Siang itu, di kantor guru.
Seorang teman guru perempuan berbicara dengan logat yang medok sekali. Logat seperti itu hanya diucapkan oleh mereka yang berasal dari desa yang sangat terpencil.
Serta merta seorang guru perempuan lain menyahut:
�Hey, mbok jangan medok begitu. Nanti kelihatan lho kalo ndeso�
Teman guru perempuan yang berlogat ndeso itu tersipu malu. Ia memang berasal dari desa yang sangat terpencil.
Namun, memangnya kenapa kalau ndeso?
Apakah ada masalah dengan logat ndeso itu?
Saya rasa, entah itu logat ndeso, logat kota atau logat Jerman, Amerika, tidak ada masalah. Bukankah dengan semakin banyak logat yang bersinggungan di masyarakat, semakin menunjukkan identitas budaya yang beragam?
Apakah logat ndeso itu rendah? Dan logat kota itu lebih tinggi derajatnya?
Apapun yang terjadi, saya tetap ndeso. Dan saya akan tetap mempertahankan ke-ndeso-an saya meskipun saya tengah berbicara dengan orang dari Jepang sekalipun.
Post a Comment