Ujian Nasional bagi SMA, SMK, SMP dan MTs telah usai. Kini siswa tengah berada di suatu waktu dimana mereka menunggu saat ketika kelulusan, atau ketidaklulusan mereka diumumkan. Harap � harap cemas. Siapapun yang telah mengalami Ujian Nasional pasti pernah mendapatkan suasana hati yang sedemikian ini. Begitu juga saya. Sampai saat ini, siswa yang sampai tidak lulus di Ujian Nasional pasti dicap sebagai anak yang bodoh.
Siswa yang bersangkutan pasti tidak mau jika stigma negative itu tertempel di diri � diri mereka. Maka, ketidaklulusan dalam Ujian merupakan salah satu ketakutan dari beberapa ketakutan yang muncul dalam hidup. Namun belakangan muncul pula anggapan bahwa jika siswa tidak lulus dalam Ujian, guru bisa juga menjadi penyebab dari ketidaklulusan itu. Sehingga, ketakutan yang menghinggapi siswa kini juga menghinggapi guru. Kemudian berturut � turut, ketakutan juga hinggap pada kepala sekolah yang tidak mau sekolahnya dianggap sebagai sekolah yang tidak bermutu dan ia juga tidak mau jika dianggap tidak layak sebagai pemimpin, kemudian kepala dinas pendidikan dan seterusnya.
Maka seperti yang telah disinyalir banyak pihak, bahkan pihak universitas pun tidak mau jika kelulusan dalam UN dijadikan bahan pertimbangan untuk menerima mahasiswa baru karena ragu dengan kualitas pelaksanaan UN, kecurangan demi kecurangan dalam Ujian Nasional diberitakan oleh media masa.
Banyak pihak yang menginginkan agar Ujian Nasional dihapus saja. DPR pun senada, mereka menginginkan agar Ujian Nasional dihapus dan digantikan dengan UASBN saja. Namun pemerintah tidak bergeming. Bahkan tiap tahun standar kelulusan terus ditambah yang juga terus melahirkan kecurangan.
Kecurangan � kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Nasional sebenarnya merupakan cara pemecahan masalah yang mengakibatkan permasalahan baru. Jika siswa tahu bahwa mereka akan tetap lulus meskipun mereka tidak bisa menyelesaikan soal � soal, akan ogah � ogahan belajar. Sekolah hanya menjadi sebuah formalitas yang tetap menjemukan.
Tapi, meskipun kelulusan siswa dalam Ujian Nasional merupakan hasil dari kerja keras guru dan siswa bukan berarti masalah hilang begitu saja. Metode drilling dalam menghadapi Ujian Nasional merupakan ciri dari pendidikan yang tidak utuh karena hasil jauh lebih dipentingkan daripada proses belajar.
Nafsu untuk mendapatkan nilai yang tinggi dan sempurna akan melatih siswa menjadi lembek, tidak kuat dalam menghadapi masalah. Mereka tidak berani mengambil risiko, mereka tidak peka dengan ambiguitas, dan ketidakpastian yang merupakan kenyataan dalam hidup yang setiap saat harus mereka hadapi.
Maka saya sependapat dengan DPR. UN harus segera dihapuskan dan digantikan dengan UASBN saja. Biarkan siswa terbiasa mendapatkan nilai yang merah. Biarkan mereka terbiasa dengan kondisi yang tidak nyaman. Kondisi yang sebenarnya, pada saatnya nanti akan menjadikan mereka lebih kuat dan tangguh. Mari kita biarkan kegagalan demi kegagalan yang menimpa mereka menempa diri � diri mereka untuk menjadi lebih tekun sekaligus liat dalam berusaha.
Post a Comment