Kecurangan masih saja terjadi dalam Ujian Nasional 2009. Pemerintah yang masih saja bersikukuh mengadakan Ujian Nasional seakan menutup mata dari kecurangan � kecurangan yang terjadi itu. Meskipun guru yang melakukan kecurangan dalam Ujian Nasional itu diancam dengan berbagai sanksi, termasuk dengan memecatnya, seperti yang akan diterapkan oleh Panitia Ujian Nasional Dinas Pendidikan Jawa Tengah. Namun kecurangan � kecurangan masih saja kerap terjadi. Berita � berita yang dimuat di berbagai media tentang kecurangan yang terungkap bisa jadi hanya merupakan puncak gunung es.
Dulu sekolah tidak ingin dicap sebagai institusi pendidikan yang gagal saat banyak siswa � siswinya yang tidak lulus. Saat ini sekolah tidak hanya dihantui stigma itu saja. Ancaman pemindahtugasan atas kepala sekolah yang siswanya banyak yang tidak lulus bisa dikatakan juga merupakan pemicu terjadinya kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Nasional.
Berbagai macam cara dilakukan untuk melakukan kecurangan. Mulai dari cara yang manual sampai cara yang melibatkan piranti teknologi seperti HP. Kemungkinan kelulusan siswa memang telah bisa diprediksikan. Namun perlu untuk dipahami semua pihak, baik sekolah, guru, masyarakat, orang tua dan murid sendiri bahwa kecurangan � kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Nasional akan memberikan andil dalam meruntuhkan mental bangsa kita.
Budaya instan akan merebak dan menghilangkan budaya bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu. Bayangkan jika generasi penerus bangsa itu telah diajari kecurangan sejak dini, apa yang akan terjadi di masa ketika mereka memegang tampuk kepemimpinan? Keruntuhan bangsa kita yang besar sudah dapat kita perkirakan.
Secara jangka pendek, kecurangan yang dilakukan dalam Ujian Nasional akan merendahkan martabat sekolah dan guru. Betapa tidak. Siswa yang mendapatkan jawaban dari soal Ujian Nasional, pasti akan membocorkan perkara itu kepada orang lain yang akhirnya sampailah berita kepada adik kelas mereka yang masih duduk di kelas di bawahnya. Apa yang kemudian dilakukan oleh adik kelas ini? Mereka akan ogah � ogahan belajar. Mereka tahu bahwa lulus atau tidak lulusnya mereka merupakan urusan sekolah. Kelulusan mereka merupakan kepentingan sekolah. Maka untuk apa belajar rajin � rajin? Untuk apa patuh kepada guru? Toh belajar keras atau tidak, patuh kepada guru atau tidak, tetap saja mereka akan lulus dengan nilai yang baik!
Ujian Nasional yang telah dilaksanakan saat ini benar � benar harus dievaluasi. Jangan dengan dalih meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, yang terjadi malah sebaliknya, semakin bobroknya mutu pendidikan Indonesia.
إرسال تعليق