Seri Guru Profesional 1
Oleh Mudzakkir Hafidh
(Guru SDN Menanggal 601 Surabaya)
A..ha apaan tu�. Pembaca blog pendidikan yang berbahagia, begini ceritanya, pagi itu ketika saya dan guru yang lain berada di lapangan untuk apel apel pagi sebelum bel masuk sekolah, seperti biasa pada hari Rabu diawali dengan senam pagi 10 menit, kemudian dilanjutkan materi pembiasaan bahasa Jawa 10 menit dan di akhiri dengan do�a. nah.. pada saat setelah selesai berdo�a, ketika anak-anak siap masuk ke kelas masing �masing, tiba-tiba ada seorang guru di samping kanan saya memanggil tiga siswa kelas 5, siswa tersebut agak kaget ketika mendengar dirinya dipanggil. Sayapun menghampiri dan mendampingi si guru tersebut, ternyata si guru tersebut, Subhanallah, dengan lembutnya menasehati 3 siswa yang kebetulan semuanya laki-laki tersebut. Karena ada yang memakai gelang, yang satu memakai kalung dan yang lain rambutnya dimodel seperti anak pank.
Lalu saya berpikir, wah��..wah�kalau saja seluruh guru di Indonesia perhatiannya, ketelatenannya, dan kesabarannya seperti guru tersebut. Saya yakin 10 tahun lagi para generasi emas akan bermunculan di Indonesia ini, dan siap membangun bangsa dan negaranya.
Profesionalisme guru sekarang mengalami penciutan pemaknaan, banyak orang bilang profesionalisme guru itu berhubungan erat dengan kepandaian guru dalam membuat strategi pembelajaran, kepandaian guru dalam menggunakan IT yang ujung-ujungnya hanya pada 2 aspek saja yaitu aspek pedagogis dan aspek profesional, sementara aspek sosial dan kepribadian tidak dihiraukan. Beberapa guru sekarang banyak cuek atas perilaku murid-muridnya. Murid merokok di kantin sekolah, murid berpacaran di sekolah, murid berpakaian kurang rapi dan lainnya dibiarkan saja. Coba bayangkan�.ketika menemukan siswa yang memakai asesoris yang kurang tepat, dalam berpakaian kurang rapi misalnya anak laki-laki memakai kalung, gelang dan lainnya, pakaiannya dikeluarkan, kukunya dipanjangkan, rambutnya di warna-warni, dimodel pank dan lainnya. Kemudian para guru diam saja. Jadi apa anak tersebut kelak. Ingatkan! Pakaian dan model pergaulan mencerminkan prilaku.
Karena itu saya salut dan bangga mempunyai teman guru yang masih perhatian pada hal-hal yang terjadi pada siswanya, meskipun banyak guru bilang, �itu kan mode jaman sekarang�, ada lagi yang bilang, �mengapa harus dilarang-larang, biarkan mereka (siswa) mengekspresikan diri mereka�, kalau anak SD berperilaku, berpakaian dan bertingkah pola seperti itu, kemudian sang guru diam saja karena alasan itu adalah ekspresi, maka jangan salahkan anak tersebut ketika SMP tidak cukup berkalung dan bergelang, saya yakin dia sudah menambahi asesoris tubuhnya dengan tato dan tindik, yang putri tidak cukup rambutnya di beri satu warna, saya yakin ketika SMP atau SMA si anak tersebut sudah mewarnai rambutnya dengan aneka ragam warna.
Kita sering lihat siswa SMP/SMA berprilaku yang tidak sesuai dengan budaya bangsa dan norma agama, misalnya bergaul lawan jenis berdua-duan, berboncengan dengan mesra (tangan si perempuan merangkul sang lelaki), merokok di sembarang tempat, bahkan di sekolah, suka tawuran, dalam berpakaian kurang sopan, misalnya celana di sobek-sobek, baju sampai pusar dan lainnya. Saya yakin agama manapun tidak memperkenankan perilaku seperti itu, mengapa mereka seperti itu, ini jawabannya :
(1)Karena para guru kurang care dan perhatian pada mereka sejak dini,
(2) Mengatasnamakan kebebasan berekspresi, sehingga para guru tidak peduli pada hal-hal kecil yang menyimpang,
(3)Kurangnya jalinan komunikasi yang akrab dengan siswa dan orang tua siswa,
(4)Guru tidak menganggap mereka adalah anak mereka sendiri, mereka dianggap seperti buruh, kalau salah ya di marahi. Karena itu banyak siswa yang juga acuh dan tidak hormat pada gurunya. Karena seringnya di marahi. Heee..hee. kasihan kamu ya�
Mari kita berusaha sedini mungkin untuk memberi perhatian kepada para anak didik kita, mereka adalah generasi penerus kita, karena itu mari kita bombing dengan kesabaran dan telaten, agar kelak mereka lebih hebat dari kita, Amin. Bagaimana pendapat anda?
Post a Comment