Delapan tahun lalu, saya sering keluar masuk satu � satunya warnet di kota saya. Saya harus mengeluarkan Rp. 12.000,- untuk bisa berselancar di dunia maya selama satu jam. Sangat � sangat mahal. Apalagi waktu itu yang ada baru Telkomnet Instant, aksesnya begitu lama. Saya ingat saat itu saya harus mengupah teman saya untuk mengajari saya browsing, chatting dan membuat e-mail di Yahoo!. Dua puluh lima ribu rupiah harus saya keluarkan. Ketika itu, internet belum dikenal luas. Orang � orang tertentu saja yang tahu. Karena itulah saya merasa bangga bisa mengenalnya sementara banyak yang belum.
Keadaan berubah sama sekali kini. Warung � warung internet bertebaran di mana � mana. Siapa yang ingin internetan cukup mengeluarkan Rp. 3.000,- saja. Akses lumayan cepat. Paling tidak jika dibandingkan delapan tahun lalu. Anak � anak TK pun kini banyak yang sudah mengenal dan memanfaatkan internet. Yang berumuran lebih tua, lebih keranjingan lagi.
Saya senang dengan perkembangan ini. Anak � anak kita akan menjadi lebih cerdas tentunya karena mereka bisa mengakses berbagai macam informasi dalam waktu yang relatif cepat. Bangsa yang maju adalah bangsa yang terdepan dalam teknologi. Jika anak � anak di desa seperti tempat tinggal saya sudah mengenal internet sejak usia sedemikian dini, berarti kita kini tengah berada di depan salah satu pintu teknologi. Di masa mendatang, mereka akan menjadi penguasa � penguasa teknologi. Itu persangkaan saya.
Anak � anak calon penguasa teknologi setiap hari berkunjung ke warnet. Jikalau banyak tersedia hotspot dan harga laptop terjangkau, pastilah mereka berbekal laptop kemana � mana sebagaimana mereka mengantongi telepon genggam.
Suatu saat, saya masuk ke sebuah warnet yang hampir penuh seluruhnya dengan anak � anak muda. Rupanya mereka teman. Mereka saling bicara meskipun berada di bilik yang berbeda. Ternyata mereka bermain game online. Seru sekali nampaknya.
Di saat lain saya tahu, bahwa anak � anak muda itu gemar sekali chatting. Betah hingga berjam � jam. Mereka juga mengakses Friendster. Memajang foto � foto mereka di sana.
Saya bertanya kepada penjaga beberapa warnet tentang pengunjung. Pengunjung rata � rata anak � anak usia SMP dan SMA. Chatting, mengakses Friendster, bermain game, mengakses YouTube, atau download lagu � lagu gratisan, itu yang dilakukan.
Saya ralat persangkaan saya di atas. Saya kira kita tidak akan menjadi penguasa teknologi karena chatting. Kita tentu tidak akan menjadi bangsa yang besar hanya karena foto anak � anak kita terpampang di Friendster. Ternyata, pemanfaatan kita atas internet hanya sebatas untuk senang � senang saja. Kita pengguna. Hanya pengguna.
Di sebuah kawasan di Jakarta Selatan, Suryo Nugroho dan teman � temannya mendirikan Rumahwarna, illustrations comics and design. Mereka menggambar komik pesanan penerbit komik di Amerika dan Kanada. Mereka melakukan transaksi melalui internet. Orang � orang seperti Suryo Nugroho bukan sebatas pengguna internet. Di tangan orang seperti inilah kita berharap kemajuan bangsa. Sayang, sepertinya jumlah mereka di negeri kita belum banyak.
Untuk membaca artikel terkait, silahkan klik, ngeblog di sini.
Saya senang dengan perkembangan ini. Anak � anak kita akan menjadi lebih cerdas tentunya karena mereka bisa mengakses berbagai macam informasi dalam waktu yang relatif cepat. Bangsa yang maju adalah bangsa yang terdepan dalam teknologi. Jika anak � anak di desa seperti tempat tinggal saya sudah mengenal internet sejak usia sedemikian dini, berarti kita kini tengah berada di depan salah satu pintu teknologi. Di masa mendatang, mereka akan menjadi penguasa � penguasa teknologi. Itu persangkaan saya.
Anak � anak calon penguasa teknologi setiap hari berkunjung ke warnet. Jikalau banyak tersedia hotspot dan harga laptop terjangkau, pastilah mereka berbekal laptop kemana � mana sebagaimana mereka mengantongi telepon genggam.
Suatu saat, saya masuk ke sebuah warnet yang hampir penuh seluruhnya dengan anak � anak muda. Rupanya mereka teman. Mereka saling bicara meskipun berada di bilik yang berbeda. Ternyata mereka bermain game online. Seru sekali nampaknya.
Di saat lain saya tahu, bahwa anak � anak muda itu gemar sekali chatting. Betah hingga berjam � jam. Mereka juga mengakses Friendster. Memajang foto � foto mereka di sana.
Saya bertanya kepada penjaga beberapa warnet tentang pengunjung. Pengunjung rata � rata anak � anak usia SMP dan SMA. Chatting, mengakses Friendster, bermain game, mengakses YouTube, atau download lagu � lagu gratisan, itu yang dilakukan.
Saya ralat persangkaan saya di atas. Saya kira kita tidak akan menjadi penguasa teknologi karena chatting. Kita tentu tidak akan menjadi bangsa yang besar hanya karena foto anak � anak kita terpampang di Friendster. Ternyata, pemanfaatan kita atas internet hanya sebatas untuk senang � senang saja. Kita pengguna. Hanya pengguna.
Di sebuah kawasan di Jakarta Selatan, Suryo Nugroho dan teman � temannya mendirikan Rumahwarna, illustrations comics and design. Mereka menggambar komik pesanan penerbit komik di Amerika dan Kanada. Mereka melakukan transaksi melalui internet. Orang � orang seperti Suryo Nugroho bukan sebatas pengguna internet. Di tangan orang seperti inilah kita berharap kemajuan bangsa. Sayang, sepertinya jumlah mereka di negeri kita belum banyak.
Untuk membaca artikel terkait, silahkan klik, ngeblog di sini.
Post a Comment