Tidak dapat dipungkiri bahwa buku dan membacanya adalah salah satu pilar dari berbagai macam perubahan yang terjadi dalam kebudayaan manusia. Membaca buku adalah kebiasaan orang � orang yang ada di Negara � Negara moderen. Bahkan, banyak yang yakin bahwa orang � orang sukses yang pernah ada di dunia ini, sejak jaman dulu hingga sekarang dan masa depan, adalah orang � orang yang memiliki aktivitas membaca yang tidak sedikit.
Maka, bisa dikatakan bahwa jika sebuah Negara menginginkan kemajuan, ia mesti mengkondisikan rakyatnya sedemikian rupa hingga mereka terbiasa dan tergantung kepada kebiasaan membaca sebagaimana mereka tergantung kepada kebiasaan menggosok gigi.
Upaya Universitas Indonesia untuk membangun gedung perpustakaan terbesar di dunia perlu kita apresiasi. Budaya baca di Negara kita masih sangat � sangat memilukan. Kita masih berada dalam budaya menonton di saat Negara � Negara maju telah berasyik masyuk dengan budaya membaca. Kita masih sangat banyak menghabiskan sebagian besar dari waktu kita untuk menonton televisi daripada duduk atau tiduran sambil membaca buku. Membangun perpustakaan tentu didasari atas keinginan untuk mengetengahkan budaya baru, budaya membaca itu, mengakrabkan budaya baru itu untuk kemudian menciptakan ketergantungan terhadapnya.
Kemudian saya teringat kisah hidup dari ahli � ahli ilmu seperti Imam Syafi�i. Ketika Imam Syafi�i hidup di masanya, ilmu masih dianggap sebagai sesuatu paling berharga yang membuat orang � orang banyak untuk benar � benar menghargai mereka yang hidup sebagai tuan dari ilmu � ilmu yang mendalam. Imam Syafi�i terkenal sebagai orang memiliki kekuatan otak yang brilian. Namun kebrilianan itu tidaklah didapat secara Cuma � Cuma dan atau mudah. Sebagai seorang anak yatim yang miskin, beliau harus bersusah payah menghafal dan mencatat ilmu di berbagai benda selain kertas karena sebagai orang yang miskin, buku tidak begitu mudahnya bisa didapat.
Namun sejarah mencatat bahwa ketekunan dan keuletan Imam Syafi�i dalam menuntut ilmu berbuah manis.
Nah kembali ke upaya dari Universitas Indonesia untuk mendirikan perpustakaan yang besar, perlu kita dukung dan kita juga patut berbangga atas upaya ini. Namun, saat diberitakan bahwa perpustakaan yang akan dibangun ini nantinya merupakan perpustakaan terbesar dan terindah di dunia, kita perlu selalu waspada bahwa kemajuan dan kemakmuran tidak didapat dari simbol � simbol. Melainkan melalui usaha dan kerja keras tanpa henti.
Mudah � mudahan pendirian perpustakaan mewah ini tidak semata � mata melahirkan kebanggaan akan simbol melainkan benar � benar menetaskan hobi baru bagi kita semua, Warga Negara Indonesia.
Post a Comment