ARTIKEL PENDIDIKAN INDONESIA � Peribahasa di atas sangat � sangat terkenal. Saya bisa pastikan bahwa banyak siswa � siswa kita yang tahu makna dari peribahasa itu. Mengetahui makna dari peribahasa itu, saya menjadi berpikir tentang betapa cerdas orang yang telah merumuskan peribahasa itu. Marilah kita analogikan tong yang kosong, yang sedang terguling � guling dan mengeluarkan bunyi yang sangat nyaring dengan sesuatu yang lain.
Sesuatu yang lain itu adalah binatang seperti ular. Suatu saat saya mampir ke sebuah masjid untuk menunaikan shalat pada sekitar jam sebelas malam. Saya mengambil wudhu di tempat wudhunya yang gelap. Dalam kegelapan, samar � samar saya lihat warna hitam putih berselang � seling melingkar di dekat kaki saya. Ketika saya lihat lebih cermat, nyatalah bahwa ia adalah seekor ular weling yang terkenal sangat berbisa. Ular berbisa mematikan itu diam di dekat kaki saya tanpa ada rasa takut sedikitpun.
Saya juga beberapa kali menemukan seekor ular besar yang menjulur � julurkan lidahnya lalu melarikan diri dengan cepat saat berpapasan denganku. Ular itu Nampak sekali terburu � buru. Beda dengan ulang weling yang anteng.
Mengapa ular weling bisa sedemikian tenang? Karena ia memiliki bisa yang beracun. Sedang, mengapa ular yang besar itu menjulur � julurkan lidahnya dan lari tunggang langgang? Karena ia tak berbisa mematikan.
Ternyata perilaku ular yang sedemikian ini juga ada di manusia. Manusia dengan ilmu yang mumpuni, akan tampak sangat santun dalam tiap tindak tanduknya. Sedang orang yang memiliki ilmu hanya seberapa saja, petentang � petenteng, berlaku seolah orang paling hebat sedunia.
Seharusnya, tiap orang sibuk dengan menempa diri mereka masing � masing.
إرسال تعليق