Kompetisi


September tanggal 28 tahun 1942, Anne Frank sudah semakin muak dengan berbagai hinaan yang ditujukan kepadanya. Hinaan yang ditujukan kepadanya menyangkut segala sesuatu yang ada pada dirinya: My behavior, my personality, my manners, every inch of me, from head to toe and back again, is the subject of gossip and debate.
I know I have my faults and shortcomings, but they blow them all out of proportion!
Saya tahu jika saya memiliki kesalahan dan kekurangan, tapi mereka terlalu melebih � lebihkannya!
Setiap kita memiliki kekurangan dan kesalahan. Bahkan bisa jadi setiap hari kita melakukan kesalahan. Kesalahan yang sama atau pun berbeda. Tidak ada manusia, satupun, yang sempurna. Maka, kealpaan yang kita miliki merupakan sesuatu yang manusiawi dan dimaklumi.
Namun keadaannya berubah jika kita berada dalam kondisi kompetisi yang ketat. Dalam keadaan seperti ini, kesalahan sekecil apapun yang kita perbuat merupakan peluang bagi rival kita untuk menjatuhkan kita. Setiap orang akan berusaha mencari � cari dan menunggu � nunggu kesalahan yang kita lakukan untuk kemudian menjatuhkan kita.
Mengapa bisa sedemikian? Menurut saya ada dua alasan. Pertama, rival kita menginginkan posisi yang sama dengan apa yang kita tempati saat ini. Tapi mereka tidak mau bersusah payah untuk mendapatkannya. Karena itulah mereka berusaha mencari � cari kekurangan kita agar kita terjatuh dan mereka bisa mendapatkannya.
Kedua, mereka melakukan itu untuk menciptakan opini publik bahwa sebenarnya kita tidak memiliki kapasitas untuk posisi itu. Opini yang terbentuk, suka atau tidak suka, akan mempengaruhi cara pandang kita terhadap diri kita sendiri. Jika orang lain sudah menganggap kita tidak kompeten, maka lambat laun akan terbentuk dalam pikiran kita bahwa sebenarnya kita memang tidak memiliki kompetensi itu. Jika sudah demikian, kita akan semakin sering melakukan kesalahan karena kehilangan kepercayaan diri.
Yang terbaik, saya kira, kita terus menerus memperbaiki diri sembari tidak terlalu memusingkan perkataan orang lain atas diri kita.

Post a Comment

Previous Post Next Post