai jenis pelatihan ketrampilan untuk menampung minat dan bakat masing � masing siswa yang berbeda � beda.
Terakhir, untuk mengadopsi konsep Broad Base Education (BBE) atau Pendidikan Berbasis Luas, diperlukan kecermatan untuk mengetahui kebutuhan yang paling mendesak dari masyarakat setempat. Kebutuhan masyarakat perkotaan tentu berbeda dengan kebutuhan masyarakat pedesaan. Oleh sebab itu, tentu merupakan upaya yang sia � sia jika melatih siswa agar trampil dalam reparasi komputer, misalnya, di tengah masyarakat yang banyak berkutat di bidang pertukangan kayu. Diperlukan kejelian dalam melihat kebutuhan masyarakat ini. Pemilihan pelatihan yang hanya didasarkan pada prestise tanpa mengacu pada kebutuhan dasar yang mendesak dari masyarakat sekitar hanya akan berujung pada kemubadziran.

Post a Comment

Previous Post Next Post