Suatu Hari di Negeri Antah Berantah


Lama tidak posting sesuatupun di blog ini. Hingga kali ini, karena tergelitik dengan berita tentang peristiwa di negeri antah berantah yang kudengar dari seorang kawan lama tak jumpa.
Kawan saya, kata dia, mendapatkan berita itu dari televisinya. Saya terlalu malang untuk dapat menikmati televisi, Karena itulah aku sampai tertinggal berita tentang peristiwa di negeri antah berantah itu.
Begini kisahnya; alkisah, di negeri antah berantah, pada suatu ketika terjadi gempa bumi yang hebat bukan kepalang. Begitu hebatnya hingga rumah � rumah reot kaum tak berpunya pada rubuh rata dengan tanah.
Tak terkecuali rumah mbah Sukijo. Nah dari mbah Sukijo inilah berita biasa tentang gempa bumi, menjadi berita yang sangat spektakuler.
Mbah Sukijo yang sebatang kara, sedih bukan kepalang menyadari rumahnya yang tak lagi bisa ditempati. Rumah itu harta satu �satunya baginya. Tak ada lagi yang lainnya. Rumah reot tempat berteduh dari hujan dan panas itu tak ada lagi. Di tempat mana lagi ia mesti tinggal.
Beruntung, tetangganya yang baik hati bersedia memberikan tumpangan kepadanya. Bukan di rumahnya lho. Melainkan di kandang kerbau miliknya. Ya, daripada kehujanan kepanasan, tidur dengan kebo pun tak apalah, mungkin begitu pikir mbah Sukijo.
Tinggallah mbah Sukijo, Oh ya, mbah Sukijo yang sepuh itu menderita beberapa penyakit lho, dengan kebo dan gudel � gudelnya.
Penderitaan mbah Sukijo, dengan tanpa sengaja, ketahuan oleh seorang wartawan televisi yang serta merta membuat berita tentangnya dan menyiarkannya ke seluruh negeri. Dunia gempar. Seorang jompo berpenyakitan, tidur dengan kebo, mengapa tak ada yang peduli? Betapa memalukannya!!!
Para punggawa kerajaan yang dicerca public sedemikian rupa menjadi kalang kabut. Buru � buru mereka mengundang televisi dan wartawan ke kediaman mbah Sukijo di kandang kebo. Dengan wajah memelas tapi tetap tak melunturkan kekhasan seorang priyayi, para punggawa berkata: �Kami semua merasa prihatin dengan keadaan ini. Dan harus dicatat baik � baik oleh mas dan mbak wartawan bahwa kami peduli dengan penderitaan yang telah menimpa mbah Sukijo ini. Dengan ini kami beritahukan bahwa kami telah membangun sebuah rumah yang layak untuk dihuni oleh mbah Sukijo. Kami benar � benar ikhlas dengan hal ini dan kami berharap bahwa ini akan dapat menghilangkan penderitaan mbah Sukijo. Terima kasih.�
Selanjutnya, mereka menyalami mbah Sukijo. Bertanya ini itu. Wajah mereka tampak sedih. Namun tetap tak melunturkan kepriyayian mereka.

Post a Comment

Previous Post Next Post