Latest News

Monday, February 9, 2009

Mengukur Efektifitas Metode Suggestopedia dalam Pembelajaran Bahasa Inggris


Melihat banyaknya buku, artikel dan laporan penelitian tentang pengaruh musik klasik bagi optimalisasi kinerja otak dalam proses belajar, penulis merasa terdorong ingin membuktikan kebenaran atas berbagai penelitian tersebut. Dari beberapa literatur, penulis mendapatkan informasi bahwa Dr. Georgi Lozanov, dengan metode Suggestopedianya, boleh dikatakan sebagai pendidikyang memelopori penggunaan musik klasik dalam pembelajaran bahasa Inggris. Dari berbagai literatur pula, penulis medapatkan langkah-langkah dari penerapan metode Suggestopedia. Setelah informasi yang didapat dirasa cukup, penulis kemudian mencoba melakukan penelitian atas efektifitas metode suggestopedia itu dalam pembelajaran vocabulary bagi murid-murid SMP yang penulis ajar. Penulis membatasi penelitian hanya pada pembelajaran vocabulary karena untuk meneliti semua aspek dalam pelajaran bahasa Inggris tentu sangat berat. Disamping itu, pemilihan aspek vocabulary berangkat dari asumsi bahwa vocabulary adalah elemen dasar dan penting dari tiap pembelajaran bahasa apapun. Kosakata yang dipilih adalah kosakata yang berkaitan dengan ocupation (pekerjaan) sejumlah 70 kosakata.



Selintas Suggestopedia

Suggestopedia adalah suatu metode pembelajaran bahasa Inggris yang diciptakan oleh seorang pendidik dari Bulgaria yang bernama Georgi Lozanov. Lozanov percaya bahwa sesuatu yang ada di sekeliling kita bisa menjadi sugesti dalam proses pembelajaran, baik sugesti positif maupun sugesti negatif.

Tujuan dari metode Suggestopedia adalah untuk membebaskan pikiran siswa dari asumsi negatif yang sudah mapan (Lozanov, 1978, hal. 252). Banyak siswa yang terpengaruh asumsi negatif itu. Asumsi negatif yang dimaksud adalah perkataan-perkataan seperti �belajar itu membosankan,� �tata bahasa Inggris itu sulit� dan lain-lain. Asumsi seperti ini akan membatasi potensi manusia. Dengan mengganti asumsi negatif tersebut dengan asumsi yang positif. Kita bisa mengeksploitasi potensi manusia yang luar biasa untuk belajar.

Dalam metode Suggestopedia, ruang kelas juga diekploitasi dengan maksimal. Lingkungan dimana siswa belajar sangat penting. Menurut Walberg dan Greenberg (1997), kondisi kelas adalah penentu psikologis utama yang akan mempengaruhi proses pembelajaran akademis.

Yang unik, metode Suggestopedia menggunakan musik klasik dalam proses pembelajaran. Penggunaan musik klasik didasarkan atas hasil penelitian yang menyebutkan bahwa otak akan berada dalam kondisi terbaik untuk belajar ketika dia dalam kondisi Alpha. Musik klasik disebut-sebut sebagai musik yang dapat mengkondisikan otak ke kondisi Alpha (Webb,1990).



Langkah-Langkah Penelitian

Penulis menyelengggarakan penelitian ini dengan mengajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok yang diteliti adalah siswa-siswi penulis sendiri yang dipilih secara acak. Kelompok eksperimen yang berjumlah 15 diajar dengan metode Suggestopedia dan kelompok kontrol yang juga berjumlah 15 diajar dengan metode konvensional saja.

Penulis mengajar kelompok eksperimen terlebih dahulu selama lima hari. Hari pertama, para anggota kelompok diberi pre-tes. Hari kedua sampai hari ke empat mereka diajar dengan metode Suggestopedia dan hari kelima mereka diberi pos-tes. Kelompok kontrol juga mendapatka lima hari. Hari pertama mereka diberi pre-tes. Hari kedua sampai hari ke empat mereka diajar dengan metode Suggestopedia dan hari kelima mereka diberi pos-tes.

Secara rinci, proses pembelajaran yang dilakukan dengan dua metode tersebut adalah sebagai berikut:

A. Metode Suggestopedia

Metode Suggestopedia mempunyai beberapa langkah dalam proses pembelajarannya. Penulis mengikuti langkah-langkah itu sebagaimana berikut.

� Perkenalan

Ini adalah fase pertama dalam Suggestopedia. Penulis mengorganisir kelas yang tidak seperti biasanya. Para siswa didudukkan pada kursi yang ditata setengah lingkaran. Dinding kelas dipenuhi dengan gambar-gambar pemandangan yang bagus dan berukuran cukup besar. Gambar-gambar orang dengan profesinya masing-masing juga ditempel ditembok disertai dengan kosakatanya dalam bahasa Inggris yang ditulis dengan huruf warna-warni.

Tanaman-tanaman hias diletakkan di sudut-sudut ruang kelas. Musik lembut diputar. Pengaturan ruang seperti ini akan merubah persepsi para siswa bahwa �belajar itu berat� menjadi �belajar itu menyenangkan�. Kosakata yang digantung di dinding akan terekam otak bawah sadar para siswa. Hal ini akan sangat membantu tujuan pembelajaran.

Penulis juga meminta para siswa untuk mendengarkan komposisi klasik, dalam hal ini penulis memutar Canon in D karya Johan Pachelbel. Sambil mendengarkan musik, para siswa diminta untuk memejamkan mata dan mengatur hembusan nafas mereka agar sesuai dengan ketukan musik. Setelah musik selesai, mereka diminta untuk membayangkan bahwa mereka berada di negara yang menggunakan bahasa Inggris sebelum mereka membuka mata.

Dalam masa pembelajaran, para siswa diminta untuk memakai nama dan pekerjaan dalam bahasa Inggris. Bukan nama asli mereka. Dengan memilih identitas baru, Lozanov percaya bahwa hal ini akan melepaskan masalah-masalah yang dihadapi para siswa didunia nyata yang akan menggangu proses pembelajaran. (Hagiwara,1989)

� Sesi Konser

Dalam sesi ini, penulis membagi kertas-kertas yang berisi dialog. Disisi kiri dialog dalam bahasa Inggris dan disisi kanan dialog dalam bahasa Indonesia sebagai terjemahannya. Penulis membaca teks itu dihadapan murid-murid diiringi musik karya Beethoven yang berjudul Concerto for violin and orchestra in D major. Penulis membaca dialog yang dalam bahasa inggris sesuai irama musik. Seolah-olah apa yang dibaca penulis adalah salah satu instrumen dari musik. Dalam Suggestopedia, hal ini disebut sebagai konser Aktif.

Setelah sesi konser aktif, sekali lagi penulis meminta para siswa agar menutup mata dan mendengarkan saja teks yang dibaca oleh penulis diiringi oleh musik yang diciptakan Handel, Water Musik. Para siswa diminta untuk membayangkan saja isi dari apa yang dibaca. Saat ini, pembacaan teks dilakukan sebagaimana biasanya sebuah teks dibaca. Beda dengan yang dibaca pada saat konser aktif.

� Sesi Elaborasi

Dalam sesi ini, penulis meminta para siswa untuk memerankan dialog yang sudah dibaca. Lalu menggambarkan tiap adegan dalam dialog. Langkah-langkah ini akan mengingatkan para siswa akan hal-hal penting yang telah mereka pelajari.

� Sesi Akhir

Gambar-gambar yang telah dibuat oleh para siswa kemudian ditempel dan penulis membaca kembali teks sambil menunjuk gambar yang mewakilinya. Terakhir siswa diminta membuat dialog sendiri yang ada kaitannya dengan teks sebelumnya.

B. Metode konvensional

Kelompok kontrol yang diajari dengan metode konvensional melalui fase-fase berikut ini. Pertama, penulis membaca teks yang berkenaan dengan Ocupation dan siswa mendengarkannya. Kemudian penulis menerjemahkan kata per kata dan meminta para siswa untuk menulis kata-kata yang belum diketahui. Berikutnya, penulis mengajukan pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan teks. Dan terakhir, meminta para siswa untuk mengafal kata dalam teks yang belum mereka ketahui.

Hasil Penelitian

Setelah pos-tes, penulis betul-betul merasa heran dengan hasil yang didapat oleh kedua kelompok. Anggota kelompok eksperimen mendapat nilai 8 (dua siswa), 7 (tiga siswa), 6 (empat siswa), 5 (lima siswa), dan 4 (tiga siswa). Sedangkan anggota kelompok kontrol mendapatkan nilai 6 (tiga siswa), 5 (empat siswa), 4 (tiga siswa), 3 (empat siswa) dan 2 (satu siswa).

Kelompok Eksperimen tidak diminta untuk menghafal. Tapi secara rata-rata, mereka mendapat nilai yang baik. Sedangkan kelompok kontrol yang diminta untuk menghafal, malah mendapat nilai yang tidak bagus. Hal ini bisa jadi dikarenakan kelompok eksperimen belajar dalam kondis yang menyenangkan dan tanpa hambatan psikologis yang dapat mengganggu proses belajar. Sedang kelompok kontrol, bisa jadi menghafal dalam kondisi pikiran yang percaya bahwa menghafal itu sangat berat. Pemikiran yang akan menghambat potensi otak.

Tapi, nilai dari kelompok eksperimen yang bervariasi (8,7,6,5 dan 4) menunjuk bahwa metode Suggestopedia tidak efektif bagi tiap siswa. Dari hasil nilai yang variatif itu pula, penulis berkesimpulan bahwa bisa jadi bahwa siswa yang ada di kelompok eksperimen, mendapat nilai yang baik karena pembelajaran yang menyenangkan. Bukan karena semata-mata dampak dari musik klasik. Di lain saat, mungkin bisa kita adakan penelitian serupa tapi yang tanpa menggunakan musik klasik untuk membuktikan hal ini.

Tapi, penulis juga sadar bahwa bisa jadi variatif nilai yang didapat oleh siswa dikarenakan ketrampilan penulis yang masih minim dalam mengajar dengan menggunakan metode Suggestopedia. Hanya saja, setidaknya penelitian yang penulis kerjakan bisa menjadi bukti bahwa hasil belajar akan maksimal jika aktifitas pembelajaran dilaksanakan dalam kondisi yang menyenangkan.

No comments:

Post a Comment

Tags

Recent Post