BUKU SEKOLAH MAHAL

Ade Irawan, Manajer Monitoring Pelayanan Publik Indonesia Corruption Watch (ICW), mengatakan bahwa dalam rentang antara tahun 2003 sampai tahun 2007 orang tua wali murid masih menanggung biaya sekolah anak � anak mereka sebesar 80 %. Peran Negara dalam membiayai pendidikan masih dirasa kurang bahkan cenderung memburuk ( KOMPAS, 15/07/08 ).
Pemerintah sebenarnya telah berusaha mengurangi biaya pendidikan dengan membeli dan menerbitkan 49 judul buku elektronik yang bisa langsung diunduh masyarakat dari internet. Namun dalam pelaksanaanya, nampaklah bahwa pengadaan e-book oleh pemerintah itu tidak serta merta memperbaiki kondisi. Akses internet belum sepenuhnya merata di seluruh wilayah Indonesia. Kalaupun ada warnet di daerah, kapasitas e-book yang besar ( kurang lebih 500 MB per buku ) membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengunduhnya. Dan terlebih lagi, ternyata, pengadaan e-book ini belum tersosialisasikan dengan baik. Banyak sekolah yang belum mengetahui adanya e-book yang bisa diunduh gratis dari internet.
Jika program e-book ini bisa terealisir dengan baik, tentu akan ada banyak uang orang tua yang bisa dihemat. Sayangnya, akses internet belum sepenuhnya tersebar rata. 49 buku yang sudah disediakan pemerintah pun seolah sia � sia karena belum bisa dimanfaatkan.
Maka sangat sulit untuk membantah pernyataan Ade Irawan di atas ketika masih banyak sekolah, pada tahun ajaran baru ini, yang memungut uang dari wali murid sebanyak ratusan ribu rupiah sampai satu juta rupiah untuk membeli buku pelajaran. Padahal di luar uang buku itu, wali murid masih harus membayar uang seragam dan juga uang gedung. Jika biaya � biaya itu dijumlahkan, tentu akan terkumpul nominal yang besar. Apalagi saat kondisi ekonomi yang semakin sulit akhir � akhir ini.
Kita prihatin dengan masih tingginya biaya pendidikan. Kita tidak membicarakan tentang pendidikan tinggi. Orang tua merasa sangat kerepotan melunasi biaya pendidikan anak � anak mereka yang masih duduk di Sekolah Menengah. Sangat disayangkan jika karena biaya yang masih juga tinggi itu, banyak dari anak � anak Indonesia yang tidak bisa melanjutkan ke Sekolah Menengah.
Mengingat masih sulitnya akses internet, terutama di daerah, saya rasa perlu bagi pemerintah untuk mengalihkan program unduhan e-book ke penyediaan buku cetak yang siap pakai. E-book yang sudah diunduh dari internet nantinya akan dicetak / difotokopi dan dijual kepada siswa, tentu dengan harga yang murah karena tidak dibebankan pada harga itu biaya hak cipta pengarang. Otomatis siswa cukup mengganti biaya cetak saja. Dan biaya cetak akan menjadi lebih murah jika mencetak jumlah yang banyak. Jika masih juga meminta biaya ganti cetak dari siswa, mengapa pemerintah tidak mencetak buku yang sudah dibeli hak ciptanya itu untuk kemudian didistribusikan kepada tiap siswa?
Mungkin yang menjadi pertimbangan pemerintah adalah biaya pendistribusian yang juga tidak kecil. Saya rasa, jika biaya pendistribusian juga dibebankan kepada para siswa melalui harga buku yang mereka beli, tetap akan lebih murah jika dibandingkan dengan buku cetakan penerbit.
Harga buku juga akan lebih bisa ditekan dengan cetakan buku yang sederhana. Toh yang terpenting adalah materi dari buku itu, bukan tampilannya. Selain itu, kita tidak perlu mencetak buku dari kertas HVS. Kita bisa mencetak buku � buku pelajaran itu dengan menggunakan kertas buram yang lebih murah. Saya rasa, yang sedemikian ini, sudah dapat menjawab persoalan.


Untuk membaca artikel terkait, silahkan klik BUKU GRATIS di sini.

Post a Comment

Previous Post Next Post