Ketika Budaya Baca Terlindas Internet



Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 101 Masehi oleh Tsai Lun seorang warga berkebangsaan Cina, peran kertas terus mengalami perkembangan. Sebagai sebuah media ringan dan mudah dipindah serta didistribusikan, kertas telah banyak dipakai terutama dalam dunia percetakan, pendidikan dan perkantoran. Dalam dunia percetakan, kertas dapat diubah menjadi sebuah buku, surat kabar, majalah, brosur serta kedalam berbagai bentuk lain yang mengandung sebuah nilai informasi. Jadi, kalau kita berbicara tentang kertas, maka sudah pasti tidak akan jauh dari kegiatan membaca dan menulis.

Membaca merupakan sebuah sikap positif yang bisa dilakukan oleh siapa saja, dimanapun dan kapanpun. Secara tidak langsung, membaca dapat mengajarkan kita bagaimana berkomunikasi dengan sang penulis, walaupun dengan konsep dan tempat yang berbeda. Membaca juga dapat memberikan rasa tenang dan mampu menciptakan fikiran yang positif pada diri orang yang suka membaca.
Membaca sendiri merupakan kegiatan yang bisa dibina dan dikembangkan, hingga seseorang akan merasa terikat dan termotivasi untuk membaca, serta membuat orang yang rajin membaca menjadi kecanduan dan akan sulit sekali untuk melepaskan diri dari kegiatan membaca.

Dunia Online
Internet merupakan salah satu media yang begitu akrab dikalangan masyarakat perkotaan, tetapi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah pedesaan juga tak ingin ketinggalan, mereka mulai aktif belajar bagaimana menguasai teknologi informasi (dunia online) yang dapat memberikan mereka jutaan informasi yang dikemas ke dalam sebuah perangkat teknologi. Teknologi digital merupakan salah satu bagian dari kemajuan dunia internet. Teknologi ini sendiri sudah dipakai hampir semua kalangan individu dan lembaga baik swasta dan pemerintah. Kemajuan teknologi digital ibarat arus sungai yang mengalir deras, dan sulit sekali untuk dibendung.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak sekali bermunculan bahan bacaan seperti halnya surat kabar, majalah dan tabloid yang disajikan dalam bentuk digital (e-paper). Konsep yang ditawarkan sama seperti kita membaca surat kabar atau majalah biasa, baik dari cara membaca berita dan bentuk surat kabar yang sudah diperkecil dari ukuran versi cetaknya, yang menarik adalah kita dapat membolak balik halaman sama seperti kalau membaca surat kabar seutuhnya, tinggal klik saja dengan satu setuhan ujung jari, maka berita halaman berikutnya sudah bisa kita baca.

Mungkin tidak semua orang bisa memanfaatkan fasilitas ini, karena membaca sebuah surat kabar dalam bentuk e-paper membutuhkan perangkat pendukung seperti komputer, laptop, gadget dan bisa juga menggunakan ponsel (hp) yang dilengkapi dengan akses internet.

Demikian juga dengan beberapa penerbit dan percetakan, yang mulai mempublikasikan hasil terbitannya melalui media internet dalam bentuk digital. Isi dan tampilan juga sama seperti buku yang dibuat dalam bentuk cetakan. Dan untuk membaca buku versi digital juga dibutuhkan perangkat pembantu seperti halnya komputer.

Kemudahan yang diberikan dalam bentuk digital telah banyak memberikan pengaruh dalam perkembangan dunia cetak dewasa ini. Bentuk digital dirasa lebih mudah dan fleksibel untuk dibawa kemana-mana seperti buku yang telah di input kedalam versi digital. Kalau dalam bentuk cetakan (hard cover) jumlah buku yang sanggup untuk dibawa kedalam tas paling banyak lima judul, itu juga tergantung tingkat ketebalannya. Tetapi kalau dalam bentuk digital, kita bisa membawa lebih banyak lagi tergantung dari kesanggupan memori yang dipakai untuk menyimpan koleksi digital dalam perangkat pendukung.

Tingkat penggunaan media internet di dunia pada tahun 2011 telah mencapai dua miliar pengguna. Hal itu diungkap badan telekomunikasi PBB, Hamadoun Toure. Pertumbuhan online tercepat beberapa tahun terakhir terjadi di dua negara. Di Arab, perkiraan jumlah pengguna internet mencapai 88 juta, dua kali lipat dibandingkan lima tahun lalu. Pertumbuhan di bekas Uni Soviet Commonwealth of Independent States bahkan lebih cepat, 127 juta orang menggunakan internet disana tahun lalu, yang pada 2007 hanya 51 juta.

Sungguh angka yang sangat besar. Tingkat membaca surat kabar dalam bentuk digital juga meningkat tajam. Ini semua terjadi karena berita yang disajikan cenderung baru dan lebih menarik karena ditambah dengan gambar bergerak, mudah didapat, praktis dan dapat disimpan.

Perkembangan teknologi informasi akan terus terjadi, kita tidak akan pernah tahu besok atau lusa penemuan apalagi yang akan mengguncang dunia, terutama dalam bidang pemanfaatan teknologi informasi. Kehadiran berbagai bahan informasi dalam bentuk digital (online) tentu harus berjalan searah dengan kemajuan industri percetakan dalam bentuk tercetak.

Bagaimanapun, bahan bacaan dalam bentuk cetakan (kertas) mampu memberikan warna tersendiri terhadap tingkat membaca masyarakat seperti halnya buku dan surat kabar. Orang yang sudah terbiasa membaca buku dalam bentuk cetakan akan sulit beralih ke versi digital. Kenyamanan merupakan faktor utama yang diprioritaskan oleh semua individu ketika mulai membaca, tidak semua individu sanggup berlama-lama membaca buku dalam versi digital.

Semoga saja, kehadiran beragam bahan bacaan dalam bentuk digital, tidak menggilas kebiasaan membaca dalam bentuk tercetak (kertas) yang sudah lama hadir dan menyatu dengan hati masyarakat kita. ***




Post a Comment

أحدث أقدم