Mencontoh Pola Pendidikan Nabi Ibrahim a.s

Hingga saat ini pendidikan masih sering mendapat sorotan dari berbagai pihak. Hal ini boleh jadi disebabkan kegamangan masyarakat melihat fenomena para pelajar yang justru sering muncul dalam berita2 kriminal, tindak kekerasan, keributan, tawuran sesamanya, narkoba bahkan sex bebas. Mengapa para pelajar seolah kehilangan jati diri sebagai orang terdidik, terpelajar yang seharusnya dapat memilih dan memilah dengan cerdas yang baik dan benar? Apa yang salah dalam pendidikan kita? gurukah, anak didikkah, kurikulum kah atau apa dan siapa?tidak bijak kiranya jika kita menuding satu pihak yang bersalah dan membenarkan pihak yang lain. Yang jelas kita tidak boleh menutup mata atas terjadinya dekadensi moral anak didik kita dewasa ini.
Terkait dengan makin merosotnya moral para pelajar, ada baiknya kita melihat dan belajar dari pola pendidikan Nabi Ibrahim a.s yang telah terbukti melahirkan generasi berpredikat nabi, yaitu Ismail a.s, bahkan kisah perjalanannya menjadi napak tilas pelaksanaan ibadah haji. Pola pendidikan yang dijalankan Nabi Ibrahim a.s dapat dijelaskan:
1. Visi Pendidikan : visi pendidikan Ibrahim adalah mencetak generasi saleh, yang hanya menyembah Allah SWT. Visi ini diterpakan dengan konsisten sehingga benar-benar menjadi pedoman jangka panjang yang mantap. Generasi yang saleh, taat menjalankan perintah Allah SWT akan mampu menjadi kuat, tangguh terhadap godaan duniawi yang cenderung menyesatkan.
2. Misi Pendidikan: mengantarkan anak-anaknya mengikuti ajaran Islam secara total (kaffah) Dengan menjalankan Islam secara total dimaksudkan untuk memproteksi diri dari kontaminasi budaya, sifat, dan prilaku buruk, serta dapat berlaku santun penuh cinta kasih pada sesama, karena Islam dalah rahmatan lil alamin.
3. Muatan Pendidikan: muatan pendidikan yang diajarkan Ibrahim sudah lengkap, terdiri dari tilawah untuk pencerdasan intelektual, tazkiyah untuk penguatan spiritual, taklim untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan hikmah sebagai panduan operasional dalam amal kebajikan.
4. Lingkungan Pendidikan; bersih dari virus aqidah dan akhlak. Agar anak berhasil dalam menempuh pendidikan memang selayaknya dijauhkan dari lingkungan yang buruk, karena lingkungan mempunyai andil besar dalam pembentukan sikap dan prilaku anak.
Menilik empat unsur dalam pola pendidikan Nabi Ibrahim bukan berarti kita sama sekali tidak mengerti atau tidak peduli, namun masalah pendidikan memang sangat komplek. Namun kompleksitas masalah pendidikan itu tidak boleh membuat kita tutup mata. Kemerosotan moral anak-anak menjadi tanggung jawab semua elemen masyarakat untuk menghentikannya.
Kiranya tidak salah bila usaha tersebut dimulai dari tiap keluarga, dengan menciptakan susana yang kondusif bagi berkembangnya nilai-nilai agama, kasih sayang, tanggung jawab, kerja keras dan disiplin pada seluruh anggota keluarga. Orang tua harus mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya.
Masyarakat hendaknya juga mengambil peran aktif, peduli terhadap kondisi pendidikan dengan ikut menciptakan dan menjaga  efektifitas norma-norma yang berlaku sehingga mampu menetralisir efek buruk yang berkembang dilingkungannya.
Para pendidik (guru) dalam menjalankan tugas hendaknya bukan sekedar transfer ilmu, tetapi benar-benar mampu menjadi orang yang bisa digugu dan ditiru oleh anak didiknya. Guru adalah teladan bagi siswanya. Untuk itu diperlukan guru profesional, yang bukan semata-mata mengajar, tetapi juga mendidik, membimbing dan memberi contoh bagi anak didiknya. Sekolah hendaknya bukan sekedar tempat untuk belajar secara verbal, tempat hafalan berbagai teori, tetapi yang lebih penting justru menjadi  tempat belajar memperdalam nilai-nilai luhur dan pembentukan kepribadian. Sekolah hendaknya mampu mendidik para siswa taat terhadap ajaran agamanya, memiliki kepribadian luhur, menjunjung tinggi nilai kasih sayang, disiplin dan tekun.


Post a Comment

أحدث أقدم