Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tinggal menghitung hari. Tapi polemik yang menyangkut dirinya tak berhenti bergulir. Kabar terbaru mengatakan Mendiknas tetap melaksanakan UN meski ada dua fraksi (FPKS dan FPDIP) yang menolak dalam rapat dengar pendapat di DPR. Hal ini membuat sebagian masyarakat terutama para aktivis pendidikan semakin 'sebal' dengan pemerintah yang seakan tak mendengar suara rakyat dan mematuhi putusan MA.
Bagi saya pribadi yang juga adalah siswa kelas 3 dan nanti akan mengikuti UN, beban tetaplah terasa. Stress pun terkadang menyertai hari-hari saya. Tapi ada hal yang sebenarnya lebih 'mengusik hati'. Bukan tentang saya, tapi tentang kita, siswa tingkat akhir SMP dan SMA Indonesia.
Pertama adalah ketika siswa-siswa SMA ramai-ramai ikut demonstrasi. Bukan demonstrasinya yang salah. Tapi efek psikologisnya bagi siswa tersebut. Mereka jadi sibuk memperjuangkan pembatalan UN dan melupakan tugas utamanya untuk belajar. Jika UN dibatalkan, jika tidak? Entah bagaimana efeknya bagi siswa tersebut.
Kedua adalah ketika UN dijadikan fokus pemberitaan di berbagai media. Saya bingung, mengapa akhir-akhir ini fokus pemberitaan media selalu saja bertemakan 'polemik'. Entah itu masalah politik, ekonomi, hukum, bahkan pendidikan. Pembertiaan di media seakan menunjukkan Indonesia kini hanyalah kekacuaan. Mungkin jika disampaikan secara proporsional tak jadi masalah. Tapi menurut saya justru ketidakberimbanganlah yang sering tercitrakan. Mudah-mudah saja berbagai polemik tak membuat harapan kita hilang untuk membangun masa depan.
UN sebagai salah satu polemik 'ramai' yang menyentuh langsung kita (siswa tingkat akhir SMP dan SMA), mungkin mendapat porsi lebih di dalam hati dan pikiran kita. Berbagai pertanyaan seputar UN terus berkutat di ranah hati, pikiran, bahkan percakapan kita. Bahkan bisa dibilang kita pun was-was menanti-nanti, kira-kira apa nih keputusan terbaru dari pemerintah? Tapi yang bahaya adalah ketika porsi itu mampu mengalahkan hal-hal lain yang lebih substansial, seperti ajaran-ajaran moral, berbagai keterampilan hidup, dan wawasan yang mendunia. Karena pendidikan tak hanya UN. Lebih dari itu!
Mau tak mau polemik UN memang akan tetap mendapat porsi dalam hati dan pikiran kita. Tapi kita harus menjaganya. Jangan sampai polemik itu mengalahkan porsi di hati dan pikiran kita untuk merencanakan masa depan dan terus bermanfaat bagi masyarakat. Masih banyak yang lebih penting!
إرسال تعليق