Sulitnya Meningkatkan Mutu Pendidikan

Kemajuan suatu bangsa diyakini berawal dari bidang pendidikan, karena dengan pendidikan manusia belajar menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai alat dan sarana mencapai kemajuan. Menyadari akan hal itu, sudah selayaknya pendidikan mendapat perhatian utama semua pihak; orang tua, masyarakat, tenaga kependidikan dan pemerintah, agar dari waktu ke waktu mutunya makin meningkat.
Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan, namun hasilnya masih jauh dari harapan. Nah pada kesempatan ini saya akan mengetengahkan tulisan sederhana tentang berbagai faktor yang menghambat tercapainya peningkatan mutu peserta didik.
Mutu pendidikan konkritnya mutu hasil belajar peserta didik yang memadai agaknya masih menjadi sesuatu yang sulit dicapai, yang disebabkan beberapa hal; faktor siswa, guru, sarana dan prasana serta faktor politik.

1. Siswa.

Peserta didik merupakan objek dan subjek dalam pendidikan, sasaran akhir dalam peningkatan mutu pada dasarnya adalah prestasi hasil belajar siswa. Motivasi belajar yang rendah, teknik belajar yang salah, kurangnya perhatian orang tua dan bimbingan guru yang minim dapat mengakibatkan kegagalan siswa dalam mencapai standar nilai (mutu) yang ditetapkan. Siswa sekarang umumnya lebih termotivasi pada hiburan dan tayangan TV swasta.

2. Guru

Guru merupakan ujung tombak pendidikan, karena itu tiap masalah pendidikan selalu dikaitkan dengan guru. Demikian pula upaya meningkatkan mutu pendidikan jelas tidak terlepas dari profesionalisme guru. Namun menyalahkan guru saja atas maslah masih rendahnya mutu pendidikan tentu bukan hal yang bijak, karena masalah pendidikan sebenarnya multidimensi.
Usaha pemerintah melaksanakan sertifikasi guru untuk meningkatkan profesionalisme dan penghasilan guru disambut antusias. Apakah antusiame guru mengikuti sertifikasi memang ingin menjadi guru profesional ataukah karena ingin meningkatkan penghasilan semata? Hasil penelitian Prof.Dr. Baedhowi, MSi yang disampaikan pada pengukuhan guru besar Manajemen SDM FKIP UNS menunjukkan bahwa motivasi guru mengikuti sertifikasi yang paling menonjol adalah motivasi finansial. Karena itu dengan adanya sertifikasi guru tidak dengan serta merta meningkatkan mutu pendidikan.
Dewasa ini masih banyak guru yang tetap menggunakan gaya lama dalam pembelajaran, enggan menggunakan inovasi pembelajaran, enggan mengenal teknologi sehingga "gaptek" gagap teknologi dan tertinggal dari siswanya. Para siswa sudah dapat membuat email, facebookan, browsing internet, mengenal berbagai istilah internet, bapak- ibu gurunya malah tidak mengerti. Bagaimana guru bisa membimbing siswanya untuk maju kalau gurunya justru ketinggalan zaman.

3.Pemerintah

Pemerintah merupakan pemegang regulasi baik di tingkat pusat maupun di daerah. Ketepatan aturan dan kebijakan pemerintah bidang pendidikan sangat berpengaruh pada keberhasilan pencapaian mutu pendidikan. Program "sekolah gratis" yang dicanangkan dan di promosikan besar2an beberapa waktu lalu yang dipahami masyarakat sebagai sekolah dengan biaya nol rupiah, oleh para pelaksana pendidikan dirasakan justru menghambat upaya peningkatan mutu pendidikan. Dengan logika sederhana yang bermutu tentu akan lebih mahal dibandingkan yang murah apalagi gratis. Di era otonomi daerah dewasa ini persoalan peningkatan mutu kadang-kadang juga berhadapan dengan kepentingan politik sesaat yang sulit dihindari pihak-pihak terkait.

4. Sarana dan Prasarana

Umumnya sekolah-sekolah di daerah masih minnim sarana dan prasarana baik pokok maupun penunjang. Di sinilah dirasakan adanya kejanggalan antara sarana dan prasana yang serba kurang di satu sisi, dengan keinginan mencapai mutu yang baik dan sekolah yang gratis di sisi lain. Mungkinkah??? Padahal pemerintah belum mapu membiayai 100% anggaran belanja sekolah. Alhasil sekolah berjalan apa adanya, yang penting jalan, soal mutu nanti dulu.

5. Peran Orang Tua dan Masyarakat

Peran orang tua dan masyarakat dalam mengiring pendidikan sangat penting dan karenanya perlu terus ditingkatkan. Parennya dapat berupa pendukung, penyumbang dana (donatur) maupun kontrol sosial. Dengan begitu ada kerja sama dan tanggung jawab bersama atas kemajuan sekolah khususnya dan pendidikan pada umumnya.

Post a Comment

أحدث أقدم