Latest News

Friday, April 30, 2010

Kesan Pertama


Dalam Sex and The City, seseorang menyukai Miranda Hobbes ketika mereka sedang berada di fitness. Mereka pun berpacaran. Namun, karena menyadari bahwa sang pria menyukainya, menjadi over acting. Akhir yang menderita, sang pria kehilangan rasa sukanya kepadanya.
Masih ingat dengan iklan minyak wangi yang memiliki tag line Kesan pertama begitu menggoda?
Kesan pertama begitu menggoda? Sayangnya karakter saya belum matang. Begitu seringnya saya berubah � ubah. Orang mungkin menyukai saya di awal perjumpaan tapi kemudian mereka berubah menjadi muak dengan saya karena ternyata saya tidak seperti yang pertama kali mereka temui.
Bagaimana agar kesan pertama, kedua dan seterusnya tetap menggoda? Karakter.

Thursday, April 29, 2010

Prediksi Lawan Prasangka


Prediksi: Pernyataan berdasarkan temuan dan fakta - fakta bahwa sesuatu akan terjadi.

Prasangka: Ketidaksukaan atau ketidakpercayaan kepada seseorang, kelompok, adat dan lain - lain, yang disebabkan ketakutan atau informasi yang salah bukan berdasarkan alasan atau pengalaman dan yang mempengaruhi perlakuan orang terhadap mereka.



Maka siapa yang pantas melakukan prasangka?
Prasangka memiliki kata lain yang juga sering digunakan: Purbasangka.
Purba sama dengan Prasejarah. Maka, hanya mereka yang primitif yang puas dengan persangkaan

Tuesday, April 27, 2010

3 Contoh Budi Pekerti


Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya bahwa pendidikan budi pekerti kini tengah didengungkan kembali. Semakin banyak masyarakat yang sadar dan tergerak untuk kembali pada karakter asli bangsa ini. Setelah membahas tentang implementasi dari pendidikan budi pekerti, kini saya ingin membahas contoh-contohnya. Dengan harapan, akan semakin banyak masyarakatnya yang sadar dan tergerakkan olehnya.

Contoh-contoh ini sering kita lihat sehari-hari. Bahkan kita pun mungkin pernah melakukannya. Entah disengaja atau karena tuntutan keadaan. Yang jelas, contoh-contoh ini adalah refleksi dari kehidupan kita.

Lalu... Apa sajakah contoh-contoh itu?

1. Terima kasih dan Sama-sama
Coba anda pikir, berapa jumlah orang yang telah membantu anda hari ini? Orang tua anda, abang angkot, petugas kebersihan, guru, teman, penjual makanan, tukang asongan, pengamen, dll. Banyak bukan? Lalu... Berapa terima kasih yang telah anda ucapkan? Saya rasa hanya sekian persen dari keseluruhan. Padahal ucapan terima kasih yang disertai senyum tulus adalah balas jasa terindah dan 'lebih berasa' dibandingkan uang dan materi lainnya.

Selain itu, kata terima kasih itu punya pasangan, ialah sama-sama. Jika kita sering ingin membalas orang yang berbuat jahat, mengapa kita tak membalas orang yang berbuat baik? Jangan sampai kata terimakasih yang telah orang lain ucapkan menguap begitu saja. Ikatlah kata itu di hati anda dengan sebuah balasan: sama-sama.

2. Maaf
Manusia adalah tempatnya salah. Karena itu, mengapa kita tak meminta maaf? Padahal kita disuruh untuk melupakan setiap kebaikan yang telah kita lakukan dan mengingat betul setiap kesalahan yang telah kita lakukakan. Tapi mengapa? justru kebalikannya adalah fakta yang ada.

Selain itu, saya juga sering melihat sebagian orang yang meminta maaf tanpa mengetahui kesalahan yang telah perbuat. seperti saat lebaran contohnya. Apakah ini akan berarti? Tidak! Kata maaf yang terlontar dari seorang yang tidak tahu apa kesalahannya hanyalah: hiasan bibir.

3. Meminta Izin
Pernahkan anda mendapat permintaan izin dari komputer untuk menjalankan sesuatu? Lihat! Komputer saja meminta izin. Mengapa kita tidak? Padahal izin adalah pintu masuk menuju kesepahaman bersama. Ya itulah yang harus kita lakukan untuk menghindari kesalahpahaman. Meminta izin juga bisa memupuk kepercayaan dan menghindari kecurigaan sosial.

Budi pekerti adalah sebuah bentuk penghargaan dan penghormatan kita terhadap orang lain. Bentuk dari kepercayaan adanya rasa saling membutuhkan dan dibutuhkan. Bentuk dari rasa syukur terhadap Allah SWT yang telah menciptakan dunia beserta isinya.

Budi pekerti sebagai sebuah karakter bangsa Indonesia mengajarkan kita untuk senantiasa berperilaku dengan hati dan perasaan. Berkesesuaian dengan perintah Tuhan. Jelas... Di sini kecerdasan emosi, spiritual, dan sosial saling bersinergi dalam karakter setiap diri, bangsa Indonesia.

Salam Kreatif - Kritis,
Pratama

Monday, April 26, 2010

Manusia itu Kerdil


Ini dia tuhannya pengedar narkoba di Mexico:



Kenalkan, namanya adalah La Santa Muerte atau Sang Dewi Kematian.
Konon, Tuhan ini mampu menyelamatkan orang - orang Mexico yang hidup terus menerus dalam ketegangan.

Meskipun belum diakui negara sebagai agama, pemuja tuhan ini sangat banyak.

Dengan membaca riwayat si tuhan ini, saya teringat perbincangan D.N Aidit dengan seseorang ketika mereka berada dalam pesawat terbang.
"Tuan Aidit, jika pesawat ini jatuh, siapa yang akan tuan mintai tolong?"
"Tuhan" jawab Aidit.

Bertuhan adalah fitrah. Bukti dari kekerdilan manusia.

Sunday, April 25, 2010

Implementasi Pendidikan Budi Pekerti di Indonesia


Pendidikan budi pekerti belakangan ini nampaknya kembali didengungkan. Melihat realitas masyarakat yang semakin minim etika akibat tergerus oleh arus westernisasi. Bahkan saya pun melihat di rencana strategis kemendiknas 2009-2014, hal ini sudah tercantum. Tapi mengapa, sebagai siswa saya belum melihat implementasinya di akar rumput atau setidaknya di tingkat menengah. Apakah benar, bangsa ini hanya bisa merencanakan tapi sulit merealisasikan?

Daripada memikirkan tentang hal itu, saya memilih untuk lebih fokus pada solusi. Bagaimana implementasi dari pendidikan budi pekerti itu? Apakah dibuat pelajaran khusus? Di masukkan dalam ekstrakulikuler? Atau yang lain?

Berdasarkan dari pengalaman saya, pelajaran yang berorientasi pada perilaku nampaknya sedikit kurang berhasil. Karena memang di sekolah, khususnya sekolah formal, pelajaran lebih ditekankan pada hal yang teoritis. Seperti pelajaran akhlak pada agama Islam, yaa begitu-begitu saja. Guru membahasnya di kelas, tapi toh siswa-siswanya tetap saja melakukan hal yang berlawan dari itu.

Menurut saya, pelajaran yang berorientasi pada perilaku haruslah masuk pada tatanan perilaku pula. Sehingga akan lebih tepat jika pelajaran budi pekerti masuk dalam setiap pelajaran yang diajarkan dan tercermin dari perilaku guru sebagai tauladan. Selain itu, seruan-seruan etika juga bisa lebih masif jika dipromosikan oleh setiap guru mata pelajaran.

Jadi, pelajaran budi pekerti tidak hanya dibebankan pada beberapa guru, tetapi semua guru adalah pengajar budi pekerti. Mereka bertutur dengan santun, memberi nasihat dengan bijak, mengajar dengan kasih sayang, dll. Selain itu, guru harus mulai meninggalkan gengsi feodalistik yang memberi jarak antara mereka dan siswa. Mereka harus berusaha untuk menjadi 'kakak' yang demokratis bagi siswa tapi tetap tegas terhadap prinsip.

Dalam tatanan siswa, implementasi dari pendidikan budi pekerti adalah proaktif mencari pemahaman tentang budi pekerti, menimbang setiap nasihat, dan meyakini budi pekerti sebagai sebuah prinsip dan karakteri diri.

Indonesia adalah bangsa yang mengedepankan budi pekerti dan etika. Mari memperbaiki keadaan yang sekarang ini dengan terus beraksi dan berkreasi, demi perubahan yang lebih baik.

Salam Kreatif - Kritis,
Pratama

Saturday, April 24, 2010

Menulis dengan Hati


Seringkali, kita merasa tuliskan sering kaku dan tidak bernyawa. Tidak apa-apa, saya pun juga terkadang begitu. Ini adalah proses bagi kematangan seorang penulis. Hal ini terjadi karena kita memang tidak memberi nyawa pada tulisan kita tersebut. Lalu... Muncul pertanyaan. Nyawa seperti apa yang dimaksud dalam tulisan? Bagaimana cara memberika nyawa pada tulisan?

Coba saya tanya dulu. Apakah anda menulis sekaligus mengedit? Atau menulis dulu baru mengedit? Jika jawaban anda adalah pada pertanyaan pertama, inilah salah satu penyebabnya. Berbagai pakar menulis mengatakan bahwa menulis sebaiknya tidak disandingkan dengan mengedit. Karena ada dua karakter berbeda dari keduanya. Saat kita menulis, otak kanan yang kreatif bekerja, tetapi ketika mengedit otak kiri yang kritis bekerja. Ketika mereka bekerja bersamaan, maka ketidakmaksimalanlah yang akan terjadi. Itulah mengapa dalam slogan blog saya ini, saya mengucapkan kreatif dulu baru kritis.

Terkadang ide-ide hebat anda itu mengalir di tengah-tengan aliran ide anda. Jadi, ketika itu diputus sementara oleh otak kiri yang ingin mengedit, yah... buyar deh ide itu. Termasuk dengan nyawanya. Karena nyawa tulisan itu ada di keseluruhan ide di tulisan tersebut. Ketika kita memutus-mutusnya, maka nyawa itu pun menjadi tidak utuh lagi.

Nah, itu kalau dari pakar menulis. Kalau dari saya, penyebabnya adalah kita menulis hanya dengan pikiran, tidak dengan hati. Padahal hati adalah tempat di mana suatu kejernihan dan kemurnian berada. Hati pula yang sanggup menggerakkan ide-ide dalam inkubator anda bangkit dan muncul ke permukaan.

Saya beri contoh. Ketika anda sedang sedih, anda membuat sebuah cerpen yang menceritakan kesedihan. Di saat lain, saat anda sedang senang mungkin, anda membuat cerpen dengan tema sama. Yang mana yang terasa lebih bernyawa? Jelas yang pertama. Ya! Karena ada hati yang menggerakkan di sana. Hati membuat ide-ide anda bisa tervebalisasi dengan baik secara alamiah. Hati membuat kata-kata yang anda tuliskan menjadi lebih berasa dan bernyawa.

Bahkan seseorang pernah berkata pada saya, tulislah apa yang kau rasakan, maka tulisan itu pun akan sampai pada perasaan yang membaca.

Oke... Tunggu apa lagi? Pejamkan mata anda, biarkan hati anda bicara, alirkan itu ke seluruh nadi anda, dan tulislah apa yang anda rasakan.

Friday, April 23, 2010

Belajar untuk Tidak Sekadar Mengerti


Sudah jamak kita ketahui, di Dunia Pendidikan Indonesia saat ini, khususnya di sekolah formal, siswa hanya diajarkan untuk sekadar mengerti. Guru-guru menjejali kita dengan berbagai ilmu pengetahuan. Berbagai pelajaran. Berharap kita akan mengamalkannya jika telah lulus nanti. Yakin tuh? Saya ragu. Karena di sekolah, kita hanya dituntut untuk sekadar mengerti.

Lalu, setelah kita diajarkan berbagai mata pelajaran, kita disuruh mengerjakan soal-soal ujian. Niatnya sih untuk mengetes seberapa mengerti kita tentang mata pelajaran tersebut. Tetapi bukankah kita belajar kembali menjelang ujian? Apakah dengan cara itu ilmu pengetahuan bisa nempel di otak? Atau hanya kita ingat-ingat menjelang ujian?

Ritual ujian, apalagi ujian nasional, saya rasa telah disalahpahami oleh para siswa. Mereka mengejar nilai, pada guru-guru mereka berharap mereka mengerti dan bisa menerapkannya di kemudian hari. Bahkan, Finlandia, negara dengan pendidikan terbaik pun mengatakan bahwa ujian hanya akan mengacaukan pola pikir siswa dari makna dan tujuan sebenarnya dari belajar.

Lihat! Untuk memastikan siswa benar-benar mengerti saja, masih sulit. Apalagi membuat siswa belajar lebih dari sekadar mengerti. Padahal tingkatan pengetahuan itu ada empat. Mengerti >> Menganalisis >> Merekonstruksi >> Mencipta.

Ibarat HP, jika mengerti itu hanya tahu, oh ini HP, bisa buat ini itu. Jika menganalisis itu bisa tahu detail bagian-bagian HP tersebut, bahkan mempretelinya. Jika merekonstruksi itu bisa membuat kembali (meniru) bagian-bagian HP yang telah dipreteli itu (Bangsa China telah sampai pada tahap ini). Jika mencipta itu mampu menambahkan hal baru dari rekonstruksi yang telah kita lakukan.

Meski begitu, tak ada guna jika kita hanya mengutuk masalah ini. Kita harus mencari solusi bersama dan menerapkannya mulai dari diri kita sendiri. Ada beberapa saran dari saya:
  • Selalu belajar mandiri dengan sumber-sumber lain setelah diajarkan sesuatu dari sekolah
  • Berusaha mengerti alur logika dan asal muasal dari pengetahuan yang kita dapatkan
  • Menyambungkan pelajaran yang kita dapat dengan kejadian di kehidupan sehari-hari
  • Mempraktikkan sekecil apa pun ilmu dan keterampilan yang kita dapatkan
  • Menjadikan mengarang sebagai sarana untuk menyampaikan ide dan opini
Sebagai siswa yang tak punya daya untuk mengubah sistem, kita tetap punya tanggung jawab untuk mengubah keadaan ini. Setidaknya dengan mengubah diri kita sendiri dahulu. Membiasakan lima hal di atas untuk meningkatkan tingkat pengetahuan kita. Untuk tidak sekadar mengerti, tetapi juga mampu mencipta!

Salam Kreatif - Kritis,
Pratama

Monday, April 19, 2010

Kemana Pelajaran Mengarang?


Itulah pertanyaan yang menggelayuti pikiran saya ketika saya sedang bernostalgia dengan masa SD saya. Saya ingat sekali, setiap habis libur panjang, saya selalu diberikan tugas itu. Membuat sebuah tulisan tentang aktivitas yang saya jalani selagi libur yang entah mengapa pada saat itu disebut mengarang.

Dahulu saya cukup takut untuk melakukannya. Karena waktu libur saya biasanya dihabiskan untuk aktivitas-aktivitas yang kurang berguna. Tetapi ketika kini saya telah SMA dan sebentar lagi akan kuliah, saya merasa ada efek positif yang benar-benar membekas, bahkan menjadi pintu masuk bagi perkembangan minat saya selanjutnya. Ya! Itulah mengarang, membahasakan visual menjadi verbal.

Saya menjadi lebih bisa mengungkapkan sesuatu, menyampaikan peristiwa, menceritakan pengalaman, dll. Selain itu, tugas mengarang ini pula yang membuat saya semakin percaya diri untuk mengejar mimpi dan berkarier di bidang penulisan.

Tetapi mengapa, sejak saat itu saya sudah tidak pernah lagi merasakannya, baik di SMP maupun di SMA. Bahkan adik saya yang sekarang duduk di kelas 4 SD pun sepertinya tidak pernah diberikan tugas ini lagi. Lalu� Kemana pelajaran mengarang?

Sebagai seorang pelajar saya tidak punya jawaban yang cukup memuaskan untuk pertanyaan ini. Meski begitu, saya ingin sekali agar setiap orang khususnya para penuntut ilmu (baca:pelajar) tetap mengarang meski tak lagi dibebankan. Ada beberapa alasan mengapa mengarang menjadi sangat penting khususnya bagi pelajar:
  • Mengarang membuat pelajar terbiasa berkata melalui proses berpikir, tidak hanya spontan seperti saat mengobrol biasa
  • Mengarang membuat pelajar berani beropini dan berekspresi tanpa perasaan-perasaan penahan seperti takut dan malu
  • Mengarang membuat pelajar berkata lebih tersistematis baik lewat lisan maupun tulisan
  • Mengarang membuat siswa lebih tertarik pada dunia penulisan dan aktivitas-aktivitas lain yang berkaitan dengannya seperti membaca
  • Mengarang membuat siswa lebih peka terhadap hal-hal yang terjadi di lingkungan sekitarnya
  • Mengarang menjadi saluran perjuangan paling mudah bagi pelajar yang masih terbatas akses pergaulannya
Kadar kepentingan yang sudah sangat tinggi pada kasus ini, saya yakin akan membuat setiap pelajar yang menyadarinya akan lekas bergerak untuk memulai kembali aktivitas mengarangnya. Menceritakan pengalaman, menyampaikan suara hati, menggambarkan impian, dll. Ya! Semua itu bisa anda lakukan dengan mengarang.

Selain itu, kini teknologi telah semakin berkembang. Anda tidak perlu lagi repot-repot mengirim karangan anda ke media. Karena anda bisa punya media sendiri: itulah blog. Jadi, kini anda tak harus menunggu tugas mengarang dari guru atau diterimanya karangan anda di media. Karena anda bisa menjadi... seorang blogger.

Anda ingat perkataan saya di poster Catatan Dunia Pendidikan Indonesia? �Sudah saatnya blogging menjadi budaya pelajar Indonesia.

Salam Kreatif - Kritis,
Pratama

Saturday, April 17, 2010

Easy Come, Easy Go


Raditya Dika, penulis komedi paling jenius versi saya, baru - baru ini menulis tips mengedit tulisan di blognya.
Buku - buku Raditya yang bisa kita selesaikan dalam sekali duduk itu, ternyata, dalam proses penulisannya, tidak sesederhana yang kita bayangkan. Silahkan anda cek tulisan Radit di atas.

Sekarang coba anda lihat Karya Herge: Tin - Tin. Komik terkenal yang memiliki jutaan penggemar hingga saat ini, diciptakan dengan sangat serius oleh penulisnya. Berikut ini adalah video tentang kemiripan gambaran Herge di Tin Tin in Tibet dengan kondisi Tibet yang asli.



Kemiripan yang hampir seratus persen itu tentu memerlukan riset yang lama. Tapi, kerja keras itulah yang membuahkan penghargaan sepanjang masa oleh seluruh orang di dunia.

Friday, April 16, 2010

Budaya Dialog yang Sedang Di Persimpangan Jalan


Tanggal 14 April lalu priok berguncang. Tepatnya di koja, cukup dekat dengan tempat tinggal saya karena memang sama-sama di kecamatan tanjung priok. Anda mungkin sudah tahu apa yang terjadi di sana. Tapi saya akan coba membahasnya dari perspektif lain yang mungkin sering kita lupakan, karena terlalu asik dengan �keseruannya�. Saya tidak heran jika sebagian besar masyarakat membicarakan �keseruan� kejadiaannya, tapi cukup jarang yang bertanya: Mengapa ini bisa terjadi? Apa Penyebabnya?

Kalau saya lihat, hal ini disebabkan oleh belum mengakarnya budaya dialog baik dari pihak Pemprov DKI Jakarta beserta jajarannya (dalam kasus ini Satpol PP) dan masyarakat secara umum. Karena budaya ini memang masih sedang kita rekonstruksi kembali setelah selama 32 tahun dihancurleburkan oleh Orba yang sarat dengan budaya ABS (Asal Bapak Senang). Ironisnya, budaya dialog sebenarnya juga bagian dari budaya musyawarah yang merupakan karakter bangsa yang telah digariskan oleh para pendiri.

Dalam sebuah dialog, semua pihak berada pada kedudukan yang setara. Egaliter. Lalu dua pihak yang berbeda pendapat saling mengutarakan argumennya. Sehingga subjektivitas ke dua belah pihak akan diobjektivikasi di sini. Mereka memperjuangkan argumen sendiri dan menerima argumen lawan secara bergantian. Terus� Hingga pada titik tertentu tercapai kata sepakat di antara keduanya.

Prinsip implementasi dialog mirip dengan teori mekanisme pasar dan tangan-tangan tak nampaknya Adam Smith. Bahwa ada dua kutub yang saling tarik menarik dengan tujuannya masing-masing lalu digerakkan oleh tangan-tangan tak nampak ke arah tujuan bersama yang merupakan titik keseimbangan. Seperti itulah ketika kita sedang berdialog. Oya, tahukan yang dimaksud tangan-tangan tak nampak? Jelas, Allah SWT.

Dialog membuat pihak yang berseteru, berusaha mengerti keinginan masing-masing. Sehingga semua menganggap keputusan yang dihasilkan adalah keputusan bersama dan tidak ada alasan untuk kecewa karena semuanya telah setuju. Berbeda jelas dengan gaya otoritarian ataupun kekerasan.

Akan tetapi� Masalahnya bukan hanya soal budaya dialog yang belum mengakar, tetapi juga belum efektifnya budaya dialog yang dilaksanakan. Kadang-kadang saya suka kesal dengan argumen yang �tidak menamabah�, terkesan hanya mengulang argumen yang telah disebutkan tadi, dan menyalahkan tanpa memberi solusi.

Jangankan organisasi tingkat sekolah maupun kampus, di DPR saja saya masih sering melihat hal itu. Padahal kebebesan berpendapat melalui dialog atau musyawarah ini adalah sebuah peluang menuju kebaikan, tetapi malah dihambat dengan kebiasaan-kebiasaan berargumen yang tidak efektif. Kalau saya, lebih baik diam daripada bicara �tidak menambahkan�. Lebih baik berargumen sekali tapi bicara solusi daripada berargumen berulang kali hanya untuk mempermasalahkan hal yang sudah jadi masalah.

Budaya Dialog yang sedang kita rekonstruksi ini sedang di persimpangan jalan. Apakah ia akan setback dan kembali menjadi otoritarian yang sarat kekerasan? Atau akan menyimpang dari tujuan karena kebiasaan-kebiasaan berargumen tidak efektif? Atau akan terus melesat menuju tujuan luhurnya: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Salam Kreatif - Kritis,
Pratama

Thursday, April 15, 2010

Devide Et Impera


National Geographic memuat gambar tentang kawanan serigala yang memisahkan bison dari kumpulannya.



Jika terpisah dengan kawanannya, bison akan dengan sangat mudah dikalahkan.Binatang pun tahu dengan hal ini.

Wednesday, April 14, 2010

Choked dan Panic


Ini adalah Jana Novotna

Dan ini adalah Steffi Graf

Di turnamen tenis Wimbledon 1992, Jana Novotna ini hampir � hampir mengalahkan Steffi Graf. Tinggal satu poin lagi Novotna menang. Tapi, di detik � detik terakhir ini, tiba � tiba saja Novotna bermain dengan sangat buruk. Tekanan membuatnya bermain tegang sehingga ketrampilan bermainnya nyaris hilang. Orang � orang menganggap Novotna pada detik itu seolah seorang pemain tenis pemula. Bukan seorang Novotna yang hebat.
Tekanan lingkunganlah yang membuat ini terjadi. Inilah yang disebut dengan Choked (tercekat). Skill bermain yang dimiliki Novotna hilang dan digantikan oleh kehati � hatian seorang pemain pemula karena tekanan yang demikian hebat. Tentu saja Novotna akhirnya kalah.
Lalu ini adalah John F. Kennedy, Jr.

Pesawat yang dipilotinya jatuh di samudra atlantik. Karena gelap dan kabut, ia kehilangan arah. Sayap pesawatnya tidak bisa mendatar dan karenanya pesawat itu menukik tajam. Seharusnya, dalam kondisi tenang, keadaan ini bisa diatasi dengan mengandalkan peralatan yang ada dalam pesawat. Tapi , Kennedy sudah sangat Panic.
Kennedy tidak memiliki pengalaman yang cukup untuk menerbangkan pesawat. Ia tidak tahu bahwa jika seorang pilot berada dalam kondisi sedemikian, si pilot akan mengandalkan peralatan pesawat. Karena tidak memiliki pengalaman inilah Kennedy panic. Ia hanya berupaya untuk mencari lampu di bawah yang akan digunakannya untuk pedoman terbang. Jatuhlah Kennedy bersama pesawatnya yang naas.
Maka, choked disebabkan oleh terlalu banyak berpikir. Kalau panic kebalikannya, disebabkan oleh kurangnya berpikir.
(Diambil dari What The Dog Saw, Malcolm Gladwell)

Kelucuan Elizabeth Gilbert


Berkat kebaikan seorang teman, saya bisa mendapatkan buku Elizabeth Gilbert: Eat, Pray, Love.

Saat membaca halaman yang berisi pujian atas buku itu, saya menemukan kata yang membuat saya tertarik. Kata itu adalah: funny, humor, laugh � out � loud humor.
Bagaimana sebuah buku yang ditulis oleh seorang yang menanggung kesedihan bisa berisi rangkaian kata � kata yang akan membuat kita tertawa?
Namun, ternyata memang demikian. Di halaman 33, ketika bertemu Ketut Liyer, Elizabeth menulis berikut:
Our yoga teacher had told us in advance that we could each bring one question or problem to the medicine man, and he would try to help us with our troubles. I�d been thinking for days of what to ask him. My initial ideas were so lame. Will you make my husband give me a divorce? Will you make David be sexually attracted to me again? I was rightly ashamed of myself for these thoughts: who travels all the way around the world to meet an ancient medicine man in Indonesia, only to ask him to intercede in boy trouble?

Ha ha ha ha. Tampaknya penderitaan batin malah membuat Elizabeth menjadi lucu.

Tuesday, April 13, 2010

Cacing dalam Lobak


Kutipan favorit saya kali ini adalah apa yang ditulis oleh Malcolm Gladwell di bukunya yang terbaru: What The Dog Saw: Bagi Cacing dalam Lobak, Dunia Hanya Sebatas Lobak.
Jika kita ganti kata cacing dengan katak dan lobak dengan tempurung maka kalimat itu akan menjadi: Bagi Katak dalam Tempurung, Dunia Hanya Sebatas Tempurung.
Anda tentu masih ingat dengan peribahasa: Bagai Katak dalam Tempurung, bukan?
Ketika katak di dalam tempurung bernyanyi di musim hujan kali ini, ia merasa bahwa nyanyiannya adalah yang paling merdu dan paling keras.
Padahal di luar tempurungnya, menggelegarlah halilintar!!
Kita, terkadang berbicara, dengan sangat percaya diri mengenai hal ini dan itu seolah kita sendiri yang paling tahu. Ketika orang lain terdiam mendengar pembicaraan kita, kita merasa bahwa mereka terkesima dengan pengetahuan yang kita miliki.
Padahal? Bisa jadi mereka tertawa geli dengan lagak kita yang sok tahu itu.
Kita harus segera keluar dari lobak, keluar dari tempurung. Hanya dengan itu kita bisa memiliki ilmu padi: semakin berisi semakin merunduk.

Thursday, April 8, 2010

Apa yang Bisa Anda Pelajari dari Anak - Anak?





Di bawah ini adalah apa yang diucapkan oleh Adora Svitak di video di atas:

Saya akan mulai dengan pertanyaan: kapan terakhir kali anda dikatakan kekanak � kanakan? Bagi anak � anak seperti saya, dipanggil kekanak � kanakan merupakan makanan sehari � hari. Tiap kali kami meminta sesuatu yang tidak rasional, ketika kami nakal, atau ketika kami menunjukkan perilaku yang sebenarnya wajar, kami disebut kekanak � kanakan. Ini benar � benar mengganggu. Coba anda dengarkan ini: Imperialisme dan kolonialisme, perang dunia, George W. Bush. Tanyakan pada diri anda sendiri: siapa yang bertanggung jawab? Orang dewasa.
Sekarang apa yang dilakukan oleh anak � anak? Anne Frank membuat terkesima berjuta orang dengan tulisan pengalamannya dalam Holocaust. Ruby Bridges membantu menghentikan perpecahan di Amerika, dan yang terbaru, Charlie Simpson menggalang dana 120,000 pound untuk Haiti dengan sepeda kecilnya. Dengan bukti � bukti itu, umur bukanlah penentu. Kekanak � kanakan nampaknya malah sering terjadi pada orang dewasa sehingga kita seharusnya tidak hanya menggunakannya untuk mengolok � olok anak � anak karena kata ini juga ditujukan untuk mengkritik sikap tidak bertanggung jawab dan irasional yang juga dilakukan oleh orang dewasa.
(Tepuk tangan)
Terima kasih.
Berikutnya, siapa yang bilang bahwa pemikiran irasional tidak diperlukan? Bisa jadi anda memiliki sebuah rencana besar. Tapi anda kemudian berpikir: ini tidak mungkin, atau biayanya terlalu besar atau itu tidak ada gunanya. Entah baik atau buruk, anak � anak seperti kami tidak pernah terhalangi dengan pertanyaan seperti itu. Anak � anak bisa jadi penuh dengan inspirasi dan harapan, seperti harapanku agar tidak ada lagi kelaparan dan tidak ada lagi orang yang suka berkhayal. Apakah ada diantara kalian yang memiliki impian dan percaya dengan kemungkinan seperti itu? Terkadang sejarah dan kegagalan di masa lalu bisa menjadi beban karena anda tahu bahwa segala sesuatunya bisa saja terjadi, bahwa bahan makanan akan menipis dan langka dan akan timbul kekacauan. Sedangkan anak � anak seperti kami, masih berpikir mengenai kesempurnaan. Dan itu adalah hal yang baik. Karena untuk mewujudkan sesuatu, anda harus memimpikannya terlebih dahulu.
Dalam berbagai cara, keberanian kita untuk bermimpi membantu menghilangkan ketidakmungkinan. Misalnya adalah Museum kaca di Tacoma, Washington, kampong halaman saya. Yuuhuu Washington (tepuk tangan) memiliki program yang diberi nama Kaca Desain Anak � anak, dimana anak � anak dapat menggambar ide mereka di kaca. Lalu para seniman mengatakan bahwa mereka mendapatkan banyak ide dari program itu karena anak � anak tidak pernah terbatasi dalam berpikir. Mereka hanya berpikir mengenai ide yang bagus. Mungkin, ketika anda berpikir mengenai kaca yang anda bayangkan adalah desain Chihuly yang penuh warna atau mungkin vas Italia tapi anak � anak melebihi itu semua dengan menggambar tentang ular yang patah hati atau mengenai anak pemanggang daging yang bisa anda lihat memiliki visi tentang daging (tertawa)
Kebijakan kita belum tentu menjadi pengetahuan yang hakiki. Anak � anak banyak belajar dari orang dewasa dan kami memiliki banyak hal untuk dibagi. Saya rasa saatnya bagi orang dewasa untuk belajar pada anak � anak. Saat ini saya banyak berbicara di depan orang berpendidikan, guru dan siswa dan saya sangat suka analogi ini. Seharusnya bukan hanya guru yang berdiri di depan kelas memerintah ini itu. Siswa harus mengajari guru mereka. Saling belajar antara orang dewasa dengan anak � anak harus dilakukan. Nyatanya, sayangnya, berbeda. Banyak yang tidak mempercayai hal ini.
Jika anda tidak mempercayai seseorang, anda membatasi mereka, bukan. Jika saya sangsi dengan kemampuan kakak perempuan saya dalam mengembalikan 10 persen bunga hutangnya pada saya, pasti saya tidak akan meminjaminya uang lebih banyak lagi kecuali jika ia membayarnya pada saya. (tertawa). Itu kisah nyata. Orang dewasa terlalu membatasi anak � anak dengan melarang ini dan itu. Sebagaimana direkam sejarah, rejim menjadi penindas ketika mereka terlalu banyak mengkontrol. Meskipun orang dewasa tidak sepenuhnya rejim yang total, anak � anak tidak memiliki atau katakanlah sedikit perannya dalam menentukan peraturan dalam hubungan timbal balik. Orang dewasa seharusnya belajar dan mengakomodir keinginan anak � anak.
Parahnya lagi adalah bahwa orang tua seringkali meremehkan kemampuan anak � anak. Kami suka tantangan, tapi ketika pengharapannya rendah, percayalah, semua itu tiada artinya. Orang tua saya memiliki banyak hal tapi mereka memiliki pengharapan yang rendah terhadap saya dan saudara perempuan saya. Memang mereka tidak meminta saya untuk menjadi dokter atau pengacara tapi ayah saya membacakan Aristoteles dan Pioneer Germ Fighters ketika kebanyakan anak � anak mendengarkan "The Wheels on the Bus Go Round and Round." Memang kami mendengarkan itu juga tapi Pioneer Germ Fighters benar � benar telah mengatur. (tertawa)


Saya suka menulis sejak berusia empat tahun. Ketika umur enam tahun ibu saya membelikan saya laptop dengan Microsoft Word. Terima kasih Bill Gates dan Ibu. Saya menulis kira � kira 300 cerpen di laptop itu dan saya ingin agar diterbitkan. Alih � alih mengolok pemula seperti saya, atau mengatakan tunggulah sampai engkau dewasa, orang tua saya sangat mendukungnya. Banyak penerbit yang tidak menyukainya. Salah satu penerbit besar untuk buku anak � anak bahkan mengatakan bahwa mereka tidak bekerja sama dengan anak � anak. Penerbit besar untuk buku anak � anak tidak bekerjasama dengan anak � anak? Saya tidak tahu. Anda akan merasa asing di sana. (tertawa). Saat ini, satu penerbit, Action Publishing, melakukan lompatan dan mempercayai saya, dan mendengarkan apa yang akan saya katakan. Mereka menerbitkan buku saya yang pertama, �Flying Fingers�, inilah dia � dan mulai dari sanalah saya mulai berbicara di ratusan sekolah, pembicara kunci pada ribuan pendidik, dan akhirnya sekarang berbicara di depan anda semua.
Saya hargai perhatian anda saat ini, karena dengan demikian berarti anda menunjukkan bahwa anda peduli, anda mendengar. Tapi ada satu masalah berkaitan dengan anak � anak yang nampaknya lebih baik daripada orang dewasa. Anak � anak tumbuh dan menjadi dewasa seperti anda semua. (tertawa) persis seperti anda, bukan? Intinya adalah bukan membuat pikiran anda menjadi seperti anak � anak. Tapi bagaimana agar anda menjadi orang dewasa yang lebih baik. Yang mana mungkin sedikit menantang kebanggaan anda semua. Akan tetapi, perubahan terjadi karena generasi baru dan era baru tumbuh dan berkembang serta mewujud menggantikan generasi sebelumnya. Inilah sebabnya kita tidak lagi berada di era kegelapan lagi. Apapun posisi anda dalam hidup, suatu keharusan untuk menciptakan kesempatan bagi anak � anak sehingga mereka bisa tumbuh untuk menggantikan anda semua. (tertawa)
Hadirin sekalian, anda harus mendengarkan dan belajar dari anak � anak dan mempercayai kami serta berharap banyak dari kami. Anda harus mendengarkan kami, karena kami adalah pemimpin masa depan yang artinya kami akan merawat anda ketika anda tua dan pikun. Bukan � bukan, bercanda saja. Kami akan menjadi generasi masa datang yang akan membawa dunia ini tetap berjalan ke depan. Jika hal ini tidak berarti apa � apa bagi anda, ingatlah bahwa cloning merupakan sesuatu yang mungkin. Dan sebagaimana anak � anak anda juga ingin agar anda didengarkan. Sekarang dunia membutuhkan kesempatan bagi pemimpin baru dan pemikiran baru. Anak � anak butuh kesempatan untuk memimpin dan menjadi sukses. Apakah anda siap? Karena permasalahan dunia seharusnya tidak diwariskan.
Terima kasih (tepuk tangan) terima kasih. Terima kasih.

Monday, April 5, 2010

Untuk Para Pengabdi


Kesetiaan Masih Ada
Setidaknya Menjadi Cita Cita
itu Sebabnya aku Disini
Menemanimu

Siang Malam Kuberjaga
Di Relung Hatimu Di Dalam Benakmu
Di Setiap Langkahmu
Mudah Mudahan Begitu

Silahkan Engkau Tertawa
Sepuas Hatimu
ku Takkan Pernah Berpaling
Karena Hinaan Itu

Bahagia Rasanya
Lihat Engkau Bahagia
Berduka Rasanya
Kalau Engkau Berduka

Untuk Pengabdi Lagu Para Pengabdi
Di Puncak Gunung Di Tengah Tengah Samudera
Di Dalam Rimba Di Kebingungan Desa dan Kota

Untuk Pengabdi Lagu Para Pengabdi
Di Puncak Gunung Di Tengah Tengah Samudera
Di Dalam Rimba Di Kebingungan Desa dan Kota

Kan ku Temani Kau
Kan ku Temani Kau


(Marie Edmonds lulus dengan gelar kehormatan pertama di kelas Ilmu Pengetahuan Alam dari Universitas Cambridge pada tahun 1997. Dia menyelesaikan PhD-nya di Departemen Ilmu Bumi di Cambridge pada tahun 2001. Dia adalah Volcanologis dengan Survei Geologi Inggris 2001-2003, dan kemudian bekerja di United States Geological Survey, berbasis di Hawaii Volcano Observatory, dari tahun 2004 hingga 2006.)

(Lagu Iwan Fals)

Sunday, April 4, 2010

Dugaan


�Just �couse you feel it, doesn�t mean it�s there�
Sore itu, Ibu � ibu ngerumpi sambil menyuapi balita � balita mereka.
�Coba kau bayangkan, si Anis itu apa bukan perempuan kurang ajar. Masa suami sendiri disuruh � suruh sedang ia keluyuran.� Kata bu Pardi.
�Iya lho, Anis itu sudah keterlaluan banget. Cuma kayaknya memang itu karena disuruh suaminya.� Kata bu Endro.
�Maksudmu?� Tanya bu Imam.



�Suaminya sengaja menjual Anis, agar mereka mendapatkan pemasukan. Makanya suaminya rela mengerjakan pekerjaan � pekerjaan rumah tangga. Anis memang dilepas agar dapat leluasa mendapatkan mangsa.� Jawab bu Endro.
�Waduh, waduh. Berarti kita harus hati � hati mbakyu. Kita harus betul � betul memperhatikan suami � suami kita. Jangan sampai kepincut sama si Anis itu.� Timpal bu Maryam.
�Tapi sebelum terlambat. Kita mesti usir keluarga bejat itu.�
Tiba � tiba Anis, si bahan perbincangan, lewat. Ia menegur ibu � ibu itu dengan sopan. Ibu � ibu yang terkaget � kaget karena tidak menyadari kedatangannya itu, hanya memandangi wanita yang tampak sangat kelelahan itu.
Ketika Anis hilang di ujung gang, kembali mereka berbisik � bisik.
Coba kalau mereka tidak terburu menduga � duga. Keadaannya tentu akan lain.
Bu Anis dan suaminya yang baru saja pindah mengontrak rumah di kampong mereka, belum selengkapnya mereka kenal. Suami bu Anis baru saja sembuh dari stroke. Uang dan harta simpanan mereka habis untuk biaya pengobatan. Mereka mengontrak rumah di kampong, karena masalah harga.
Sang suami tidak dapat lagi bekerja untuk mencari nafkah. Karena itulah si istri bekerja menjadi buruh jahit di pabrik garmen. Sekedar untuk menyambung hidup.
�Just �couse you feel it, doesn�t mean it�s there�. Hanya karena kita merasakannya, bukan berarti demikian yang sebenarnya terjadi. Jangan hanya puas pada dugaan.

Jatuh Cinta Lagi?


Lynda, temannya temanku, adalah ibu dari satu orang anak dan istri dari seorang pegawai perpajakan. Suatu kali, Lynda ini menemui temanku dan menunjukkan sebuah SMS dari bekas teman kuliahnya yang ternyata memendam rasa ketika kuliah dulu. Entah darimana ia mendapatkan no hp si Lynda, yang jelas lelaki pemalu ini sudah menemukan keberanian untuk mengungkapkan perasaannya kepada Lynda; tentu saat semua sudah terlambat.
Lynda bingung dengan keadaan ini. Untuk menolak, ia tak sampai hati. Tapi SMS � SMS itu, jika sampai diketahui oleh suaminya akan menjadi sumber masalah yang serius dalam keluarganya.
�Apa baiknya aku ganti no HP saja ya?� Tanya Lynda.
�Tidak Lyn, cara sedemikian itu adalah cara primitive yang tidak efektif sama sekali. Sudah barang tentu, dalam waktu dekat ia akan segera mendapatkan kembali no barumu dan melayangkan kembali rayuan � rayuannya kepadamu.� Jawab temanku.
�Trus, gimana dong?� Lynda bertambah resah.



�Lyn,� Kata teman saya, �Engkau sekarang berada diantara dua jalan. Satu jalan jika kau tempuh, akan membuatmu kehilangan keluargamu. Jalan lain jika kau tempuh, engkau akan membuat sakit seseorang. Tapi rasa sakit yang akan diderita oleh orang itu adalah obat bagi kamu dan orang itu sekaligus. Berkatalah terus terang bahwa kini engkau telah memiliki seorang suami dan seorang anak. Dua manusia yang sangat memerlukan engkau lebih daripada ia. Bahwa kehidupan telah memanggil engkau untuk menghabiskan sisa hidupmu untuk kedua orang itu. Tegaslah Lyn. Ia akan mengerti.�
Sangat berat. Menyakitkan. Tapi kita selalu dirundung pilihan � pilihan seperti ini. Pilihan � pilihan yang pahit adalah obat yang akan membuat kita semakin kuat.

Tags

Recent Post