PENDIDIKAN ALA NABI


Saya yang sering menulis artikel, untuk saya kirimkan ke media ataupun sebatas saya posting di blog saya, mendapatkan kritikan dari seorang rekan yang kebetulan sering membaca artikel � artikel itu. Dari seluruh artikel saya, �Mengapa engkau hanya mengutip pendapat � pendapat para ahli pendidikan dari barat?�, kata rekan tadi. Menurutnya, sebagai seorang muslim, mengapa saya malah tidak pernah mengutip praktik � praktik pendidikan yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad sholallohu �alaihi wa sallam?
Padahal, metode pendidikan yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad sholallohu �alaihi wa sallam terbukti telah berhasil. Sekian banyak shahabat sekaligus murid Rasululloh Muhammad sholallohu �alaihi wa sallam yang teguh bagai gunung dalam menjalankan ajaran � ajaran Nabinya bahkan setelah bertahun � tahun sang Nabi wafat. Bukankah ini merupakan bukti keberhasilan dari sebuah pendidikan?
Benar juga, pikir saya. Namun kemudian terlintas dalam pikiran saya tentang Nabi Muhammad sholallohu �alaihi wa sallam, tentu saja pendidikan yang dilakukan oleh Nabi berhasil. Karena Alloh subhanahu wa ta�ala membantu Nabi-Nya dalam mendidik umat. Namun, langsung rekan saya tadi menukas, �Tentu saja Alloh subhanahu wa ta�ala menolong Nabi � Nabi-Nya. Namun pernahkah engkau membaca hadits yang mengatakan bahwa di akhirat nanti semua Nabi akan datang bersama umatnya? Ada yang datang dengan umatnya yang banyak tapi ada juga yang datang dengan tanpa pengikut sama sekali? Bukankah Nabi Muhammad sholallohu �alaihi wa sallam merupakan seorang Nabi yang memiliki pengikut paling banyak? Lalu apa yang menyebabkan demikian? Tentu metode pendidikan yang dilakukan oleh Nabi. Bagaimana menurutmu?�
Saya goyah. Dan tak lama kemudian, saya pun mengiyakan pendapat teman saya itu. Esok harinya, dan hari � hari berikutnya, saya sibuk mencari � cari literatur yang berisi tentang metode pendidikan yang diterapkan oleh Nabi sholallohu �alaihi wa sallam. Namun saya sedikit kecewa karena literatur yang ada kebanyakan masih dalam bahasa Arab yang tidak saya pahami. Ada beberapa yang yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, namun jumlahnya sangat sedikit. Atau mungkin yang sedikit itu yang baru saya dapatkan.
Namun, dari sedikit literatur yang saya dapat itu, saya memperoleh dua hal yang menonjol dari metode pendidikan yang diterapkan oleh Nabi Muhammad sholallohu �alaihi wa sallam, yang bisa jadi tidak disinggung dalam metode � metode pendidikan moderen. Kedua hal itu adalah ikhlas dan mampu menjadi teladan dalam berbagai hal.
Ikhlas berarti kita tidak menginginkan imbalan dalam bentuk apapun dari manusia atas apa yang telah kita lakukan � dalam hal ini adalah mendidik siswa � siswi kita. Ketika kita ikhlas dalam mendidik, kita akan kukuh dalam menghadapi hambatan apapun yang mungkin timbul dalam proses pendidikan. Jika ikhlas telah mendarah daging, kita akan mengajar dengan sebaik � baiknya. Jika kita ikhlas, tentu media masa tidak akan lagi dihiasi berita tentang guru yang memukuli siswa � siswanya.
Apabila kita mampu menjadi teladan dalam berbagai hal, dengan sukarela siswa � siswi kita akan mengikuti kita entah dengan perintah ataupun tanpa perintah sekalipun. Kita telah membaca sebuah adagium yang berbunyi: �Siapa dirimu, terdengar nyaring di telingaku hingga aku tak mendengar apa yang engkau ucapkan�. Artinya, keteladanan itu penting dalam pendidikan. Percuma saja kita menyuruh siswa � siswi kita untuk belajar sedangkan kita sendiri tidak pernah mau menambah ilmu dengan cara terus belajar. Jangan sampai kita hanya lihai dalam berbicara saja tanpa bisa melaksanakan. JARKONI, iso ajar, ora iso nglakoni.
Untung rekan saya tadi mengkritik saya. Kritikan yang membuat saya sadar bahwa metode apapun yang kita terapkan dalam pembelajaran, dalam mendidik siswa � siswi kita, tidak akan berhasil sempurna tanpa dua hal yang diajarkan oleh seorang Nabi agung, keikhlasan dan keteladanan.

Post a Comment

Previous Post Next Post