Oleh Mudzakkir Hafidh
Hari ini hari yang cerah, pagi ini penulis ingin menulis tentang pentingnya komunikasi aktif seluruh komponen warga sekolah demi kemajuan dan perkembangan sekolah. Tulisan ini berdasarkan latar belakang ilustrasi perbincangan antara murid dan guru, yang saya yakin ini terjadi di beberapa sekolah akhir-akhir ini. Ceritanya begini
Hari itu 2 siswa , bernama Yana dan Yani sedang berbincang dengan wali kelasnya, sebut saja namanya Pak Maman, pada perbincangan tersebut, Yana bertanya, �Pak, mengapa kelas kita tidak mengadakan study tour seperti kelas 3, padahal biasanya setiap tahun kita mengadakan study tour�, seakan tidak mau ketinggalan Yani juga bertanya, � Pak, sekarang ekstra kurikuler drumband, photograpy, musik, pencak silat kok juga ditiadakan.�, sempat gelagapan Pak Maman akhirnya menjawab, sambil menghela nafas, ia bercerita, � begini anakku, sekarang sekolah tidak leluasa merancang dan mengadakan sebuah program sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, sekarang semua sekolah dilarang keras untuk mengadakan pungutan, iuran, atau tarikan apapun, bahkan SPP saja tidak boleh, sebagai gantinya sekolah mendapat subsidi pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk BOS dan BOPDA yang besarannya sudah ditentukan sama di tiap sekolah, termasuk sekolah kita, karena itu sekolah harus hati-hati dan cermat menghitung setiap pengeluaran dari pos-pos yang sudah ditentukan. Pos-pos pengeluaran yang lebih penting didahulukan, sementara kegiatan yang sifatnya penunjang dikesampingkan terlebih dahulu artinya kalau ada dana dilaksanakan, kalau tidak ada dana ya..ditiadakan. termasuk study tour, outbound, ekstra dll. Mengenai kelas 3 mengadakan study tour, karena para wali murid kelas 3 kompak dan ikhlas melaksanakan iuran membantu sekolah agar anak-anak mereka bisa melaksanakan study tour sebagaimana program sekolah yang sudah dibuat. Sedang untuk wali murid kelas-kelas yang lain memilih tidak melaksanakan study tour biar tidak ada iuran atau tarikan.�
Mendengar cerita Pak Maman, Yana dan Yani pun menyayangkan sikap orang tuanya, yang jelas-jelas menurut pengamatan mereka bahwa orang tuanya sebenarnya mampu. Selanjutnya Pak Maman bercerita, � nak, sekolah sebenarnya ingin melaksanakan semua kegiatan yang sudah diprogram, tapi kalau dana sekolah tidak cukup, sekolah juga tidak diperbolehkan untuk memaksa orang tua membayar, karena itu kalau orang tua tidak mendukung ya kegiatan akhirnya ditiadakan.�
Keberadaan program sekolah gratis membuat para kepala sekolah, terutama sekolah negeri harus memutar otak dan dituntut untuk lebih cermat dan pandai dalam membuat dan merancang RAPBS, sebab pemerintah melarang sekolah untuk mengadakan iuran, tarikan, dan lainnya. Jika ada sekolah atau kepala sekolah yang melanggar maka pemerintah tidak segan-segan akan menghukumnya, karena itu para kepala sekolah lebih memilih hal yang aman dengan hanya membiayai setiap kegiatan-kegiatan sekolah yang penting-penting saja untuk menghemat anggaran, untuk kegiatan sekolah yang sifatnya penunjang seperti study tour, out bound, ekstra kurikuler, pembelajaran multi media, kegiatan lomba-lomba, dan lain-lain sekolah lebih memilih mengurangi atau membatasi, dan kaulu memang betul-betul tidak ada dana terpaksa ditiadakan atau dihapus, akhirnya yang rugi lagi-lagi siswa.
Nah berikut ini, ada beberapa tips bagaimana agar sekolah mendapat dukungan orang tua dalam setiap kegiatannya, baik kegiatan inti maupun kegiatan penunjang, diantaranya :
1. Semua wali murid di awal tahun harus menandatangani perjanjian komitmen untuk mendukung kemajuan sekolah, termasuk komitmen datang ke sekolah jika ada undangan.
2. Sosialisasikan semua program sekolah di awal tahun kepada semua wali murid, termasuk segala problem atau kesulitannya.
3. Adakan pertemuan rutin kepada semua wali murid tiap jenjang, dan agenda kegiatan ini juga sudah disampaikan di awal tahun pada saat saat sosialisasi awal tahun.
4. Jalin komunikasi aktif dengan semua wali murid melalui wali kelas atau guru kelas, dengan cara home visit (kunjungan ke rumah siswa, jika ada siswa sakit, orang tuanya sakit), school telephon ( wali kelas menelephon ke orang tua atau siswa untuk mengucapkan selamat atau apapun), kirim kartu ucapan (jika orang tua/ wali murid ultah, naik haji, dll).
5. Sampaikan hasil setiap tarikan atau infaq siswa kepada orang tua, misalnya hail infaq jum�at semua pengeluaran disampikan ke orang tua.
6. adakan acara kebersamaan rutin tahunan misalnya Family Gathering, sehingga orang tua mengenal betul semua guru-guru anaknya.
7. Memperbaiki layanan sekolah (excellen service)
Penulis yakin tidak ada permasalahan di dunia ini yang tidak ada jalan keluarnya, tips di atas hanya sebagian pengalaman penulis yang sudah penulis praktekkan. Penulis ingat pernyataan beberapa orang tua,� Pak, kami ini tidak sayang (eman) setiap rupiah yang saya keluarkan asal demi pendidikan anak�. Apalagi sekarang SPP sekolah negeri dan beberapa ekolah swasta sudah gratis, masak kalau hanya iuran insidentil guna membantu sekolah tidak mau. Saya sangat yakin, mereka para orang tua berkenan membantu, asal ada jalinan komunikasi yang kuat dengan semua civitas sekolah. Bagaimana pendapat anda?
Surabaya, 12 Juni 2009
Post a Comment