SEUSAI membaca berita di koran pagi itu, tentang seorang guru di Gorontalo yang menampar murid � muridnya, seorang guru berkata: �Sungguh berat beban seorang guru. Jika siswa tidak lulus, yang disalahkan gurunya. Jika mereka terlibat tawuran, yang disalahkan gurunya. Namun, jika guru dilecehkan oleh murid � muridnya, mereka harus selalu bersabar. Tidak bersabar, bahkan bila sampai menangani murid � muridnya, mereka akan dituduh telah melanggar HAM.�
Bel masuk berbunyi. Saya dan teman guru yang lainnya masuk ke kelas untuk mulai mengajar. Di tengah � tengah mengajar, saya mencandai para siswa itu: �Jika kamu nakal, hal pertama yang akan saya lakukan adalah menampar kamu�. Dengan tertawa murid � murid saya menjawab: �Jika bapak menampar kami, hal pertama yang akan kami lakukan adalah melaporkan bapak ke polisi karena bapak telah melanggar HAM�. Kami lalu tertawa bersama.
Bel istirahat berbunyi. Tanpa saya duga, seorang guru wanita melaporkan kenakalan anak � anak di kelasnya yang sudah kelewat batas. Ketika ibu guru itu marah � marah, dengan mengejek, anak � anak itu berkata bahwa mereka akan melaporkan sang ibu guru jika sampai memukul mereka.
Seorang guru senior, kemudian angkat bicara. �Itulah. Guru sekarang tidak lebih bermartabat daripada guru di masa lampau. Guru � guru saya dulu, tidak segan memukul siswa dengan penggaris jika murid � muridnya melakukan kesalahan. Itupun masih disertai dengan omelan yang menyakitkan hati. Tapi, banyak dari murid � murid itu yang kemudian menjadi orang � orang yang sukses. Saat ini, anak � anak kita dimanjakan dengan perlakuan istimewa. Tapi kemampuan akademis anak � anak sekarang tidak lebih baik daripada siswa � siswa lulusan sekolah jaman dulu. Celakanya, selalu guru yang disalahkan�.
Entah mana yang benar. Tapi keluhan beberapa guru di atas tidak bisa disalahkan begitu saja.
إرسال تعليق