Latest News

Wednesday, June 18, 2008

Korban Ujian Nasional



Menteri Pendidikan Nasional, Bambang Sudibyo, tidak mempermasalahkan angka ketidaklulusan yang semakin meningkat tahun ini (KOMPAS,14/06/08). Menurut Bambang, angka ketidaklulusan tidaklah penting. Yang penting, menurutnya, adalah kejujuran dalam pelaksanaanya. Kenaikan angka ketidaklulusan menandakan bahwa ujian nasional telah dilaksanakan secara berakhlak dan berbudi pekerti. Dan ini baik.

Kejujuran, tidak dipungkiri lagi, merupakan perkara yang mutlak harus ada dalam pendidikan. Dalam dunia ilmu pengetahuan pun kejujuran adalah penentu bagi seorang ilmuwan untuk mendapatkan predikat ilmuwan yang baik. Sekali seorang ilmuwan ketahuan tidak jujur dalam berkarya, ia tidak lagi diperhitungkan, dan dikucilkan dalam dunia ilmu pengetahuan. Pastinya, kejujuran harus diusahakan sejak dini. Sejak masa-masa sekolah.
Mengapa kejujuran sedemikian pentingnya dalam dunia ilmu pengetahuan? Perubahan kearah yang lebih baik dari peradaban umat manusia selalu disebabkan oleh ilmu pengetahuan. Semakin berkembang ilmu pengetahuan, bisa dipastikan, kehidupan manusia akan beranjak ke jenjang yang lebih berkualitas. Karena itu, jika seorang ilmuwan misalnya, mendaku suatu harga orang lain sebagai hasil karyanya, kemudian hal seperti ini diikuti oleh orang lain, yang terjadi adalah kejumudan (stagnant) ilmu pengetahuan. Ini artinya, tidak akan ada perubahan peradaban manusia. Untuk itulah kejujuran dalam ilmu pengetahuan harus di pertahankan.
Maka, jika seorang pendidik atau keseluruhan pendidik sudah mulai berlaku curang dalam proses pendidikan, dalam proses mendewasakan anak didik melalui transfer ilmu pengetahuan, tentu menyedihkan kita semua. Guru dalam proses pendidikan adalah Ing Ngarso Sing Tuladha (yang didepan sebagai contoh). Jika guru sudah tidak lagi jujur, murid-muridnya akan menyeleweng.
Setiap guru yang masih memiliki nurani pasti berat hatinya untuk berbuat curang, berlaku tidak jujur. Setiap guru yang berdedikasi tentu akan mengalami pertentangan batin yang hebat saat melakukan kecurangan. Lalu, mengapa dari tahun ke tahun kita masih saja mendengar kecurangan itu?
Karena tidak lulus adalah beban mental sangat berat. Beban mental yang harus dipikul setiap siswa karena ketidak lulusannya akan sangat berpengaruh pada proses belajar yang seharusnya berlangsung seumur hidup. Rasa kasihan para guru terhadap anak didiknya itulah yang mendorong mereka untu berbuat curang. Mereka sadar akan dampak negatif yang akan terjadi karena kecurangan itu, tapi rasa kasihan tadi telah mengalahkan idealisme para guru. Terjadilah hal yang kita sesalkan bersama.
Sekarang benarkah angka ketidaklulusan itu tidak begitu penting?. Dengan bercanda kita katakan, angkanya memang tidak penting tapi para siswa yang membuat angka itu sangat penting.
Banyak dari anak-anak yang tidak lulus itu akan mengalami depresi berkepanjangan. Walaupun saya yakin, lingkungan sosial tidak akan menambah beban mental mereka dengan menyebut mereka sebagai anak-anak bodoh, akan tertanam dalam pikiran mereka bahwa mereka bukan anak yang pintar.
Apakah anda tahu akibatnya jika anak-anak itu sudah tidak begitu yakin dirinya sendiri? Ketidak yakinan itu akan menghambat potensi diri yang luar biasa dari tiap siswa. Tiap orang mempunyai potensi yang luar biasa. Jika kemudian potensi iti tidak muncul, bisa jadi hal itu disebabkan ketidaktahuan akan potensi hebat yang dimilikinya. Nah, jika kemudian potensi itu tidak dapat diekploitasi lebih lanjut karena ketidakyakinan diri, betapa ruginya kita.
Selain dari sisi itu, tentu kita tidak akan lupa tentang biaya yang harus dikeluarkan untuk membiayai sekolah. Sudah umum diketahui bahwa sekolah di negeri ini bukanlah sesuatu yang murah. Orang tua di sekeliling kita banyak yang bekerja keras untuk dapat menyekolahkan anak-anak mereka. Ikhlas orang tua itu membiayai sekolah anak-anak mereka disertai do�a agar anak-anak mereka bisa hidup lebih layak. Kehidupan yang lebih baik daripada kehidupan yang mereka jalani. Apakah anda pernah memikirkan tentang perasaan para orang tua seperti ini ketika mereka harus manghadapi kenyataan bahwa anak-anak mereka tidak lulus?
�Berapapun banyaknya anak-anak yang tidak lulus dalam ujian tidaklah penting. Yang terpenting adalah kejujuran dalam proses pelaksanaan ujian itu�. Saya rasa perkataan semacam ini terlalu ceroboh.
Untuk membaca artikel yang berkaitan dengan UJIAN NASIONAL silahkan anda klik
ujian nasional di sini.



No comments:

Post a Comment

Tags

Recent Post