Koran Jawa Pos yang saya baca tadi siang memang Jawa Pos terbitan minggu kemarin. Tapi karena saya baru membacanya tadi siang, jadilah koran itu koran yang baru. Baru saya baca maksudnya.
Jawa Pos minggu memiliki rubrik yang saya favoritkan, Wayang Durangpo yang ditulis oleh Sujiwo Tejo. Ada beberapa kata dari Wayang Durangpo Episode 86 yang berjudul Mbilung Chaiyya Lupa ke Limbuk itu, yang membuat saya tertawa terbahak di perpustakaan sekolah.
Kata - kata itu adalah:
Duh, bisa - bisanya Sujiwo Tejo merangkai sekian peristiwa berbeda menjadi cerita yang menggelitik seperti itu ya?! Ha ha ha ha ha.
Jawa Pos minggu memiliki rubrik yang saya favoritkan, Wayang Durangpo yang ditulis oleh Sujiwo Tejo. Ada beberapa kata dari Wayang Durangpo Episode 86 yang berjudul Mbilung Chaiyya Lupa ke Limbuk itu, yang membuat saya tertawa terbahak di perpustakaan sekolah.
Kata - kata itu adalah:
��Kamu tahu nggak, Mbilung,�� kata Pancadnyana. ��Di khatulistiwa ada negara yang disebut NKRI, yaitu Negara Karaoke Republik Indah-nian...
Mbilung, ya Sarahita, cuma tertunduk kelu. Seniornya sesama abdi, yaitu Togog alias Tejomantri, sudah mau bangkit membela, tetapi Patih Pancadnyana sudah telanjur menjatuhkan hukuman. Sanksinya, selain kurungan, dada Mbilung harus digedekan dengan silikon. Tujuannya, di penjara nanti dia ndak terlalu lincah lagi goyang-goyang. Lagi pula, kalau goyangnya terlalu menunduk, dengan dada sebesar bantal itu Mbilung akan gampang jatuh tersungkur.
Saat itu belum ada pengaman dari bahan karet atau lateks. Itu lho ��sarung mini�� yang menurut beberapa media massa kini banyak ditemukan di tong-tong sampah .........
Tetapi, malang kembali menimpa Limbuk. Ternyata, setelah 32 tahun pacaran, Limbuk baru tahu, eh cowoknya ternyata seorang perempuan.
Duh, bisa - bisanya Sujiwo Tejo merangkai sekian peristiwa berbeda menjadi cerita yang menggelitik seperti itu ya?! Ha ha ha ha ha.
Post a Comment