Temanku pernah berseloroh: �Tiap kali aku membeli sesuatu di took anu, dan jika uang yang kugunakan untuk membayar masih bersisa sedikit, penunggu toko pasti memberikan aku beberapa buah permen sebagai pengembaliannya. Permen itu tentu saya terima sebagai kembalian. Tapi tak pernah permen � permen itu aku makan. Semua kusimpan dalam kotak di kamar tidurku.�
�Mengapa?� tanyaku.
�Coba dengarkan dulu. Jika seharusnya saya mendapatkan uang tiga ratus rupiah sebagai uang pengembalian, namun penjaga toko memberikan tiga permen sebagai ganti dari uang tiga ratus rupiah itu, maka, jika saya berhasil mengumpulkan tiga ratus permen, saya dapat menukarkan permen itu ke toko untuk mendapatkan uang sebesar tiga puluh ribu rupiah. Lumayan kan?�Tentu teman saya hanya bercanda. Tapi, betapa kita semua sering mengalami hal ini: uang kembalian yang seharusnya kita terima ditukar dengan permen.
Bahkan, di tempat saya, uang kembalian itu kadang ditukar dengan amplop! Mengapa?
Tak ada uang kecil katanya.
Tapi jika Departemen Perdagangan melarang praktek penukaran uang pengembalian dengan permen, masihkah kita mendapatkan permen sebagai �uang kembalian�?
Sumber Gambar: Kompas
إرسال تعليق