PACITAN, KOTA SAYA TERCINTA


�Saya dari Pacitan�, begitu jawab saya tiap kali orang menanyakan daerah asal saya. Dan anda tahu bagaimana reaksi mereka pertama kali? �Wah, jauh ya!�. Ya, Pacitan memang daerah yang sangat terpencil.
Jika anda baru mendengar Pacitan untuk yang pertama kali atau anda belum pernah sama sekali datang ke kota saya tercinta ini ada baiknya anda membaca tulisan saya di bawah ini:
Satu, Pacitan adalah wilayah yang memiliki banyak bukit. Hanya sedikit daerah yang rata. Lainnya bergunung � gunung.
Dua, jalan yang akan membawa anda masuk ke Pacitan adalah jalanan yang sempit dan berkelak kelok karena melewati pegunungan. Bagi anda yang belum sama sekali menapaki jalanan kota Pacitan ini ada baiknya anda berhati � hati.
Tiga, beberapa daerah di Kabupaten Pacitan ini selalu dirundung kekeringan nyaris tanpa air saat musim kemarau tiba. Daerah yang bergunung batu sangat sulit menyimpan air.
Empat, rata � rata penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.
Lima, dulu, di musim kemarau panjang yang ganas, pernah diberitakan bahwa beberapa warga Pacitan yang mengalami kekeringan ada yang sampai harus memakan pokok pohon pisang untuk bertahan hidup. Ada yang mengatakan bahwa berita ini bohong belaka. Tapi ada juga yang mengatakan bahwa berita ini benar adanya.
Enam, banyak dari anak � anak usia sekolah yang tidak melanjutkan ke SMA atau pun ke SMK karena tidak ada biaya untuk itu.
Tujuh, Pacitan terkenal memiliki banyak gua � gua sehingga melahirkan sebutan Kota Seribu Gua bagi Pacitan.
Delapan, Pacitan memiliki pantai yang indah namun kurang terawat dengan baik seperti Pantai Teleng, Pantai Klayar, dan Pantai Srau.
Sembilan, Pacitan memiliki makanan utama lain selain nasi, yaitu THIWUL. Thiwul adalah nasi yang dibuat dari tepung ketela. Saya, sebenarnya, lebih suka dengan thiwul dibandingkan dengan nasi putih karena rasanya yang lebih manis, menurut saya.
Sepuluh, Pacitan tidak memiliki MALL. Dan saya berharap tidak ada Mall di kota kami ini.
Sebelas, Pacitan juga tidak memiliki Bioskop. Dulu ada bioskop yang pengap dan sumpek di Pacitan. Tapi seiring dengan munculnya VCD, bioskop gulung tikar Karena orang lebih suka menyewa film dari persewaan VCD yang marak saat itu.
Dua belas, Pacitan memiliki sungai yang bernama Grindulu. Dan saya tinggal di tepi sungai Grindulu ini.
Tiga belas, tanah perbukitan di Pacitan adalah tanah yang bergerak. Jadi, akan sangat rawan longsor ketika hujan turun dengan deras.
Empat belas, sekarang ini sedang dibangun sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Uap di Sudimoro, Pacitan. Truk � truk besar yang mengangkut alat � alat berat untuk membangun PLTU itu telah merusakkan jalan menuju Sudimoro.
Lima belas, ini bagi saya, Pacitan bukan tempat yang nyaman bagi para blogger. Mengapa? Karena internet masih sangat mahal di Pacitan. Atau, terbilang relatif cukup mahal bagi sebagian besar warga Pacitan. Termasuk saya tentunya.
Enam belas, belum ada toko buku sebesar Gramedia di Pacitan. Yang terakhir inilah yang sampai kini saya tunggu � tunggu kehadirannya karena sampai saat ini, jika ingin memiliki buku yang bagus, saya mesti ke Solo atau Jogja untuk mendapatkannya, baik saya pergi ke sana sendiri atau menitip ke teman yang sedang bepergian kesana.
Tujuh belas, ini yang terpenting. Meskipun Pacitan adalah daerah yang minus, Pacitan mempunyai putra daerah yang menjadi orang nomor satu di Indonesia. Siapa lagi kalau buka Susilo Bambang Yudhoyono.
Itulah beberapa hal mengenai Pacitan yang bisa saya tulis. Masih banyak yang bisa ditulis dari kota kecil yang terpencil ini. Setiap ada acara yang melibatkan teman � teman dari kota lain di Jawa Timur, umumnya mereka selalu berpandangan bahwa Pacitan adalah kota paling minus di segala sisinya. Mereka tidak sepenuhnya salah meskipun sebenarnya saya tidak suka jika dikatakan sebagai seseorang yang minus.

Post a Comment

Previous Post Next Post