Pada hari terakhir sekolah, sebanyak 275 siswa SMAN 28 Jakarta khusyuk berdoa bersama di masjid sekolah, Kamis (16/4) siang. Doa bersama menghadapi ujian nasional itu dipimpin seorang ustaz yang dipanggil khusus.
Ustaz mendoakan dan membekali siswa supaya tenang dan mantap menghadapi ujian nasional (UN).
Suasana haru melingkupi masjid saat murid dan guru bersalaman. Terlihat sejumlah siswa tak kuasa menahan tangis saat meminta maaf sekaligus minta doa dan restu dari guru agar bisa lolos dari �lubang jarum� bernama UN yang akan diselenggarakan pada 20-24 April ini.
Di Surabaya, sekitar 800 siswa SMA Dr Soetomo berdoa bersama dan melakukan shalat hajat di Masjid Sunan Ampel Surabaya dengan diimami KH Baidlowi Muri.
�Kami berharap, lewat kegiatan ini pelajar lebih tenang dan tidak tertekan menghadapi UN,� kata Ali Irianto, Wakil Kepala SMA Dr Soetomo.
Para siswa pun merasakan manfaat dari kegiatan ini. �Awalnya saya takut tidak lulus. Setelah berdoa, sekarang hati rasanya lebih tenang dan mantap menghadapi ujian,� kata Nita Widyaningrum, siswa SMA Dr Soetomo.
Kecemasan terhadap UN juga dirasakan pelajar SMA St Maria Surabaya. Karena itu, sekolah tersebut mengajak siswa dan orangtua mengikuti pelatihan spiritual emotional freedom technique (SEFT).
Lewat SEFT, pelajar dan orangtua diajak lebih siap mental menghadapi UN. Selain itu, pelatihan tersebut juga untuk memotivasi pelajar agar yakin saat mengikuti UN.
�Sebagian pelajar punya ketakutan tersendiri menjelang UN. Ketakutan seperti ini tidak bisa diselesaikan dengan menambah pengayaan materi,� kata Kepala SMA St Maria Suster Agatha Linda.
Di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, sekitar 9.950 siswa tingkat SD hingga SMA dan sederajat, Rabu lalu, melakukan ikrar kejujuran dalam penyelenggaraan UN. Mereka mewakili 50.129 peserta UN tingkat SD hingga SMA dan sederajat.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro Zainuddin mengatakan, ikrar itu merupakan bentuk komitmen semua pihak untuk mengikuti dan menyelenggarakan UN secara jujur.
Di Pontianak, Kalimantan Barat, Pemerintah Kota Pontianak akan menggelar doa bersama siswa SLTA yang akan mengikuti UN. �Hal ini dimaksudkan untuk mempersiapkan mental spiritual siswa menghadapi UN,� kata Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Pontianak Musa.
Doa bersama bagi siswa Muslim dipusatkan di tiga masjid. Wali Kota Pontianak Sutarmidji akan memimpin doa di Masjid Mujahiddin. Wakil Wali Kota Pontianak Paryadi akan memimpin doa di Masjid Al Israq. Adapun Sekretaris Daerah Pontianak Toni Herianto akan memimpin doa di Masjid Jami Keraton.
Sementara itu, doa bersama siswa Kristen akan dipusatkan di SMU St Fransiskus Asisi dan SMU St Petrus.
�Persiapan akademik dan try out sudah dilakukan jauh-jauh hari. Kami dan siswa tinggal berdoa bersama agar siswa diberi kekuatan mental dalam menghadapi ujian nasional,� kata Musa.
Dalam dua hari terakhir, Wali Kota Pontianak juga mengunjungi sejumlah sekolah untuk melihat langsung persiapan menjelang UN dan memberikan dukungan moral bagi siswa yang akan menghadapi UN. Wali Kota berjanji, setiap sekolah yang bisa meluluskan siswanya 100 persen akan diberikan penghargaan.
�Siswa yang lulus dengan nilai rata-rata di atas 9 juga akan diberi beasiswa di perguruan tinggi selama dua semester,� kata Musa.
Selain melakukan kegiatan yang bersifat psikologis dan spiritual, sejumlah sekolah jauh-jauh hari juga sudah mengadakan pelatihan soal. Bahkan, beberapa sekolah mengundang lembaga bimbingan belajar untuk melakukan pelatihan khusus.
Ujian nasional yang semestinya dihadapi dengan nyaman kini dihadapi dengan kecemasan, nervous, dan kekhawatiran oleh siswa, guru, kepala sekolah, bahkan kepala daerah. Maklum, ketidaklulusan siswa akan berpengaruh pada citra dan reputasi sekolah dan pemerintah kota atau kabupaten.
Lucia RM Royanto, psikolog pendidikan dari Universitas Indonesia, mengatakan, sekolah memang harus membantu siswa agar siap menghadapi UN. �Namun jangan berlebihan. Ujian seharusnya diperlakukan sebagai bagian dari belajar sehingga tidak diforsir pada ujungnya saja,� kata Lucia.
Menurut dia, bukan tidak baik menggelar doa bersama di sekolah atau oleh pejabat. �Tetapi, itu kok kesannya jadi semakin membuat siswa tegang menghadapi UN. Seharusnya pada minggu-minggu terakhir justru siswa dibuat rileks secara mental dan percaya diri untuk menghadapi ujian,� ungkap Lucia.
Harusnya ujian nasional dijalani secara alami sebagai bagian dari proses pendidikan, bukan membuat nervous banyak kalangan.
Sumber : Kompas.com
إرسال تعليق