Latest News

Tuesday, September 29, 2009

HIKMAH SILATURROHIM


Guru saya dulu pernah bercerita. Begini, suatu saat beliau memerlukan tetangganya untuk suatu pembicaraan khas ibu � ibu. Alih � alih bertandang ke rumah tetangganya, beliau Cuma memencet nomor � nomor di tombol telepon rumahnya dan bercakap � cakap melalui pesawat telepon itu sampai berpuluh menit. Beliau menceritakan pengalamannya ini untuk memberi contoh tentang betapa pergaulan sosial kini semakin dibatasi dengan berkembangnya teknologi.
Saat itu, internet belum merajalela sebagaimana sekarang.
Sekarang, saat internet telah dirambah oleh banyak orang, bahkan anak � anak, silahkan anda bayangkan betapa pergaulan sosial semakin terpojok. Jarang kita temui orang saling bertandang untuk berbincang tentang keadaan mereka. Keasyikan pergaulan sosial kini diganti dengan pergaulan sosial dunia maya. Tiap � tiap orang tidak beranjak dari tempat tinggal atau kursi mereka untuk saling berbalas pesan atau sekedar mengucapkan salam. Facebook dan Twitter kini telah menggantikan pergaulan sosial secara fisik.
Apakah Facebook dan Twitter dapat menggantikan pergaulan sosial secara fisik? Nampaknya tidak, meski kelihatannya iya. Dengan berbahasa tulisan, orang bisa berpura � pura. Kepura � puraan tidak dapat dilakukan dalam pergaulan sosial secara fisik. Orang dengan sangat mudahnya mengetahui bahwa lawan bicaranya sedang berpura � pura. Lisan bisa saja berbohong, tapi gerak � gerik tidak.
Betapa banyak berita tentang orang yang tertipu berawal dari perkenalannya dengan seseorang yang tidak ia kenal sebelumnya melalui Yahoo Messenger atau facebook.
Jika pergaulan sosial secara fisik semakin menipis intensitasnya, kita bisa langsung membayangkan betapa banyak hal menakutkan yang akan terjadi. Saya tidak sedang ngawur. Marilah kita lihat contoh yang ditulis oleh Malcolm Gladwell di lembar � lembar awal dari bukunya: Outliers:
Di tahun 1950, penyakit jantung telah menjadi epidemi di Amerika Serikat. Tapi ajaib. Di Roseto, Pennsylvania sangat jarang ditemui orang berusia di bawah 65 tahun yang mengidap penyakit jantung. Padahal orang Roseto sendiri adalah konsumen lemak yang tinggi. 41 persen kalori yang mereka dapatkan, berasal dari lemak. Mereka jarang berolah raga, mereka perokok berat dan banyak yang mengalami masalah obesitas. Lalu bagaimana mereka bisa aman dari penyakit jantung? Jawabannya, karena mereka: ��..saling berkunjung antara satu dengan yang lain, berhenti untuk mengobrol dengan bahasa Italia di jalanan atau memasak untuk tetangganya di halaman belakang rumahnya�. (Outliers, halaman 8).
Temuan luar biasa dari sebuah aktifitas sosial yang sebenarnya telah disabdakan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam berabad lalu:
"Barangsiapa yang suka Allah besarkan rizkinya dan Allah panjangkan umurnya, maka hendaklah dia menyambung silaturrahim", kini semakin terkikis.
Yang lebih menyedihkan lagi adalah, bahkan di tempat � tempat yang awalnya dahulu merupakan tempat untuk saling bersosialisasi pun kini tidak lagi berfungsi seperti dulu lagi.
Di angkringan, yang dulu merupakan tempat untuk mengobrol sembari menikmati jajanan dan teh panas manis pun kini telah dilengkapi dengan hotspot. Pengunjung pun asyik dengan laptop mereka masing � masing. Tidak ada lagi obrolan ringan di angkringan.
Di halte � halte atau di bis � bis pun, orang sibuk memainkan telepon seluler mereka untuk meng-update facebook.
Apakah dengan semua ini kita perlu khawatir? Tidak. Bukan hanya khawatir. Kita semua harus takut!

No comments:

Post a Comment

Tags

Recent Post