SINETRON MENGANCAM BAHASA INDONESIA


Sinetron disinyalir mengancam bahasa Indonesia. Nampaknya memang begitu. Bahasa � bahasa prokem begitu cepat populer ketimbang bahasa Indonesia yang baku. Lambat laun bahasa baku akan hilang dan digantikan oleh bahasa prokem. Sebagaimana bahasa daerah yang tidak berkembang atau malah punah Karena penggunaan bahasa lain yang lebih dominan.
Selain dari tercampurnya bahasa yang baku, ternyata sinetron memiliki dampak social yang lebih dahsyat.
Suatu saat saya masuk ke kamar kecil sekolah. Di luar kamar kecil itu terdapat kran � kran tempat anak � anak mengambil wudhu untuk shalat. Saat itu musim hujan. Dan seperti keadaan di desa lainnya, musim hujan selalu membuat tanah lempung menjadi becek dan menempel di sepatu anak �anak. Agar tidak mengotori kelas, anak �anak itu akan mencuci sepatu mereka di kran sebelum masuk ke kelas.
Saya yang di dalam kamar kecil tidak diketahui oleh dua orang siswi yang tengah bercakap � cakap: �Lagi ngapain gitu lhoh?�
Dijawab oleh temannya: �Sedang nyuci sepatu gitu lhoh
�Kenapa dicuci gitu lhoh?�
�Kena jeblok gitu lhoh
Saya tersenyum dalam hati. Saat itu kata gitu lhoh memang lagi musim. Semua orang berkata dengan menambahkan kata itu. Siswi saya yang di desa juga terpengaruh.
Sangat lucu. Siswi saya yang terbiasa berkata dengan bahasa Jawa lalu menggunakan bahasa Indonesia yang gaul. Namun sayang, kebiasaan menggunakan bahasa Jawa tidak bisa begitu saja dihilangkan. Maka ketika seharusnya ia mengatakan �lumpur� ia mengatakan �jeblok�. �Jeblok� adalah bahasa lokal untuk kata �lumpur�.
Ya, kita memang perlu waspada dengan bahaya sinetron dalam merusak bahasa Indonesia. Tapi pengaruhnya dalam merusak moral yang sesuai dengan nilai �nilai lokal perlu lebih kita waspadai.
Dulu sinetron � sinetron kita begitu sarat dengan pesan � pesan moral. Mengapa sekarang begini rusak?

Post a Comment

Previous Post Next Post