Latest News

Saturday, January 16, 2010

MESTAKUNG: CATATAN UNTUK UJIAN NASIONAL MENDATANG


Ujian Nasional sudah di ambang pintu. Beberapa saat lalu terbitlah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 75 Tahun 2009 yang menginformasikan kepada kita semua bahwa jadwal Ujian Nasional yang biasanya dilaksanakan pada bulan April, dimajukan menjadi pada bulan Maret. Rincinya, untuk SMA dan yang sederajat Ujian Nasional dilaksanakan pada minggu ketiga bulan Maret 2010, sedang untuk SMP dan yang sederajat, Ujian Nasional akan dilaksanakan pada minggu keempat bulan Maret 2010.
Untuk beberapa kalangan, perubahan jadwal Ujian Nasional ini mengejutkan. Pasti banyak sekolah yang masih mengacu pada jadwal pelaksanaan Ujian Nasional yang lama yaitu bulan April. Perubahan mendadak ini tentu saja memaksa sekolah untuk merubah pola belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Yang lazim terjadi, siswa disiapkan agar bisa mencapai standar kelulusan Ujian Nasional dengan memberikan jam tambahan belajar mulai awal semester genap. Dengan dimajukannya jadwal, kemungkinan besar, tambahan jam belajar ini juga turut dimajukan pelaksanaannya.
Kita tidak perlu lagi memperdebatkan efektifitas Ujian Nasional dalam menggambarkan kualitas pendidikan Indonesia yang sesungguhnya. Karena kenyataannya, sampai saat ini Ujian Nasional masih juga dilaksanakan. Penulis rasa akan lebih baik jika kita berfokus pada usaha agar siswa kita dapat mencapai standar kelulusan Ujian Nasional. Alih � alih melakukan kecurangan dalam Ujian Nasional � sampai saat ini, media massa masih saja memberitakan kecurangan yang terjadi dalam Ujian Nasional yang dilakukan oleh peserta Ujian Nasional sendiri atau dilakukan oleh sekolah � nampaknya kita perlu menoleh pada MESTAKUNG.

APA ITU MESTAKUNG?
MESTAKUNG adalah istilah yang dikenalkan oleh Professor Yohanes Surya, Fisikawan Indonesia, berdasarkan pengalamannya selama memandu tim Olimpiade Fisika Indonesia sehingga menjadi Juara Dunia di tahun 2006.
MESTAKUNG merupakan kependekan dari seMESTA menduKUNG. Menurut Yohanes Surya, jika sebuah situasi kritis terjadi, �alam� akan bekerja bersama � sama untuk menghilangkan situasi kritis itu. Yohanes Surya tidak mengada � ada. Dia menyatakan pendapatnya itu berdasarkan fenomena � fenomena fisika yang ditemui dan dipelajarinya bertahun � tahun.
Salah satu fenomena Fisika yang dikemukakan oleh Yohanes Surya untuk menguatkan teori MESTAKUNG-nya adalah fenomena berikut ini:




Gambar di atas adalah gambar dari seseorang yang menjatuhkan pasir sedikit demi sedikit. Saat kita menjatuhkan pasir sedikit demi sedikit ke atas lantai misalnya, pasir � pasir yang kita jatuhkan itu akan bergulir dan berhenti di suatu titik atau ia akan mendorong pasir yang lebih dulu jatuh sehingga kemiringan �bukit� pasir itu tidak akan berubah. Fenomena ini seolah menunjukkan kepada kita bahwa tiap butir pasir memiliki peran sendiri � sendiri dalam sebuah �kelompok kerja� untuk menjaga agar �bukit� pasir itu terjaga kemiringannya!.
Fenomena menakjubkan ini dalam Fisika dikenal sebagai critical phenomena atau fenomena kritis. Dalam keadaan kritis, tiap individu (yang dalam fenomena di atas adalah butir pasir) berinteraksi dengan individu-individu lain. Lalu individu-individu ini secara bersama-sama mengatur dirinya sehingga lahirlah keadaan yang baru dan hilanglah kondisi kritis itu.
Yang lebih menakjubkan, ternyata fenomena seperti ini tidak hanya terjadi dalam fisika. Dalam biologi, sosial, ekonomi dan lain sebagainya, fenomena kritis ini juga sering terjadi. Pernahkan anda menonton di televisi tentang sekelompok ikan laut yang berenang bersama � sama? Mereka berenang kesana kemari secara serempak seolah mereka telah terlatih untuk melakukannya. Atau pernahkah anda melihat penonton dari sebuah konser musik yang secara serempak bertepuk tangan? Apakah mereka berlatih untuk melakukannya secara bersama � sama? Tentu tidak. Lalu apa yang menyebabkan sekelompok ikan itu berenang dan penonton konser musik bertepuk tangan secara serempak? Jawabnya adalah karena MESTAKUNG.

KONDISI KRITIS
Berdasarkan teori MESTAKUNG yang diciptakan oleh Yohanes Surya di atas, sebenarnya, Ujian Nasional yang akan segera kita hadapi ini bukanlah momok yang menakutkan. Ujian Nasional bukanlah sesosok hantu, yang untuk menghindarinya kita harus berbuat curang. MESTAKUNG memberikan kabar baik kepada kita bahwa seMESTA akan menduKUNG sehingga kita akan terlepas dari kondisi kritis (Ujian Nasional) dalam keadaan yang sebaik � baiknya.
Yang perlu kita lakukan adalah bagaimana agar MESTAKUNG terjadi pada kita. Menurut Yohanes Surya, agar MESTAKUNG terjadi pada kita, kita perlu melakukan tiga hal yang disebutnya sebagai KRILANGKUN.
KRILANGKUN adalah KRItis, LANGkah dan teKUN. Agar MESTAKUNG terjadi pada kita, kita harus menempatkan diri dalam kondisi kritis. Dengan jadwal Ujian Nasional yang dimajukan dan standar kelulusan yang telah ditetapkan, sebenarnya kita telah berada dalam kondisi yang kritis. Dengan kondisi yang sedemikian, mau tidak mau, guru harus menyiapkan siswa untuk mencapai standar kelulusan dengan sebaik � baiknya. Mau tidak mau, siswa harus menggenjot belajar mereka sehingga intensitasnya lebih sering. Dimajukannya jadwal Ujian Nasional, jika kita menginginkan MESTAKUNG terjadi, merupakan keuntungan bagi kita.

LANGKAH
Setelah kita menempatkan diri kita dalam kondisi kritis, hal kedua yang harus kita lakukan adalah kita harus melangkah. Harus disadari oleh para kepala sekolah, para guru dan siswa bahwa saat ini mereka berada dalam kondisi yang kritis. Mereka harus bersepakat bahwa untuk dapat lepas dari kondisi yang kritis itu diperlukan kerja keras. Guru bekerja keras untuk membimbing, dan siswa bekerja keras untuk belajar. Kesepakatan yang dibuat oleh kepala sekolah, guru dan siswa akan menguatkan mereka untuk tetap bertahan dalam upaya mencapai tujuan: lulus dengan nilai yang baik.

TEKUN
Ketiga, setelah kita melangkah agar dapat lepas dari kondisi kritis, kita harus tekun. Ada kisah nyata yang bisa menjadi contoh yang baik untuk menunjukkan pentingnya ketekunan. Masatoshi Koshiba, peraih nobel Fisika dari Jepang, mengatakan bahwa ketika SMA ia pernah dihina oleh gurunya sebagai siswa yang tidak akan mungkin dapat menguasai fisika. Hinaan ini menempatkan Koshiba pada kondisi kritis. Ia berusaha mati � matian untuk menunjukkan bahwa sebenarnya ia memiliki kemampuan dalam fisika. Dengan susah payah ia berhasil masuk Universitas Tokyo dan lulus dari departemen fisika meskipun dengan nilai terendah. Ia lalu melanjutkan ke Universitas Rochester di Amerika dengan surat rekomendasi dari dosennya yang berbunyi: �His results are not good, but he is not that stupid� (Nilai � nilainya memang tidak baik, tapi dia tidak sebegitu bodoh). Ketekunan kemudian menghantarkannya memperoleh gelar doktor dari Universitas Rochester dan memperoleh hadiah nobel beberapa tahun kemudian karena jasanya dalam membuktikan adanya neutrino. Kata �tekun� adalah kata yang lazim ditemui dalam biografi ilmuwan � ilmuwan besar dunia.

DARI KESULITAN MENJADI PELUANG
Sekali lagi, agar MESTAKUNG terjadi secara efektif, menempatkan dalam kondisi kritis, melangkah dan tekun, harus menjadi kesepakatan semua elemen sekolah. KRILANGKUN bukan hanya menjadi konsumsi kepala sekolah, guru atau siswa saja. Kesepakatan antara kepala sekolah, guru dan siswa untuk merangsang terjadinya MESTAKUNG akan membuat mereka bekerja seolah butir � butir pasir yang membentuk �bukit� pasir.
Untuk menutup tulisan ini, akan saya kutipkan kisah kemenangan Muhammad Ali sebagai contoh MESTAKUNG. Di tahun 1964, Muhammad Ali akan bertanding dengan Sonny Liston yang terkenal tangguh dan tak terkalahkan. Sebelum bertanding, Muhammad Ali mengunjungi semua tetangganya dan mengatakan bahwa dialah juara tinju sejati. Bukan Sonny Liston. Dengan melakukan ini, Ali menempatkan dirinya pada kondisi kritis. Karena dengan berbuat demikian ia harus berlatih keras untuk membuktikan perkataannya. Kalau ia kalah, tetangganya akan menjulukinya sebagai si mulut besar. Karena kerja kerasnya, dukungan dari banyak pihak mengalir yang menumbuhkan kepercayaan dirinya. Dan akhir cerita begitu mudah ditebak, Ali menang dari Sonny Liston di ronde ke 6.
Terakhir, kalau masih terdapat peluang untuk dapat mencapai standar kelulusan dengan cara yang baik mengapa harus melakukan kecurangan dalam Ujian Nasional? Kecurangan � kecurangan yang dilakukan dalam Ujian Nasional hanya akan mematikan KRILANGKUN dan mencegah terjadinya MESTAKUNG.

Tulisan ini banyak mengambil manfaat dari buku �MESTAKUNG� yang ditulis oleh Prof. Yohanes Surya, Phd.

No comments:

Post a Comment

Tags

Recent Post