Nufransa Wira Sakti, seorang blogger di kompasiana.com, berulang kali mengundang temannya yang berkebangsaan Jepang untuk menjadi temannya di Facebook. Tapi teman � teman Jepangnya itu tak ada yang mengabulkan permintaannya. Kalaupun ada satu dua teman Jepangnya yang membuka akun di Facebook, itupun hanya sekedar membuat akun. Mereka menjadi anggota Facebook yang tidak aktif.
Ternyata, bukan hanya Nufransa Wira Sakti yang kecewa karena permintaan pertemanan di Facebooknya tidak ditanggapi oleh teman � teman Jepangnya. Pembuat situs pertemanan paling terkemuka ini, Mark Zuckerberg, juga kecewa. Meskipun sejak tahun 2008, Facebook telah dilengkapi dengan aplikasi bahasa Jepang, para netter (pengguna internet) Jepang tetap tidak begitu berminat dengannya.
Mengapa di saat kita keranjingan Facebook, penduduk dari Negara maju seperti Jepang malah enggan dengannya? Alasannya adalah orang Jepang tidak begitu suka jika privasi mereka diketahui oleh orang banyak. Dengan memiliki akun di Facebook, berarti anda harus rela membagi informasi � informasi pribadi anda. Karena hanya dengan membagi informasi pribadi itulah teman � teman kita dapat mengenali kita.
Awalnya, Mark Zuckerberg membuat Facebook untuk membantu para netter menemukan kembali teman � teman lama. Andaikan kita sudah tidak lagi terhubung dengan teman � teman lama kita, kita dapat saja terhubung kembali teman � teman kita itu melalui Facebook selama mereka juga membuka akun di Facebook. Menemukan kembali teman � teman lama dan bernostalgia dengan pengalaman kita di masa lampau merupakan kebahagiaan tersendiri. Inilah salah satu sebab mengapa Facebook memiliki lebih banyak peminat jika dibandingkan dengan situs pertemenan serupa.
Namun, semua Facebooker (sebutan untuk pengguna Facebook) entah mereka pernah kenal atau tidak dengan kita bebas meminta Facebooker lain untuk menjadi teman. Jika kita mengiyakan permintaan pertemanan ini, secara otomatis orang lain dapat mengetahui informasi pribadi kita. Jika teman baru kita di Facebook tidak memiliki niat jahat, tentu bukan persoalan yang besar jika mereka mengetahui informasi dasar tentang kita. Namun, bukan sesuatu yang mustahil jika orang yang berniat jahat berpura � pura menjadi teman lama kita dengan membuat akun di facebook menggunakan nama teman kita. Hal hal seperti inilah yang tidak diinginkan terjadi oleh orang Jepang. Mereka sangat protektif dengan privasi mereka.
Kita, kebalikannya. Bukannya menutup � nutupi hal � hal pribadi, kita malah mengumbarnya. Setelah sekian lama penulis memiliki akun di facebook, penulis sadar bahwa banyak dari teman � teman yang membiarkan privasi mereka dikonsumi oleh umum. Beberapa saat yang lalu, teman Facebook penulis bertengkar dengan pacarnya. Bukannya bertengkar secara sembunyi - sembunyi, mereka bertengkar dengan menuliskan kalimat � kalimat pertengkaran itu di wall (dinding) facebook mereka dalam bentuk berbalas komentar. Itu berarti semua teman saya di facebook, semua teman dari teman saya dan semua teman dari pacarnya teman saya memiliki akses terhadap informasi yang sebenarnya tabu jika diketahui oleh orang lain. Facebook telah mengikis rasa malu kita tanpa kita sadari.
Selain mengumbar privasi, banyak dari teman � teman penulis di facebook menuliskan informasi � informasi yang sebenarnya tidak penting di wall mereka. Jika anda seorang facebooker anda tentu sudah sangat akrab dengan kata � kata: �Saya sekarang makan di Restoran anu.� �Hhhhmmm, panas sekali hari ini�, atau �Yang, aku rindu kamu.� Coba anda bayangkan. Apa pentingnya menulis kata � kata itu dan membaginya dengan orang lain? Namun sayangnya, kalimat � kalimat tidak bermutu itu pun masih ada saja yang mengomentari.
Internet adalah sebuah wadah yang memerlukan kekuatan kita untuk memilih dengan benar. Mouse yang berada dalam genggaman kita memerlukan kesungguhan kita untuk memilih sesuatu yang berguna. Di dunia maya, kita bisa memilih kebaikan dan keburukan hanya dengan meng-klik. Begitu juga dengan facebook. Facebook bisa kita gunakan untuk berselingkuh, menculik, mencuri dan kejahatan � kejahatan lain. Namun facebook juga bisa kita gunakan untuk saling berbagi pengalaman, pengetahuan dan informasi.
Juan cole, seorang professor yang juga pakar tentang Timur Tengah menggunakan Facebook untuk menyampaikan informasi terbaru tentang peristiwa yang terjadi di Timur Tengah beserta pandangan � pandangannya sebagai seorang akademisi. Teman � temannya di facebook �tercerahkan� dengan tulisan � tulisan yang ia bagikan melalui dinding facebooknya.
Dengan meniru Juan Cole, seharusnya facebook bisa kita manfaatkan untuk sesuatu yang lebih berguna. Kalau anda tahu tentang sebuah situs yang berisi artikel � artikel bermutu dan mutakhir mengenai kanker payudara, mengapa anda tidak bagikan informasi ini kepada teman � teman anda di facebook? Kalau anda tahu sebuah situs di internet yang membahas tentang metode � metode pembelajaran paling mutakhir dan efektif, mengapa anda tidak bagikan kepada teman � teman anda? Berbagi informasi seperti ini tentu lebih bermanfaat jika dibandingkan dengan memberitahu mereka tentang apa yang anda lakukan pada saat itu atau memberitahukan bagaimana perasaan anda pada detik itu.
Facebook memiliki pengguna yang besar di Indonesia. Tapi memang masih jarang facebooker yang menggunakannya untuk sesuatu yang bermanfaat. Beberapa waktu lalu, penulis mencoba untuk mencari sebuah klub membaca di facebook. Penulis menemukan sebuah klub yang bernama Klub Penggila Buku. Namun sayang, jika dibandingkan dengan pengguna facebook yang besar, Klub Penggila Buku ini hanya memiliki 165 anggota saja. Padahal, sebuah klub serupa di luar negeri memiliki 7.261 anggota.
Jangan � jangan kita memiliki akun di facebook hanya karena ikut � ikutan. Jangan � jangan karena ikon kemoderenan saat ini diukur dari apakah kita memiliki akun facebook atau tidak maka kita pun ikut � ikutan membuat akun di facebook.
Post a Comment