Mengapa harus meneliti?

Menilik dari kegiatan itu sendiri yang bertemakan penelitian, maka penelitian dalam artian yang sebenarnya adalah suatu hal yang sangat penting, terutama dengan status kita sebagai dosen. Dengan kata lain, penelitian merupakan salah satu sendi atau ruh dalam suatu institusi bernama perguruan tinggi. Dapat kita bayangkan jika tubuh tanpa ruh, maka dengan sendirinya tubuh kita akan mati.

Penelitian, dari kata dasar teliti dan meneliti sebagai kata kerjanya, diartikan sebagai proses penelitian yang dilandasi oleh pemikiran ilmiah (didasari konsep ilmiah, teori, ataupun paradigma ilmiah) untuk menemukan kebenaran ilmiah (menemukan konsep maupun teori baru) (Prof. DR. Daniel Saputra). Atau mungkin lebih sederhananya, penelitian merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk menemukan, mencari dan mengeksplorasi suatu fenomena secara ilmiah. Namun, yang pasti bahwa obejek penelitian apapun itu adalah menarik dan memang pantas untuk diteliti.

Setiap orang bisa saja meneliti. Namun tidak semua orang mampu meneliti dengan baik dan benar (valid and reliable). Bahkan, bagi seseorang yang telah memiliki pengalaman penelitian yang banyak masih sering mengalami kesalahan. Bisa dibayangkan bagi kita yang masih kurang atau bahkan tidak memiliki pengalaman penelitian sama sekali. Tentunya kesalahan-kesalahan dalam membuat kerangka berpikir ilmiah untuk ditorehkan dalam penelitian merupakan hal yang wajar.

Penelitian bukan sekedar menuliskan kalimat positif tentang apa yang menjadi masalah dan menarik untuk diteliti. Kemudian membuat kerangka teoritik yang banyak dan menjabarkannya dalam suatu metode tertentu. Namun lebih penting dari suatu penelitian adalah bagaimana kita mampu merangkai penelitian dalam suatu logika yang berkesinambungan, mulai dari perencanaan, pembahasan topik, penguasaan masalah hingga ketepatan dalam menentukan metode apa yang digunakan. Ini merupakan langkah awal untuk kemudian menjadikan penelitian kita nantinya mampu dipertanggungjawabkan dan bermanfaat.

Problematika besar yang dihadapi peneliti-peneliti muda kita saat ini adalah kesulitan dalam mengkerangkai logika penelitian dengan benar. Seringkali permasalahan yang diteliti, dikaji dengan teori dan metodologi yang tidak tepat. Belum lagi mengenai penguasaannya terhadap masalah yang hendak diteliti. Sehingga, yang timbul kemudian adalah kecenderungan untuk membuat rencana penelitian seadanya.

Kecenderungan ini ditambah lagi dengan dengan kurangnya ketertarikan pada bidang penelitian maka, praktis penelitian tidak menjadi prioritas. Padahal, bagi seorang akademisi, penelitian adalah fardhu áin (kewajiban yang harus dilakukan). Tanpa pernah melakukan penelitian, bukan hanya jenjang akademiknya yang tidak akan bergerak naik, namun dalam keadaan yang buruk, kompetensinya dalam dunia akademik bisa diragukan kompetensinya. Jika demikian, apakah seorang dosen layak dikatakan seorang dosen jika suatu fenomena yang menarik tidak membuatnya tertarik untuk mengkaji lebih lanjut.


Penelitian Sebagai Momentum Refleksi

Coba bayangkan anda sedang berdiri di depan cermin, maka anda akan melihat bayangan anda apa adanya. Penelitian sebetulnya merupakan sebuah momentum untuk mengetahui seberapa besarkah kompetensi kita dalam suatu displin ilmu tertentu dan seberapa besar penguasaaan kita pada ilmu tersebut. Dengan melakukan penelitian, maka kita akan tahu dimana letak kelebihan dan kekurangan kita.

Seorang peneliti yang sedang meneliti berarti dirinya sedang merefleksikan dan mengekspresikan keingintahuannya terhadap sesuatu. Timbul kepuasaan ketika seorang peneliti dapat menyelesaikan penelitiannya dengan baik. Terlebih penelitiannya tersebut dapat langsung bermanfaat bagi orang banyak. Selain itu, ketika sedang meneliti, berarti seorang peneliti sedang merefleksikan hasratnya dan segenap pengetahuan yang dimilikinya agar masalah yang ditelitinya dapat dterpecahkan.

Karena itu, seorang peneliti yang baik, cara berpikirnya selalu skeptis" artinya selalu menanyakan dan memikirkan bukti ilmiah yang ada, analitis" selalu berpikir runut dan sistematis serta terstruktur, dan kritis. Ketika ada fenomena dan menunjukkan terdapat permasalahan yang mesti dicari pemecahannya, maka seorang peneliti dituntut untuk mengembangkan logika berpikirnya secara holistik dan ilmiah.

Ketentuan lain yang mesti dimiliki oleh seorang peneliti adalah fokusnya terhadap pemecahan masalah. Artinya, seorang peneliti betul-betul menguasai apa yang menjadi permasalahan dan apa yang perlu untuk dilakukan guna mencari pemecahannya (kompeten). Selain itu, sifat yang perlu dimiliki oleh seorang peneliti adalah kejujurannya dalam mengungkapkan fakta-fakta yang ada dan dalam mengkaji masalah yang sedang ditelitinya.

Lebih jauh, seorang peneliti juga harus objektif dalam melaksanakan penelitian. Suatu kebenaran yang dicari dari sebuah penelitian akan didapat dari seberapa objektifkah kita dalam melakukan penelitian. Berpikir terbuka terhadap segala kemungkinan yang muncul dalam penelitian merupakan ketentuan lain yang mesti ada dalam diri peneliti. Dengan demikian, peneliti nantinya mampu menelaah dan memberikan penyelesaian jawaban terbaik.

Seorang peneliti juga adalah seorang pembelajar. Artinya, dirinya tidak hanya puas dengan pengetahuan yang dimiliki sehingga tidak ada keinginan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan. Dinamika penelitian selalu berkembang. Karena itu, seorang peneliti harus selalu belajar dan belajar agar pengetahuan dan komptensinya tetap terjaga.
 
SUMBER: UBB

Post a Comment

Previous Post Next Post