Mempelajari tata bahasa (grammar) bahasa Inggris, bagi kebanyakan siswa kita adalah sesuatu yang membosankan. Maka, tidak heran jika tata bahasa mereka masih banyak yang salah meskipun bahasa ini telah mereka pelajari selama bertahun � tahun. Perasaan bosan yang dialami oleh siswa � siswi kita tidak terlepas dari cara pengajaran yang digunakan oleh guru. Banyak guru yang mengeluh tentang bagaimana mengajarkan tata bahasa secara menyenangkan sekaligus efektif. Karena, pembelajaran yang menyenangkan tidak serta merta membuat pembelajaran itu efektif bagi siswa.
Sudah jamak diketahui bahwa pembelajaran yang efektif itu adalah pembelajaran yang menyenangkan. Jika siswa tidak �fun� dalam pembelajaran, bisa dipastikan sedikit yang akan mereka peroleh. Namun banyak guru yang kemudian terjebak dalam kata �menyenangkan� itu sendiri sehingga target yang harus dicapai dalam pembelajaran tidak tercapai. Banyak yang menyangka bahwa proses pembelajaran yang mereka lakukan berhasil ketika semua siswa terlibat dan banyak tertawa. Tidak mengantuk dan pasif di kelas. Namun, ketika mereka mengadakan evaluasi, barulah mereka sadar bahwa proses pembelajaran yang mereka lakukan tidak berdampak secara signifikan terhadap keberhasilan siswa.
Selain itu, harus diketahui oleh para guru bahwa pembelajaran akan menjadi lebih efektif ketika �budaya populer� dilibatkan didalamnya. Menurut Timothy Morrison, Gregory Bryan, and George Chilcoat (2002), melibatkan �budaya populer� dalam proses pembelajaran akan menjembatani kehidupan di luar dan di dalam sekolah dari seorang siswa. Inilah yang akan membuat pembelajaran menjadi lebih efektif.
Di abad ini, internet merupakan salah satu dari budaya populer. Internet sudah merambah pedesaan. Termasuk desa di mana penulis tinggal. Warnet � warnet semakin banyak bermunculan dan tarif per jam untuk menyewa internet lumayan terjangkau oleh kebanyakan siswa. Melihat banyaknya siswa yang mulai memanfaatkan internet, terbetik dalam benak penulis untuk membuat internet lebih berguna bagi keberhasilan pembelajaran.
Gayung bersambut ketika sampai sebuah informasi kepada penulis tentang mesin pencari (search engine) terkenal, Google, yang secara resmi mengumumkan peluncuran situs penerjemahan bahasa Indonesia dan 34 bahasa lainnya. Penulis lalu mencoba mesin penerjemah yang beralamatkan di http://translate.google.co.id itu. Setelah mencoba, penulis tahu bahwa mesin penerjemah yang diluncurkan oleh Google itu belumlah sempurna. Namun, karena ketidaksempurnaan itulah, Google Translate bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran yang menyenangkan.
Setelah mengidentifikasi Simple Present Tense bersama para siswa, penulis menyuruh untuk menerjemahkan teks berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan Google Translate kepada para siswa secara kelompok. Menggunakan Google Translate, teks berikut: �Ahmad is a junior high school student. He goes to SMP 2 Kebonagung, Pacitan. He goes to school by bus everyday. Ahmad has a hobby. It is reading books. He always visits library everyday. Ahmad is a polite boy. He always respects his parents and teachers.� diterjemahkan oleh Google menjadi: �Ahmad adalah siswa SMP dan MTs. Ia pergi ke SMP 2 Kebonagung, Pacitan. Ia pergi ke sekolah dengan bis setiap hari. Ahmad memiliki hobi. Ini adalah membaca buku. Dia selalu kunjungan perpustakaan sehari � hari. Ahmad sopan adalah anak laki � laki. Dia selalu menghormati orang tua dan guru.�
Hasil penerjemahan yang belum sempurna itu kemudian dibawa ke kelas dan didiskusikan. Lalu, masing � masing kelompok menyampaikan kekurangan dan kesalahan dari penerjemahan dan menyampaikan bagaimana penerjemahan yang seharusnya berdasarkan tata bahasa Inggris yang benar.
Penulis melihat, dengan cara ini, tiap siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran dan mereka bisa memahami pelajaran dengan lebih baik.
إرسال تعليق