Sertifikasi bagi guru adalah upaya untuk meningkatkan profesionalisme sekaligus kemakmuran guru. Kita semua untuk berharap itikad baik dari pemerintah ini benar � benar dapat mengangkat harkat dan martabat guru serta pendidikan di Indonesia.
Namun, suatu kebijakan tidak pernah lepas dari kekurangan. Maka dari itu suatu kebijakan yang digulirkan oleh pemerintah juga tidak pernah lepas dari kritik. Banyak dari praktik pelaksanaan sertifikasi guru yang dirasa kurang pas jika dilaksanakan saat ini meskipun dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
Baru - baru ini terkabarkan pernyataan dari Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) NTB, H. Hirjan, di Mataram, Senin, 7 September kemarin. Mirjan berkata: "Seharusnya penguasaan teknologi informasi ada dan menjadi satu persyaratan dalam program sertifikasi,"
Untuk sertifikasi, guru � guru senior yang mendapatkan urutan pertama. Maka, jika penguasaan atas teknologi informasi menjadi salah satu syarat di dalamnya, apakah ini bijak? Segala sesuatu memang bisa dilakukan asalkan ada kemauan. Tapi bagi para guru sepuh pada umumnya, menguasai teknologi informasi merupakan sesuatu yang sulit dan akan memakan banyak waktu. Nah, jika kemudian mereka tidak mampu menguasai teknologi informasi, apakah mereka tidak akan lolos sertifikasi?
Saya sendiri merasa heran dengan pandangan yang menganggap bahwa pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang menggunakan teknologi informasi. Saya heran dengan orang yang berpandangan bahwa pembelajaran yang berkualitas adalah pembelajaran yang menggunakan Microsoft Office Power Point. Dengan slide � slide yang menawan.
Menurut teman guru yang pernah bertandang ke Jepang untuk studi banding, guru � guru di Jepang tidak mengajar dengan menggunakan Power Point melainkan tetap menggunakan papan tulis dan kapur. Bandingkan dengan sekolah � sekolah kita yang menggunakan white board dan spidol yang mahal.
Saya khawatir jika kita masih saja terpukau dengan kulit tanpa dapat memahami esensi dari pembelajaran yang bermutu. Kita masih mementingkan gebyar, mengajar menggunakan spidol dan laptop, serta ruangan yang ber-AC, namun kompetensi guru dalam mengajar masih tetap saja pas � pasan.
Guru � guru kita dahulu tidak mengenal laptop ataupun ruangan ber-AC. Tapi banyak terlahir dari kelas � kelas mereka orang � orang besar dan cerdas yang berguna bagi sesama. Yang paling esensial dari pembelajaran yang berkualitas adalah keikhlasan dan kompetensi yang baik. Bukan laptop bukan AC.
Post a Comment